14

1.2K 61 0
                                    

" capek Ta? " tanya kak Fikri pada ku sembari tersenyum, begitu aku keluar dari kamar mandi dengan memakai piyama kebesaran ku.

Untungnya aku hanya memakai riasan yang simpel tak terlalu berat untuk acara pernikahan ku kali ini. Sehingga aku tak terlalu repot membersihkan riasan yang menempel di wajah ku. Bahkan tak perlu membutuhkan waktu yang lama untuk membersihkannya.

" hm. Lumayan. " ucap ku ikut tersenyum bersamanya dan mendekati tubuhnya yang tengah duduk di atas ranjang ku.

Aku dan kak Fikri sepakat untuk menginap dulu di rumah ku dan baru besok akan ke rumah baru yang sudah di siapkan dirinya semenjak setahun yang lalu untuk rumah kami berdua. Untungnya ke dua orang tua kak Fikri tak berkeberatan jika kami langsung ke rumah yang akan kami diami nanti dan tak menginap di rumah mereka.

" ya udah, kakak mandi dulu. Kamu kalo ngantuk, langsung tidur aja. Jangan nunggu kakak ya. " ujarnya sembari berdiri dan memberikan kecupan ringan di pipi dan kening ku. Dan ulah nya ini berhasil membuat ku tersipu malu. Apalagi kini status kami sudah menjadi suami istri.

*****

" hey, kenapa ngelamun? " tanya kak Fikri pada ku yang masih terpaku di depan lemari besar milik ku sembari dirinya mengelus pipi ku dan membuat ku berjinjit karena kulit dinginnya menyentuh tubuh ku.

" enggak. Aku lagi beresin lemari aja. Biar tas kakak masuk ke dalam lemari aja. " sahut ku tersenyum pada dirinya.

" gak usah. Biar aja. Lagian besok kan udah ke rumah kita yang baru. " Ujar kak Fikri dan membuat ku ingat jika kami hanya semalam di sini.

" katanya capek? Kenapa gak tidur? Istirahat Ta. " ucap kak Fikri lagi karena menemukan aku belum juga istirahat.

" masih belum ngantuk kak. " sahut ku dan membuatnya menghela nafas.

" kok gak pake baju? " tanya ku lagi karena melihat dirinya hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada.

" kakak tidur biasanya emang gak pake baju. Kamu risih ya? Mau kakak pake baju aja? " tanya kak Fikri balik bertanya pada ku sembari memainkan rambut ku yang tergerai saat ini.

" gak papa kok. Gak usah deh. Lagian ini pertama kalinya aku liat badan kakak. " sahut ku berjalan menuju ke ranjang ku dan di ikuti oleh dirinya di belakang ku.

" iya lah. Masa iya kakak buka - buka baju trus ngumbar - ngumbar badan kakak. " ujarnya tertawa dan mulai merebahkan dirinya di ranjang ku.

" sini. " ajaknya seraya menepuk - nepuk tangannya dan menyuruh ku untuk berebah berbantalkan tangannya.

Membuat ku tertawa dengan gayanya ini dan langsung melemparkan tubuh ku ke ranjang sembari masuk ke dalam dekapannya.

" ck, kenapa malah gitu sih. Sakit nanti badan mu. " tegurnya tak suka dengan ulah ku barusan yang langsung meloncat ke ranjang tempat kami berebah sekarang.

" he he. " tawa ku tanpa menjawab ucapannya barusan. Kak Fikri pun mengusap - usap badan ku yang menjadi tumpuan saat aku melempar tubuh ku ke ranjang agar tubuh ku tak terlalu sakit.

*****

" sakit pasti ya badannya. Kamu tuh kebiasaan deh. Kalo sakit gimana. " tegur nya tetap dengan tangan yang mengusap badan ku.

" enggak kok. Gak papa. " balas ku seraya mengulurkan tangan ku guna memainkan rambutnya yang agak menutup wajahnya saat ini.

Begitu aku menghentikan tawa ku barusan, aku dapat melihat jika kak Fikri memandang ku dengan intens sembari tersenyum. Apalagi posisi kami berdua yang sangat intim seperti ini.

