bagian 44| -

2.8K 221 8
                                    

"APA? ABANG GAK BISA PULANG? TEGA LO?!"

"Gue juga pengennya pulang, tapi gue masih ada meeting"

"Tapi bang, lo tau sendiri kan besok itu hari kelulusan gue? Gue cuma punya lo!"

"Gue akan telfon Ayah"

"Ayah? Lo lupa kalo Aurel seangkatan sama gue?"

Sena tak bisa menahan rasa perihnya saat mengingat orang yang dianggapnya ayah sudah memiliki keluarga baru dan tanggung jawab baru. Ibu yang telah tiada, dan Kakek Nenek yang menganggapnya tiada.

"Aaghh, kali ini gapapa ya? Terus terang Sen, gue juga gak tega. Disini gue juga cariin uang buat lo bisa kuliah"

"Gue gak butuh uang lo bang, gue juga gak butuh kuliah kalo memang ekonomi kita rendah. Gue cuma butuh lo, lo satu satunya keluarga yang gue punya hiks"

"Lo jangan nangis, gue akan usahain pulang hari ini. Gue akan batalin meeting demi lo"

"Maaf kalo gue egois, makasi. Gue sayang lo bang"

"Gue juga sayang sama lo dek, sekarang lo tidur. Istirahat"

Tut...

Saat panggilan berakhirpun Sena masih setia dengan tangisnya. Ia berdiri mengambil kardigan hitam dan pergi keluar rumah. Ya Sena berniat mengunjungi makam bundanya.

***

"Bundaaa, Sena kangen sama bunda. Bunda kangen gak sama Sena?" Ucap Sena terduduk di samping gundukan tanah seraya menaburi bunga setelah mendoakan bundanya.

"Bunda tahu gak? Bang Raka tu sekarang berubah tau, dia lebih sering kerja. Bahkan gak pernah pulang"

Sena menyeka air mata yang keluar dari pelupuk matanya dan kembali bersuara "Besok pengumuman kelulusan, dan bang Raka bilang dia mau pulang. Bunda tahu gak si, Sena seneng banget kalo bang Raka pulang. Sena jadi punya temen dirumah, bukan cuma Sholeha doang. Coba aja si Sholeha bisa bicara bahasa manusia, pasti Sena gak kesepian kayak sekarang. Aah Sena jadi kangen gank Tribe"

"Bunda Sena pulang dulu ya, besok Sena kesini lagi. Bunda yang tenang ya, Assalamualaikum"

Sena tersenyum dan mulai menjauhi pemakaman. Di lihatnya pedagang gulali yang berkeliling menggunakan sepeda motor bututnya. Sontak Sena berteriak agar sang pedagang menghampirinya.

"GULALI!!"

Sang pedagang menoleh dan tersenyum senang, lantas ia menghampiri Sena yang tengah melambai lambaikan tanganya.

"Wah pas banget neng, gulali manis untuk cewek manis" ucap sang penjual menggerak gerakkan kepalanya bak orang India. Ia mulai menyiapkan gulali kapas yang diputar putar di atas mesin.

"Hehe bapak mah bisa aja"

"Jangan panggil bapak neng, panggil mang aja. Mang Dadang"

"Emang umur Mang Dadang teh berapa?"

"Empat puluh dua neng"

"Eh itu mah udah jadi bapak bapak atuh mang"

"Saya rindu masa SMA, kangen dipanggil mamang sama istri saya. Sekarang mah saya udah punya dua anak, jadi istri saya manggil bapak. Dipikir saya bapaknya kali ya neng" cerita mang Dadang sembari memberikan gulali berwarna pink pada Sena.

Rain And Tears [Proses Revisi]Where stories live. Discover now