bagian 12| penyesalan

4.8K 276 3
                                    

Tepat saat jam menunjukkan pukul 06.00, terlihat seorang pria tampan yang masih bergulat dengan bantal gulingnnya, suara deringan ponsel pun ia hiraukan, namun semenit kemudian ia merasa terganggu dan merasa jengah dengan panggilan yang terus mengganggu tidurnya, dengan mata yang masih terpejam ia lantas mengangkat panggilan itu tanpa tau siapa yang menelfon.

"Rak-raka tolong! Tolongin bunda!" Suara dari sebrang sana terdengar ketakutan, kata bunda di akhir kalimat sangat kecil, hampir tidak terdengar oleh raka.

Raka yang masih setengah sadarpun mematikan panggilan itu, ia sering mendapat panggilan semacam itu dari alvin sahabatnya, pria itu kerap membuat lelucon yang akan membangunkan raka dari tidurnya hanya untuk dibukakan pintu apartemen guna menumpang mandi.

Hari sudah mulai siang ia beranjak untuk membersihkan diri, saat keluar dari kamar mandi raka mengecek handphonennya yang memperlihatkan 40 panggilan tak terjawab dan 8 pesan dari bundanya.

Bunda❤

Saturday, 14 April 2020

Rakaa!! . 06.05

Tolongin bundaa!! . 06.05

Raka!! .06.05

Tolongin bundaa!! . 06.05

Tolongin bundaa!! . 06.05

Raka!! . 06.05

Bunda buntuh bantuan! . 06.06

Rakaa!!! . 06.06

Raka terbelalak membaca pesan dari bundanya, ia merutuki dirinya sendiri.
Raka menelfon bunda berkali kali namun nomornya tidak aktif.

Perasaannya tidak enak, apa maksut dari pesan yang dikirim bunda beberapa jam lalu?

Dengan cepat ia mengambil kunci motor dan pergi dari kota jakarta.
Ia ingin memastikan apa yang terjadi dengan bundanya.

Sesampainya di depan rumah, Raka dibuat terkejut dengan bendera kuning yang terpampang jelas di depan pekarangan.
Raka berlari masuk dan menemukan sosok bundanya yang terbaring dengan wajah pucat dan tangan yang dilipat di bawah dada.

Matanya memanas, ia menggeleng, ini semua karna dirinya!.

"Anjing! Bodoh, bego, tolol, goblok!!"

Semua orang yang berada di dalam rumahnya menatap Raka yang telah terduduk didepan pintu. Ia masih syok, andai saja ia melihat siapa yang menelfon, andai saja ia bangun, semua andai andai ia lontarkan.

.

Sena menatap tak terpcaya ke arah Raka, air matnya lolos, isak tangis mulai terdengar.
Satu yang ia ketahui, bundanya dibunuh seseorang!.

"Gue penyebab kematian bunda, gue bodoh!!" Bentaknya pada diri sendiri.

"Bang ini semua takdir! Jangan salahin diri lo sendiri!"

Keduanya dilanda dengan rasa penyesalan, kini yang mereka rasakan hanya rasa bersalah.

"Kita buka lembaran baru, kalo kita gini terus bunda gak akan tenang di alam sana" lanjut Sena.

Raka mengangkat wajahnya sembari mengusap gusar, kemudian mengangguk.

"Bang" panggil Sena.

Raka menoleh.

"Gue cariin lo cewek yah"

Raka sontak mengerutkan dahinya.

"Ya lagian gue kasian liat lo jomblo terus"

Rain And Tears [Proses Revisi]Where stories live. Discover now