" kenapa kak? " tanya ku penasaran dengan senyumnya kali ini.

" kakak mau cium kamu, boleh? " tanyanya meminta izin.

Pertanyaannya ini langsung membuat ke dua pipi ku memerah dan tersipu. Namun, aku justru menganggukkan kepala ku dan mengizinkan dirinya untuk menjamah bibir ku yang selama ini ku jaga dengan amat sangat.

Dapat ku dengar dirinya mengucapkan bismillah sebelum menempelkan bibirnya yang selama ini jauh dari nikotin ke bibir ku. Membuat ku menutup ke dua mata ku dan menikmati ulah nya kak Fikri yang semakin mengecap bibir ku.

Tanpa sadar, ke dua tangan ku sudah memegangi tubuhnya dengan kuat. Bahkan tanpa bisa ku cegah, tangan ku mulai melingkar di pinggangnya.

*****

" bibir mu manis. " ucap kak Fikri begitu melepaskan bibirnya dari bibir ku dan otomatis membuat aku membuka ke dua mata ku.

" apa sih kak. Kenapa ngomong gitu. " sahut ku tetap dengan wajah yang memerah.

" merah banget pipi mu. " ujarnya menjawil pipi ku dan tertawa karena ulahnya ini semakin membuat ku malu.

" kakak sih. Aku nya malu kalo kakak begini terus. " ujar ku menyahut dan menguburkan wajah ku di dadanya yang tak terbalut apa - apa.

" kenapa emang? Gak suka? " tanyanya membiarkan ulah ku yang mengubur wajah ku di tubuhnya dan membuat ku menggeleng.

" enggak. Suka kok. Tapi aku malu. " jawab ku tak jelas karena wajah ku yang masih menempel di dadanya.

" Hm? Kamu tuh kenapa jadi ngegemesin gini sih. " ujarnya tertawa sekali lagi.

" iih. Jangan ham hmm ham hmm. Gak bagus buat jantung ku kak. " dari dulu, aku tak pernah tahan jika kak Fikri mengucapkan kata hm pada ku.

" iya iya. Enggak sayang. " putusnya karena sikap malu - malu ku ini yang amat lucu menurutnya.

" by the way, itu ciuman pertama ku kak. " beritahu ku pada dirinya setelah derai tawanya tak terdengar lagi di telinga ku sembari aku mengangkat kepala ku agar bisa memandang dirinya.

" oh ya? " tanya nya sambil mengangkat ke dua alisnya dan memandang ku.

" iya. Aku berhasil jaga buat ku kasih ke suami ku akhirnya. " ujar ku jujur dan membuat dirimu tersenyum. Luluh dengan apa yang ku ucapkan barusan.

" Sama sayang. Ini juga ciuman kakak yang pertama. Dan kamu yang ujah jadi istri kakak yang ngambilnya. Gak nyangka doa kakak selama ini terkabul. "

" doa apa? " tanya ku.

" kakak selalu berdoa supaya di persatukan sama kamu. Supaya kakak di izinkan jadi pendamping kamu. Jadi imam nya kamu. Tuhan begitu baik sama kakak dengan ngabulin doa kakak selama ini. " ucapnya serius dan tanpa sadar membuat ke dua mata ku berkaca - kaca. Aku tau benar keseriusannya pada ku semenjak dirinya jujur pada ku saat reuni dulu.

" Tuhan juga yang ngirimin kakak buat aku. Tuhan tau siapa yang aku butuhin sekarang. " jawab ku meneteskan air mata ku.

" kok nangis? Masa Merta nya kakak nangis. Jangan nangis dong cantik nya kakak. Kakak gak suka liat kamu nangis. " ujarnya menghapus air mata ku dengan jari jemarinya.

Dirinya pun menarik dagu ku perlahan guna memandang wajahnya dan membuat dirinya kembali menyesap bibir ku untuk ke dua kalinya. Dan seperti pertama kalinya tadi, dirinya melakukannya dengan amat lembut dan membuat ku tersenyum di sela - sela ciuman kami berdua.

*****

BUKA HATI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang