3. Pengganti

69 24 16
                                    


Layra langsung merebahkan tubuhnya ke kasur berukuran sedang itu, melempar tasnya ke sembarang arah. Memandangi langit-langit kamar sebagai objek favorit saat dia memikirkan sesuatu.

Dia meraih sebuah foto dari meja belajar disampingnya, tampak foto dirinya dengan seorang laki-laki. Dirinya bergaya konyol, laki-laki disampingnya menatapnya lekat dengan senyum yang sangat lebar, menandakan dirinya sangat bahagia.

Oh tuhan, ingin sekali rasanya Layra mengulang semua itu, tapi apa dia bisa ?

"Al, apa dia pengganti yang Lo bilang? Kenapa pas pertama liat dia, gue ngerasa liat Lo?" Layra meneteskan air matanya, mengingat kalimat terakhir Alpha sebelum dia pergi.

Lo bakal dapet pengganti yang lebih baik dari gue, ga usah sedih ya. Lo harus tetep bahagia meski tanpa gue Ra.

"Ra! cepet ganti baju, bersihin badan kamu, terus jangan lupa makan."

Teriakan itu membuat Layra sedikit kaget, lalu menghapus air mata yang membasahi pipinya. "Iya ma!" Ya, teriakan itu adalah suara mamanya, Mira Ayunda.

"Tau aja kalo aku belum mandi," dia terkekeh kecil sambil berjalan menuju kamar mandi.

***

"Kamu abis nangis ya sayang?" tanya Mira sambil menatap intens sang anak.

Layra melahap suapan terakhirnya, lalu meminum segelas air yang disiapkan mamanya.

"Ngga ma," jawabnya singkat.

"Sayang, sampai kapan sih kamu kaya gini terus?"

Layra menghembuskan nafasnya gusar. Bosan mendengar pertanyaan yang sering dilontarkan orang-orang terdekatnya.

"Alpha gak akan tenang di sana, kalo dia liat orang yang dia sayang kaya gini terus." Tutur Mira pada anaknya.

Mata coklat Layra memandang sorot lembut dari mata mamanya, entah kenapa perkataan mamanya barusan membuat hati Layra tertegun.

"Iya ma, bakal Layra usahain." Seraya tersenyum simpul pada mamanya.

"Nah itu baru anak mama," mereka berdua terkekeh kecil. Sungguh keluarga yang sangat harmonis.

Layra memang hanya tinggal berdua bersama mamanya, papanya sibuk mengurus bisnisnya diluar negeri, membuatnya jarang menginjakkan kaki di rumah minimalis penuh kehangatan itu.

***

Kriing. Jam alarm berbentuk panda itu sudah berdering kesekian kalinya. Namun gadis yang menggulung dirinya menggunakan selimut itu tampak enggan membuka matanya, hingga sebuah teriakan yang terdengar memekik dari arah pintu membuatnya mau tak mau harus membuka mata, dan berpisah dengan kasur kesayangannya itu.

"Layra kamu gak akan bolos sekolah hari ini kan?" Mendengar teriakan mama dari balik pintu, membuat dia menggeliat sambil perlahan membuka matanya.

"Nggak ma," dengan muka ala bangun tidur, Layra menggusik matanya. Dia meraih jam alarm yang dari tadi terus berbunyi, Layra membelalakkan matanya memperjelas penglihatannya. Pukul 06.40.

"Gawat, gue bisa terlambat di pelajaran penjas Pa Arya nih," sambil berlari ke arah kamar mandi. Sungguh gadis yang malang.

***

"Ma aku berangkat, sarapan nya nanti aja di kantin sekolah." Teriak Layra sambil lari terburu-buru ke arah pintu.

Mira hanya tertawa kecil melihat penampilan anaknya, rambut yang diikat dengan asal, seragam yang terlihat kusut. Ah, memang sangat kusut seperti muka Layra sekarang pastinya.

Thq buat para readers yang udah mau ninggalin jejak :')

See you in next part 💛

Usai DisiniOù les histoires vivent. Découvrez maintenant