40. Ayo

1.2K 161 8
                                    

“Kakak jarang liat Mira, kemana?” tanya Shani.

“Liburan.” Jawab Vivi tanpa menurunkan ponselnya, “kayaknya aku udah pernah cerita deh,” sambungnya.

“Kak Vivi ceritanya ke aku.” Ucap Chika tiba-tiba.

Vivi menurunkan ponselnya, ia berpikir sebentar lalu menganggukkan kepalanya, “Oh iya.”

“Kalian itu mau sekolah gak?” tanya Beby kepada Vivi dan Chika.

Chika menoleh ke arah Beby lalu menganggukkan kepalanya, “Iya.”

“Kamu dek?” tanya Shani. Vivi menggelengkan kepalanya, ia tengah berbaring di atas sofa. “Gak.”

“Kenapa?”

“Gapapa.”

Shani memghela napas panjang, ia berdiri di samping Vivi, “Kakak sama Beby yang gantian jagain ayah kamu.”

Vivi menurunkan ponselnya, ia merubah posisinya menjadi duduk di atas sofa, ia menatap ke arah Shani. “Bukan itu masalahnya.”

“Lututmu masih sakit?” Shani berjongkok di depan Vivi dan melihat lutu kiri Vivi yang masih mengenakan knee support.

Vivi menggelengkan kepalanya, “Udah enggak.”

Shani mengerutkan keningnya, “Trus?”

“Lu takut sekolah, kan?” tebak Beby dengan sangat tepat.

Shani dan Chika menatap ke arah Beby dengan tatapan bingung. Mereka tidak mengerti mengapa Vivi takut berangkat sekolah. Vivi menganggukkan kepalanya pelan, Beby sudah tau jika tebakannya benar.

“Iya.” Lirih Vivi. “Kemarin kan masih pelajarannya bu Melody, trus pas habis di telfon kak Beby, aku langsung pergi gitu aja.” Terangnya.

Beby tertawa mendengar cerita dari Vivi, “Aturan lo nunggu di sekolah biar gue kesana buat ngijinin.”

“Lo kagak bilang semalem, bang.” Ucap Vivi mencoba membela dirinya sendiri.

Chika terdiam, ia mengetuk-ngetuk dagunya, “Pantes aja semalem bu Melody marah-marah terus di kelas ku.”

“Oh ya?” Chika menganggukkan kepalanya, “Iya, wajahnya udah galak trus tambah galak.” Terang Chika.

Shani menoleh ke arah Vivi, “Sekarang mau sekolah gak?”

“Emang boleh aku gak sekolah?” tanya Vivi balik.

Tentu saja Shani menggelengkan kepalanya, “Gak.”

“Ijin sakit sehari aja.” Pinta Vivi. Shani tetap menggelengkan kepalanya, “Kalo dipanggil bu Melody, kamu tinggal bilang aja.”

Vivi mengerucutkan bibirnya, “Kakak gak tau gimana kalo bu Melody lagi marah.”

“Siapa bilang?” tanya Beby, ia menoleh ke arah Shani lalu ia tersenyum miring, “Shani jadi langganan bu Melody dulu.”

Vivi membulatkan matanya, ia menoleh ke arah Beby, “Yang bener?”

Beby menganggukkan kepalanya, “Tanya sendiri kalo gak percaya.”

Shani berdiri, ia mencoba menjauh sebelum Vivi menanyakan yang tidak-tidak kepadanya. Vivi menarik tangan Shani, ia tersenyum, “Kakak gak mau cerita?”

“Gak.” Singkat Shani.

Bukan Vivi kalau tidak punya akal, “Aku gak mau sekolah kalo kakak gak mau cerita.”

Shani menghela napas panjang, ia melepaskan tangan Vivi yang masih memegang tangannya, “Cerita apa sih? Kamu percaya sama Beby?”

“Kalo gini aku percaya sama kak Beby,” ucap Vivi.

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang