112

1.6K 171 0
                                    

Angin dingin yang tak terduga terputus oleh jendela, dan ruangan itu tampak lebih panas.

He Han menatap lurus ke mata Ye Fan bagian atas.

Detik berikutnya, Ye Fan tiba-tiba menjulurkan bibirnya.

He Han terkejut sesaat. Dia masih membelai pinggangnya dengan kedua tangan, tetapi bibirnya tidak bergerak setengah menit dan membiarkannya bergerak.

Ye Fan dengan lembut mengintip ke bibir He Han, membuka paksa giginya, dan mencium.

Bagaimana waktu dapat berlalu begitu lambat ketika lingkungan sekitar sangat sepi.

Dia Han tidak bisa menunggu, dia mencium Ye Fan sambil mengangkatnya.

Dengan kakinya yang kosong, dia tanpa sadar melingkari pinggangnya.

He Han menekuk bibirnya dan mencium Ye Fan saat dia memeluknya ke tempat tidur.

Dia menggenggam pinggangnya, suhu jari-jarinya menghangatkannya, dan dia bergerak sangat lembut.

Dengan gerakan He Han, tubuh Ye Fan bersandar dan dia jatuh ke tempat tidur.

Di bawah mereka ada tempat tidur yang sangat lembut, dan mereka berdua terjebak bersama.

Begitu tangan He Han tertutup, Ye Fan merasakan tubuh itu dingin.

Ye Fan membuka matanya dan kesadarannya berangsur-angsur kabur. Dia berada dalam teka-teki dan mencoba menyentuh tombol kemeja He Han.

Mungkin karena pengekangan fisik, ketika Ye Fan membuka kancing kancingnya, tindakan itu tiba-tiba terasa agak canggung.

Dia nyaris tidak menyelesaikan beberapa, dan aksinya berhenti di sana.

He Han tertawa tiba-tiba: "Boleh aku bantu?"

Sebelum Ye Fan menjawab, He Han mengulurkan tangan dan menutupinya, membungkus tangannya sepenuhnya di telapak tangannya. Ujung jarinya dengan ringan mengambil, dan dua tombol yang tersisa dengan mudah dilepaskan.

Tangan He Han terus bergerak, perlahan berjalan di punggungnya.

Suasana ambigu menjadi lebih intens, He Han tidak begitu cemas, dan dia siap dengan sabar.

Kulit bersih Ye Fanguang berwarna putih seperti salju di bawah sinar bulan, dan cahaya mutiara terang dan halus, yang membuat orang tanpa sadar ingin lebih dekat.

Mata He Han sedikit menyipit, dia memeluk tubuhnya, bibirnya menyentuh daun telinganya seolah menenangkan.

Tampaknya itu pertanda yang jelas, tetapi tidak ada peringatan sama sekali.

Detik berikutnya

Dia akhirnya tidak menahan diri.

Jari-jarinya yang ramping mengencangkan seprai di sisinya, dan seprai tiba-tiba kusut.

Mereka baru saja datang dan pergi seperti ini, lupa waktu dan bertanya-tanya kapan ini berakhir.

Mimpi sepanjang malam juga satu sama lain.

Cahaya bulan bersinar terang dan jatuh dengan lembut ke dalam ruangan.

(End) Daily Life of a Villain's Mother  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang