Ritik 2

14 2 0
                                    



MAAPIN KALO JELE YUP:(

HAPPY READING !!!

~

Dimensi raga

"lihat apa blue?"

"oh ga liat apa apa kak" ucapku menundukkan kepala.

Beginilah hasrat. mendahulukan yang dikira tak ingin pergi, mengharuskan yang sebenarnya tidak diinginkan. Berpatokan selalu pada takdir, dan selalu mengabaikan diri sendirian.

"kak, kayanya udah mau hujan deh" kataku dengan nada khawatir.

Dia terdiam. Tanpa kutipan kata sedikitpun.

"kak? Kita ga pulang nih?"

Dia masih diam. Kini dengan menatap wajahku.

Aku benar benar gemetar sekarang. Sebentar lagi hujan. Aku harus balik sebelum hujan.

"kalo gitu aku pulang duluan ya kak." Aku mengambil tas ku dan berlari menuju halte. "dia kenapa sih? Emang gue ada salah ya?" tanyaku pada diriku sendiri.

18:56

Memang tak butuh waktu lama untuk bisa pulang. Aku yang terus memaksa tukang ojeknya untuk ngebut akhirnya bisa sampai sebelum hujan.

Aku membuka pintu rumah. Ku yakinkan tak ada sang pemilik rumah saat ini. badanku benar benar gemetar. Tanpa aba aba aku langsung berlari menuju kamar.

Ku tutup pintu. Tampak dari jendela hujan telah mengguyur semesta. Aku kini semakin gemetar.

TOK TOK TOK

"oh tidak. Dia datang" aku menggigit ujung baju ku.

"BUKA" terdengar suara pria itu di balik sana. singkat tapi sangat lantang.

Dia menggedor pintuku semakin kencang. sepertinya aku benar benar tak bisa menghindar. Ku buka kan pintu itu untuk dia.

PLAK.

Tak ada persiapan. Kini ujung bibirku berdarah.

Pria itu menjambak rambut ku,"LO PIKIR LO BISA NGEHINDARIN GUE HAH?"

"ma – af"

PLAK. Dia menampar sisi lain dari pipiku.

"DARI MANA AJA LO HUJAN HUJAN GINI BARU BALIK? MAU NGEBANTAH KAMI LAGI LO?"teriak seseorang yang lain. Sepertinya ia baru datang.

Mereka benar benar menyiksa. Padahal sebelumnya sudah ku usahakan agar tak balik sebelum air awan itu mengguyur tanah. Tapi, sepertinya tak bisa.

"ma-af in blue"

Sekarang berpindah haluan. Seseorang yang lain itu mulai menjambak rambutku dan menyeretku keluar rumah. Mengikat tanganku, dan membiarkan ku tertimpa ribuan air awan.

Dia mengangkat daguku. "LO SUKA HUJAN KAN? SEKARANG LO NIKMATIN NIH HUJAN LO!!" dia membuang wajahku.

Aku menyisir pandangan. Tepat. Aku melihatnya, "KAK KEVINNN TOLONGIN BLUEE" teriakku sangat perih.

Dia tak mengubris apapun. Dia berbalik lalu kemudian pergi. Oh benar. Aku lupa. Dia anak mereka. Memang tak sepantasnya memperdulikanku di saat seperti ini.

Hari semakin gelap. Sekarang sangat sunyi. Tapi, aku masih menahan perih luka dibawah tumpukkan air ini. ku rasa ini sudah biasa terjadi saat hujan. Dan aku akan dilepaskan saat hujan benar benar tak ada lagi.

matchbyWhere stories live. Discover now