43. Jawaban

1.1K 186 16
                                    

"Dek, ini masih jam 6 lho, apa gak kepagian?" Tanya Shani sambil ia tetap fokus menyetir.

"Gak." Jawab Vivi. "Malah aku udah terlambat." Sambungnya.

Shani tidak mengerti dengan ucapan Vivi, sejak jam lima pagi tadi Vivi sudah bangun, padahal biasanya Vivi bangun jam setengah enam. Setelah itu Vivi langsung mandi dan mengenakan seragamnya. Karena tingkah Vivi yang seperti orang buru-buru, Vivi menyebabkan Chika yang masih tertidur menjadi terbangun.

Dan sekarang mau tidak mau Chika juga ikut mandi pagi dan berangkat jam 6 pagi bersama Vivi. Entah apapun itu, Shani tidak ingin Vivi melakukan sesuatu yang konyol sendirian.

Beby juga ikut terseret dalam kekacauan yang Vivi buat, dan sekarang Beby sedang tidur di kursi sebelah Shani, karena ia masih mengantuk.

"Jangan aneh-aneh pokoknya." Ucap Shani yang sudah mewanti-wanti agar adeknya yang ajaib ini tidak melakukan hal diluar akal sehat lagi.

Chika meraih tangan Vivi lalu menggenggamnya, Vivi menoleh ke samping, ia melihat Chika sedang memainkan ponsel tapi juga menggenggam tangannya. Duh, perasaannya menjadi hangat, bahkan sinar mentari saja insekyur dengan kehangatan dari Chika.

Mobil Shani sudah sampai di depan sekolah, Shani menoleh ke belakang untuk melihat ke arah Vivi. "Mau ngapain sih dek sebenernya?"

Vivi tersenyum miring, ia membuka pintu mobil, "Meluruskan sesuatu yang melengkung."

"Sesuatu apa?" Tanya Shani.

"Hati." Jawab Vivi kemudian berjalan cepat masuk ke dalam sekolah.

Shani menghela napas panjang, ia menoleh ke arah Chika dengan tatapan penuh harap. "Chik, kakak titip Vivi sama kamu."

Chika mengangguk kecil, "Iya, kak."

Chika berlari kecil menyusul Vivi yang sudah masuk ke dalam sekolah. Bahkan anak kutu buku pun menganggap berangkat jam 6 adalah sesuatu yang kurang masuk akal. Chika berjalan di samping Vivi yang terkesan tergesa-gesa.

Vivi mengambil ponselnya, ia mengetikkan sesuatu kemudian kembali menyimpan ponselnya. Ia berdiri tepat di samping kelasnya, ia menunggu beberapa menit sebelum ia masuk ke dalam kelas dan menghampiri seseorang yang sangat ia kenal.

Chika menahan tangan Vivi, "Kak,"

Vivi menoleh, ia melepaskan tangan Chika. "Aku gapapa."

"Aku gak mau kak Vivi ngelakuin yang aneh-aneh." Ucap Chika jujur.

Vivi tersenyum, ia memutar tubuhnya sampai menghadap ke arah Chika. "Denger, kalo ada apa-apa langsung telfon kak Shani, oke?"

Chika terdiam sebentar, apakah sesuatu yang buruk akan terjadi, tapi ini di sekolah, tidak mungkin Vivi berbuat nekat seperti berkelahi atau membunuh seseorang di sini.

"Aku ikut masuk." Ucap Chika.

Vivi mengangguk pelan, ia mengangkat jari tangannya ke depan wajah Chika. "Lima menit setelah aku masuk. Deal?"

Chika mengangguk kecil, Vivi mengusap puncak rambut Chika lalu berjalan perlahan masuk ke dalam kelasnya sendiri. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong saku jaketnya, ia tersenyum miring saat melihat seseorang duduk di salah satu bangku sambil memegang sebuah ponsel, sepertinya kehadirannya tidak diketahui oleh orang itu.

"Lo beneran bawa oleh-oleh buat gue." Ucap Vivi sambil berjalan mendekati orang itu.

Orang itu terkejut saat melihat kedatangan Vivi, ia langsung mematikan ponselnya dan menyimpannya ke dalam kantong saku.

Vivi mengangkat tangannya ke atas, "Tenang-tenang, gue udah tau semuanya." Vivi tersenyum miring, "Amirah Fatin."

Chika membulatkan matanya, walaupun ia belum masuk ke dalam, itu bukan berarti ia tidak bisa menguping pembicaraan antara Vivi dengan Mira.

SemicolonNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