Hasbi

37 6 0
                                    

Sulit sekali baginya untuk menitikkan ikhlas dalam setiap beri dan berbaik hati, begitu pikirnya. Namun itu sama sekali bukan sebuah urusan, Hasbi hanya berkewajiban mengingatkan Sarah ketika penyakitnya sudah kumat. Tidak bosan-bosannya mengingatkan, Sarah dengan kebetulan bertemu Hasbi ditengah kerumunan.

"Eh Sarah,Assalamualaikum"

Sapa Hasbi tak bergeming sedikit pun dalam diri Sarah untuk menjawab salam darinya.

"Ikhlas ya Sarah, Allah gak pernah liat jumlah, tapi niat dan iktikad kita." lanjut Hasbi.
Sarah sedikit terkejut, dan sudah tidak asing dengan kata-kata Hasbi.

"Kurang baik apa aku sama mereka,
dan kamu masih aja urusin bahwa aku ga ikhlas."
Setelah menjawab itu Sarah kembali memerintah temannya untuk mengambil gambar selagi dirinya membagi-bagikan sesuatu dalam sebuah tas-tas kecil.
Hasbi hanya tersenyum simpul mendengarnya.

Tidak ada yang salah ketika mengingatkan dalam hal apapun, yang salah ketika kita tidak mempedulikan orang lain yang mengingatkan kebaikan untuk kebaikan kita.

Dalam pikiran Hasbi, setidaknya dia telah menunaikan kewajiban untuk saling mengingatkan, soal kehendak ia hanya serahkan pada yang Maha Membolak-balikan hati.

"Hasbi, Assalamualaikum." salam Najwa memecah lamunan dalam diam, lamunan tanya jawab antara pikiran dan hati.

"Waalaikumsalam,eh Najwaa." jawab Hasbi.
"Nanti siang ke perpustakaan,anter ya sekalian nyari buku novel." Ajak Najwa yang antusias.

"Insya Allah ya,mau ke kelas bareng . gak?" semu dengan kepastian, namun kata 'InsyaAllah' tidak mungkin dimainkannya ketika diajak oleh seseorang, apalagi teman dekatnya ini.
"Yaudah, barengan aja ayo."

Alih-alih dalam perjalanan menuju kelas, Najwa melihat ada seorang lelaki yang baru saja keluar dari tempat wudhu, dan lelaki tersebut menyita perhatian Najwa, terkecuali Hasbi.

"Eh Bi, liat deh ganteng bangett Maasya Allah."

Hasbi kemudian melirik dan terkesan biasa saja pada lelaki tersebut.
"Emang bener ya, lelaki kalo abis wudhu gantengnya nambaah." celetuk Najwa yang seolah berdialog dengan dirinya sendiri.

Sedang, Hasbi hanya sibuk menghafal untuk meningkatkan nilai-nilai mata kuliahnya. Ia ingin mendapatkan beasiswa.

"Bi, dengerin gak sih?" kali ini Najwa menegurnya

"Eh iya, kenapa?" Hasbi bertanya balik tanpa merasa bersalah.

"Udah ah, gak jadi. Ayo ke kelas cepetan." Najwa tak mau mempermasalahkannya.

* * *

"Hasbi Nur Safitri."
terdengar suara dari Bu Laras yang memanggilnya.
"Iya bu?" sahut Hasbi.

"Abis mata kuliah ibu, nanti ke ruangan ibu ya." Sesuatu yang harus dikerjakan menunggu Hasbi.

"Oh, iya bu tapi saya sama Najwa gpp kan bu?" tambah Hasbi.
"Iya silahkan."

Jam mata kuliah dimulai, semua tampak seperti biasanya, beberapa ada yang semangat beberapa yang lain terlihat bermalas-malasan.
Tampak mahasiswa semester awal yang sedang menunjukkan identitasnya.

Hatta, akhirnya jam mata kuliah Bu Laras telah selesai, Hasbi diingatkan kembali untuk tiba ke ruang Bu Laras segera.

"Sekarang anter ke ruang Bu Laras dulu, abis itu baru kita ke perpustakaan." ajak Hasbi.

Pada 1/3 MalamWhere stories live. Discover now