20. Curiga

1.4K 175 4
                                    

"Disini rumahnya?" Tanya Beby sambil melihat Vivi dari cermin tengah.

Setelah mendapatkan alamat rumah itu, Vivi, Beby, Lidya dan Gracia langsung bergegas menuju alamat rumah itu. Tentu saja Vivi dan berganti baju terlebih dahulu, dan mereka sudah mendapat ijin dari Shani.

Vivi membaca kembali pesan yang dikirimkan oleh temannya. Sewaktu sekolah tadi ia meminta temannya untuk terus mengikuti kemanan pun Pucchi pergi.

"Bener." Jawab Vivi.

Lidya menoleh ke belakang, "Mereka tetanggaan?"

Vivi mengangkat kedua bahunya, ia sendiri juga tidak tau mengenai itu. Kalau pun Pucchi dan Fia tetanggaan, wajar dong Pucchi bisa semarah itu sampai memukulinya. Jadi ia pikir Pucchi dan Fia memang teman sewaktu kecil.

Tangan Vivi menekan tombol untuk menurunkan kaca mobil saat melihat orang yang ia kenali berjalan mendekati mobil.

"Gimana?" Tanya Vivi.

Orang itu mengenakan topi hitam dan jaket abu tua, tanpa melihat wajahnya saja Vivi sudah tau kalau itu adalah Olla, orang yang ia minta untuk membuntuti Pucchi.

"Pucchi masuk ke rumah kuning itu." Olla menunjuk rumah yang bercat warna kuning di samping kanan mobil. "Cuma sebentar, abis itu keluar lagi."

"Kemana?" Tanya Vivi.

Olla mengangkat kedua bahunya, "Ada mobil yang jemput dia, sebelum masuk mobil dia sempet ngeliatin gue. Jadi gue pikir dia tau kalau lagi gue buntutin."

"Lo gak tau kemana mobil itu pergi?" Olla menggeleng.

"Kalo yang rumah biru itu?" Kembali tanya Vivi.

Olla sedikit merapatkan tubuhnya ke mobil, "Gue tadi sempet tanya-tanya sama ibu-ibu, tipikal mamah muda lah, yang rumah biru itu rumahnya Fia. Cuma sekarang kosong, katanya Fia pindah ke Bandung."

"Bandung?" Pekik Vivi. Olla menganggukkan kepalanya, Vivi menoleh ke dalam mobil. Ia benar-benar tidak paham dengan teka-teki ini.

"Mobil yang jemput Pucchi, platnya berapa?" Tanya Vivi tapi dijawab dengan gelengan kepala oleh Olla. Vivi berdecak sebal, semuanya terasa semakin rumit.

"Thanks ya, nanti gue transfer." Olla mengangguk, ia berjalan meninggalkan Vivi sambil tersenyum, pekerjaan mudah tapi mendapat upah 500 ribu rupiah.

"Bandung," gumam Gracia. "Ada dua kemungkinan, Chika di bandung tapi Pucchi gak ikutan nyulik, atau Chika disini dan Fia gak ikutan." Sambungnya.

Beby menoleh ke arah Lidya yang duduk di sebelahnya, ia benar-benar berharap Lidya dapat membantunya. Ini sudah hari kedua dan belum ada petunjuk lagi tentang keberadaan Chika.

"Iya-iya." Gumam Lidya, ia mengeluarkan ponselnya, mengirimkan sebuah pesan kepada seseorang. "Gue udah minta seseorang buat ngintai daerah sini, sekalian nyadap cctv di jalan ini."

Mereka semua dapat bernapas dengan lega setelah mendapat bantuan dari Lidya. Tidak sia-sia Beby meminta Lidya untuk membantunya, lagi pula Lidya bekerja di Sat Intelkam jadi Beby tidak mungkin salah orang.

"Gak mau coba digrebek?" Tanya Gracia tiba-tiba. Vivi menoleh ke arah Gracia, "Dikira ada yang kumpul kebo kali pake digrebek segala."

Gracia hanya terkekeh mendengar ucapan Vivi. Beby menggelengkan kepalanya, tidak semua orang memiliki cara pandang yang baik, atau kebetulan saja otak Gracia sedang tidak bisa berjalan.

"Pangkat gue baru AIPDA, lagi pula kita belum punya bukti yang kuat." Jawab Lidya.

Beby menyalakan mesin mobilnya, "Kita tunggu sampe besok, semoga aja Chika gak diapa-apain."

SemicolonWhere stories live. Discover now