Chapt 8 : Raka

34 8 0
                                    

Ketika Pelangi sedang memegang knop pintu mobilnya hendak masuk kedalam dan segera pulang, ia malah berpapasan dengan orang yang membuat nya kesal akhir-akhir ini.

Pasalnya, orang itu kerap kali mencampuri urusan nya dengan orang lain.

"Rumah lo dimana kalo gue boleh tau?" tanya Raka.

"Segala papasan lagi, elah," Batin Pelangi.

Ya Tuhan, dipertemukan diwaktu yang tidak tepat itu nggak enak. Mood nya lagi buruk. Jangan sampai ada korban lagi atas mood buruk nya.

"Penting?" sinis Pelangi.

"Judes amat. Ntar cangtip nya ilang," goda Raka.

**

Malam ini langit tampak cerah. Bulan sabit pun tidak kalah memancarkan cahaya nya. Dan beberapa bintang pun mengedipkan mata.

Saat ini ia terpanah melihat keindahan langit, duduk bersandar di balkon ditemani secangkir cokelat panas dan tidak lupa laptop di pangkuannya.

Hingga suara dentingan di ponsel nya membuat ia mengalihkan perhatian pada benda persegi itu.

Rakadionn_  follow your instagram.

Notifikasi yang terlihat dari Pop up itu membuat ia sedikit terkejut.

Tau dari mana? Follback jangan?

Yang kedapatan notif malah langsung pindah tempat duduk menjadi naik ke atas kasur empuknya. Nyari posisi wuenak buat stalking. Eh?

Perasaannya aneh. Pelangi sendiri pun tidak mengerti apa yang sedang dirasakannya. Gengsi? Mungkin. Kita liat nanti aja.

"Syaland, ke lop lagi." Pelangi hampir saja memekik, "aduh, gimana nih... Di unlop juga percuma" ujarnya panik.

"Yah ketauan deh gua jadi stalker, tapi gamtenk juga,"

Plak
Plak
Plak

Pelangi memukul-mukul mulutnya sendiri, "NGOMONG APA GUE BARUSAN..."

**

Hari ini ia telat, lagi. Marathon film yang menyebabkan ia harus bergadang. Padahal mamanya sudah sangat melarang nya untuk tidak tidur terlalu larut. Tetapi bukan Pelangi namanya kalau tidak keras kepala.

Mamanya juga sudah memberi peringatan dan mengancam akan menyita laptopnya apabila ia masih sering bergadang.

Jangan panggil aku Pelangi paman, kalau aku tidak punya seribu satu cara dan ide cemerlang.

Ketika Lita menyuruh anak nya itu beristirahat, Pelangi hanya iya-iya saja. Setelah dirasa mamanya sudah tertidur, Pelangi pun mengendap-endap ke dapur, mengecek apakah mamanya sudah tidur atau belum. Karena kamar Lita memang berada di lantai bawah dekat dengan dapur.

Tidak sekedar lewat dapur saja, Pelangi tidak sepenuhnya berbohong. Ia memang haus dan berniat untuk mengambil minuman dingin, ditambah snack untuk teman ngedrakor.

"Maapin mah, Pelangi marathon film lagi," ucap Pelangi tanpa suara saat melewati kamar mamanya "selamat bocan mah, sleep tight emmuah."

Pelangi menghabiskan malamnya dengan menonton film sampai jam tiga dini hari. Itupun belum semua episode yang ia tonton.

Dan Pelangi pun lagi-lagi harus berurusan dengan si osis keamanan pujaan hati.

Pujaan hati?

**

Entah yang keberapa kalinya ia melihat mamanya gonta-ganti pasangan. Muak.

Baru pulang.

Dari pagi jam berangkat sekolah sampai jam tujuh malam ia baru sampai rumah. Lagi capek-cakep nya baru selesai belajar kelompok dan setiba nya di rumah malah disuguhkan dengan pemandangan yang menjengkelkan.

Seorang laki-laki tampan dengan mobil mewahnya sedang bersenda gurau dengan mamanya.

Sampai kapan mah?

Batinnya lagi-lagi ikut tersakiti. Ia bukan hanya capek fisik tapi juga batinnya. Ia tertekan.

Ia hampir saja menangis didepan mereka, jika tidak buru-buru masuk kedalam rumah dan mengacuhkan panggilan mamanya.

Ia menangis sejadi-jadinya malam ini, didalam kamar. Dan kembali mengabaikan panggilan mamanya yang sambil terus mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.

"Pelangi, buka pintunya sayang," ucap mamanya sok lembuh, cih. "Mama bisa jelasin."

Kalimat seperti itu yang terus diulang-ulang mamanya untuk membujuk Pelangi. Pembelaan, nggak sama sekali merasa bersalah.

Pelangi benci.

**




























Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang