2. Dia kembali ?

88 28 23
                                    


Terjadi keheningan untuk beberapa saat diantara dua gadis itu, jarum jam yang menempel di dinding sudah menunjukkan pukul 07.15. Sudah banyak penghuni sekolah yang berlalu lalang di koridor sekolah menuju kelas mereka.

Kriing. Bel tanda kelas dimulai sudah berbunyi.

***

Setelah kurang lebih 2 jam mengikuti pelajaran, akhirnya bel istirahat yang ditunggu berbunyi, membuat mata yang tadinya mengantuk kembali berbinar.

Para zombie kelas yang sudah kelaparan berhamburan menuju kantin. Begitupun yang dilakukan Layra dan Adinda, cacing didalam perut mereka sudah sangat merindukan bakso mbak Siti.

"Woi! Ke kantin bareng ya, gue mau ngenalin seseorang ke kalian."

Suara dari arah belakang itu sontak membuat jantung kedua gadis itu berhenti seketika, sebelum akhirnya kembali berdetak.

Reyhan Algieba. Ya, itu suara laki-laki rempong kelas XI MIPA 3 yang satu ini. Meski mulutnya yang hampir sama dengan ibu-ibu tetangga sebelah, yang nyerocosnya mirip bebek lagi pawai, tapi wajah itu, ah sialan! Memang sangat tampan.

"Gak lucu kalo sampe jantung kita copot." Celetuk Layra yang menatap tajam ke arah Rey yang sudah ada disampingnya.

"Lagian siapa yang bilang lucu Ra?" ucap Rey sambil cengengesan.

Oh tuhan, mengapa kadar ketampanannya menjadi berlipat-lipat.

Layra memutar bola matanya malas, berusaha menghilangkan pikiran jelek yang sempat terlintas dipikirannya.

"Rempong banget sih Lo jadi cowok!" protes Adinda yang ikut jengkel dengan sikap Rey.

"Yang penting gue setia kan sama Lo da," balas Rey sambil mengangkat satu alisnya.

Kuatkan iman hamba-mu ini ya Allah. Batin Adinda.

Setelah sampai di kantin, mereka mencari tempat yang nyaman untuk mereka duduki. Pojok dekat jendela besar, tempat yang biasa mereka pakai untuk menikmati makanan.

"Mau pesen apa Ra?" tanya Rey.

"Bakso sama es teh manis."

Pandangan Rey beralih kepada Adinda, kemudian menganggukkan dagunya seolah bertanya.

"Sama."

***

Setelah beberapa lama, Rey kembali dengan nampan ditangannya.

"Nih." Sambil menyodorkan pesanan kedua gadis itu. "Thanks ya," ucap Layra dan Dinda bersamaan.


Setelah mengunyah beberapa baso dan menyeruput es teh manis, Dinda membuka percakapan, "Eh btw yang mau Lo kenalin tuh siapa Rey?"

"Dia sepupu gue, baru pindah tadi pagi ke sekolah ini, mulai ikut belajar besok lusa." Tutur Reyhan.

"Ooh," Dinda mengangguk paham sambil kembali melahap baksonya.

Layra hanya diam menikmati baksonya, merasa tidak tertarik dengan percakapan mereka.

"Nah itu dia tuh." Sambil menunjuk ke pintu kantin, Adinda menoleh mengikuti arah telunjuk Reyhan.

"Bro!" ucap Rey pada laki-laki itu sambil melambaikan tangannya. Laki-laki itu hanya tersenyum tipis sambil menuju ke arah Rey.

"Duduk sini bro." Rey menarik kursi didepan Layra, mata Adinda membulat sempurna ketika melihat laki-laki dihadapannya. Sangat tampan.

"Kenalin ini Altair," jelas Reyhan.

"Adinda Olivia." Sambil tersenyum lebar ke arah laki-laki itu. Berani bertaruh itu pasti senyuman terbaik yang Dinda miliki.

Layra masih sibuk melahap baksonya, "Ra, gamau kenalan nih, siapa tau Lo naksir sama dia," kata Adinda sambil sedikit menyenggol Kejora dengan sikutnya.

Layra langsung tersedak mendengar ucapan Dinda, dengan cepat dia menyeruput es teh manisnya sampai habis.

"Hati-hati dong Ra," ucap Dinda sambil memberikan sehelai tisu. Layra tidak merespon, dia sibuk mengelap bibirnya yang sedikit kotor.

Altair melihat sekilas ke arah Layra, ntah dorongan dari mana Layra pun merasa penasaran dengan laki-laki dihadapannya itu, membuat dia sedikit mendongak dan melihat ke arahnya. Tatapan mereka beradu meski hanya selang sebentar.

Dia....


"Dia es batu disekolah ini," celetuk Dinda sambil menepuk pundak Layra.

Altair yang mendengar penjelasan Dinda hanya manggut-manggut, sambil tersenyum miring lalu melanjutkan aktivitasnya untuk mendengarkan curhatan sepupunya.

"Gue manusia bukan es batu," tegas Layra tak terima dengan ucapan sahabatnya itu.

"Iyain aja," jawab Dinda sambil cengengesan. "Gue ke toilet dulu deh Ra," lanjutnya sambil beranjak pergi.

"Oke."

Layra memicingkan matanya, menatap lekat laki-laki yang sibuk bercengkrama dengan Rey. Menelisik setiap sudut bentuk wajahnya, mata hitam legamnya, caranya berbicara, tertawa, dan sifat dingin khasnya itu.

Bukan, ini bukan dia, Layra. Sadar, dia sudah meninggalkanmu satu tahun lalu.

Layra menggeleng-geleng kan kepalanya, berusaha agar dirinya tidak larut dalam bayangan itu, berusaha membendung air mata yang bisa turun kapan saja dia mau. Tapi, satu tetes air mata lolos tak bisa terbendung membasahi pipi Layra.

Layra cepat-cepat menghapus air matanya ketika melihat Adinda kembali. Dia tidak ingin Adinda menyadari bahwa dia menangis, itu pasti akan sangat memalukan.

"Ra ke kelas yu bentar lagi bel masuk," ajak Adinda.

Ah memang termengerti sahabatku yang satu ini.

"Rey, Al, kita ke kelas duluan ya," ucap mereka serempak sambil beranjak pergi dari tempat duduknya.

"Bentar," panggilan itu membuat Layra dan Adinda menghentikan langkahnya, "Gue belum tau siapa nama Lo."

Deg. Ucapan laki-laki itu membuat Layra membelalakkan matanya tak percaya. Namun ekspresi dingin Layra mampu menyembunyikan rasa tak percayanya.

"Layra." Sambil menoleh ke arah laki-laki itu dengan ekspresi dinginnya, lalu beranjak meninggalkan kedua laki-laki itu.

Makasih yang udah mampir :')
Jangan lupa ninggalin jejak ✨

Usai DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang