Chapt 1 : Pertemuan

88 18 2
                                    

Sial. Terlihat semua siswa sedang mencari tempat berbaris sesuai kelas masing-masing hendak mengikuti upacara. Gerbang yang menjulang tinggi terlihat tertutup rapat dari pandangannya yang berjarak tujuh langah di tempat ia berdiri.

"Yaelahh.. Padahal upacara juga dimulai empat menit lagi udah ditutup aja tuh gerbang. Mati deh gue" ucap Pelangi pasrah.

Pelangi pun terus berjalan hingga sampai ke depan gerbang. Yang pasti sudah digembok. Ia menatap Pak Satpam dengan muka dibuat semelas mungkin.

"Pak bukain dong pak kan belom dimulai juga upacaranya" ujar Pelangi, dengan bibir dibuat cemberut.

"Tidak semudah itu ferguso." balas Pak Satpam dengan tampang sok datarnya.

Perdebatan Pelangi dan Pak Satpam belum selesai. Dan seketika Pelangi pun dibuat terkejut dengan datangnya tiba-tiba seorang cowo entah siapa, dengan menanyakan sebuah pertanyaan yang sudah jelas jawabannya.

"Lo telat?" tanya seorang cowo yang berperawakan tinggi dan... lumayan ganteng.

Eh gue kan belom kenal siapa dia udah muji aja si.

"Lo ngomong sama gue?" bukannya menjawab, Pelangi balas bertanya dengan ekspresi andalanya. Datar.

"Lo pikir gue ngomong sama tembok? Ya sama lo lah!" cowo tadi pun menjawab dengan nada sedikit ngegasnya.

Sedetik kemudian si cowo tadi pun membuka gembok gerbang dan menyuruh Pelangi masuk tetapi dengan barisan upacara yang berbeda tentunya. Di barisan murid telat ternyata, gapapa lah yang penting gue boleh masuk.

"Gue kasih tau ya sama lo. Gue osis Keamanan baru disini. Jadi selesai upacara nanti lo bakal dapet hukuman." ujar cowo yang katanya osis keamanan.

Pelangi bergeming, menatap datar kepergian cowo tadi. Serah lo.

              **             

"Hffftt. Gilaaa cape banget gue dikerjain
tuh osis tadi," monolog Pelangi lelah.

"Osis keamanan bukan si Ngi? Raka ya?" Michel, teman sebangku Pelangi balik bertanya.

"Oh jadi namanya Raka."

"Iyaaa Raka Dion Adyningrat. Dekel si dia tapi most wanted gitu."

Bel istirahat berbunyi, sontak semua murid berhamburan keluar kelas menuju kantin. Tidak dengan kelas sebelas akuntansi, kelas Pelangi. Biasa lah guru killer. Semua siswa dikelas tersebut pasrah jam istirahat mereka berkurang alih-alih tidak mau kena semprot.
 

                               **

"WOYYY!" kaget Michel "Lo kenapa deh bengong gitu?"

"Jangan sampe si Michel curiga. Ehh kenapa-kenapa?" balas Pelangi tidak jelas.

Setelah makanan yang mereka pesan sudah habis mereka pun membicarakan banyak hal sambil menunggu waktu istirahat habis. Sampai pertanyaan Pelangi membuat Michel sedikit kaget.

"Lo tau ga Raka kelas berapa?"

"Suka ya lo sama Raka? Ayo ngaku lo," desak Michel heboh

 "Apansi sih Chel gue nanya doang emang salah?

"Raka kelas sepuluh TKR (teknik kendaraan ringan)" jawab Michel pada akhirnya.

Smkn 1 Angkasa. Memang berbeda dari sekolah yang lain. Dimana murid baru langsung ditunjuk menjadi Osis, tidak seperti sekolah pada umumnya yang diberi kepengurusan Osis pada masa kelas sebelas. Smkn 1 Angkasa termasuk sekolah negeri elit terkenal di Jakarta dengan berbagai Jurusan yang Modern seperti Akuntasi, Teknik Komputer,Kelas Memasak, TKR, Pertanian dan Pelayaran dilengkapi dengan berbagai Fasilitas seperti Free Wifi, Taman Kecil, Kolam Renang, Ruang Olahraga lengkap, dan lain sebagainya.
                              
                                **

Bel pulang pun berbunyi, Pelangi tampak tidak senang saat jam pulang tiba. Berbeda dengan siswa lainnya.

"Lo mau nginep di sekolah apa main kerumah gue?" tanya Michel seakan tau keadaan temannya.

Tidak mendapat respon sama sekali, Michel pun berujar kembali.

"Yehh malah bengong nih anak."

"Apa?" tanya Pelangi dengan wajah yang super bloon.

Tidak sabar dengan sikap Pelangi yang kelewatan lelet Michel pun segera menarik tangan Pelangi dan mengajaknya ke parkiran.

"Cepet naik mobil lo. Main kerumah gue." suruh Michel.

Sejurus kemudian sampailah mereka di rumah Michel. Ini bukan kali pertama Pelangi kemari. Sering. Sekedar curhat.

                                 **

"Dari mana aja kamu? Gak liat waktu apa gimana." sinis Lita, mama Pelangi

"Rumah Michel"

"Lain kali gausah pulang."

 "Oke" jawab Pelangi hendak meninggalkan mama nya.

PLAK. Pelangi memegang pipinya yang terasa perih. Bentakan, umpatan dan sikap kasar mama nya sudah kebal bagi Pelangi, ia menganggap itu makanan sehari-hari. Bukan apa-apa lagi.

 

                                **

             

                                




Makasih yg udah bacaa jangan lupa vomment yaa:)

       
 
  

     

Broken HomeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora