Bagian 9. Yakin?

2.2K 286 34
                                    

"Meski lambat dan panas, Venus punya gerak yang istimewa, beda dari planet lainnya."
______________________________________

"Lo mau ngga dampingin gue?" tanya Nuha to the point. Vega terkejut mendengar tawaran Nuha. Mulutnya terkunci tak bisa berkata-kata lagi.

Nuha nembak gue? batin Vega.

"Lo ngga salah ngomong kan Nuha?" tanya Vega masih terlihat tidak percaya.

Nuha diam. Membiarkan Vega mencerna kata-katanya dengan sendirinya. Mereka berdua kini sudah berada di depan kos Vega. Keduanya baru saja menghadiri acara penutupan Pemira.

Pemira memang sudah selesai hampir dua minggu yang lalu. Namun, selama itu juga banyak kejadian tak terduga. Mulai dari adanya perubahan hasil Pemira sampai terpilihnya Nuha sebagai Ketua Senat.

Ya, hasil Pemira telah berubah. Dari yang awalnya dimenangkan Sean Edo kini beralih menjadi Suha Amin. Berkat adanya gugatan yang diajukan kubu Suha Amin, kini keduanya resmi memenangkan Pemira.

"Bentar-bentar. Lo mau gue jadi pendamping lo, maksudnya pacar?"

Nuha terkekeh membuat Vega bengong di depan cowok itu, "Maksud gue dampingin gue, jadi wakil ketua."

Vega cengengesan sambil menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Malu si lebih tepatnya. "Oohhh."

Sedetik kemudian, "HAH? WAKIL? Maksudnya Wakil Ketua?" Mendadak Vega jadi lambat berpikir di depan Nuha.

Nuha senyum sambil mengangguk mengiyakan, "Gimana?"

"Duh ngga sanggup gue, gue belum pernah punya pengalaman jadi leader Nuha," jawab Vega menurunkan pandangannya dari Nuha.

"Ngga papa, kan ada gue. Lo cuma jadi wakil gue, bukan ketua," terang Nuha dengan santainya.

"Emm,,, nanti tugas gue apa?

"Jadi ibu buat anak-anak kita," ujar Nuha membuat Vega senyam senyum ngga jelas mendengarnya. Pilihan kata-kata Nuha berhasil membuat Vega kegeeran dan melayang tingkat dewa.

"Jadi ibu buat KBM juga."

"Nah itu yang berat," celetuk Vega.

"Kenapa gue? Kan ada Dian, Pipit, Agustin juga kalau kamu mau yang cewek," ujar Vega menyarankan.

"Beneran mau tau?"

Vega mengangguk antusias. Suara Nuha benar-benar pelan, lembut dan menenangkan. Vega merasa terbuai dengan pembicaraan mereka kali ini.

"Agustin itu gue prospek jadi sekretaris, Dian itu ketua Komisi 4, kalau Pipit bakal jadi anak buahnya Dian nanti," terang Nuha membuat Vega mengangguk paham.

"Semua dah dapet porsinya, kecuali lo," ujar Nuha menambahkan.

"Jadi lo milih gue karena sisa gitu?"

Nuha tertawa, suaranya cukup keras apalagi hanya ada mereka berdua di sini. "Negthink mulu lo Ve."

"Ya udah, maunya jadi apa? Gue baik nih nawarin lo," tanya Nuha.

Vega mengerutkan keningnya, bola matanya berada di sisi atas kelopak matanya, menandakan ia sedang berpikir keras, "Eeemmm".

"Eemmm?" ujar Nuha menirukan ucapan Vega.

Gilaaa,,, ni cowok manis banget si, kok selama ini gue baru sadar, ucap Vega dalam hati begitu melihat Nuha sedang memperhatikannya dengan ekspresi wajah tenangnya.

"Gue di bagian manapun mau Nuha," Vega akhirnya memberikan jawaban yang diminta Nuha.

Nuha tersenyum geli mendengar jawaban Vega, "Itulah kenapa gue milih lo jadi wakil gua."

Kabinet VENUSDove le storie prendono vita. Scoprilo ora