Bagian 20. Maaf, aku rindu

1.8K 226 24
                                    

"Maaf, aku kangen sama kamu," - Vega
______________________________________

"Gini aja. Mas Angga coba sampaikan ke Pak Darwin, bawa surat konfirmasi dari Menterinya sekalian buat bukti," ujar Vega pada ketua UKM Koperasi Mahasiswa (KOPMA). "Gimana?"

"Lah terus kita gimana Ve? Kan UKM gue udah booking ruangan itu duluan," ujar Raini kesal.

Vega tersenyum untuk menenangkan keduanya, "Kira-kira butuh berapa orang di acara lo nanti?"

"35 Ve," jawab Raini.

"Tamunya dari mana?" tanya Vega lagi.

"Alumni aja si yang dari luar. Sisanya pengurus sama mahasiswa."

"Gini, gue ngga bermaksud ngebandingin proker kalian. Bagi gue itu sama pentingnya. Tapi harus ada kompromi di antara kita. Kira-kira kalau acaranya Kopma ditaruh di ourdoor, bisa ngga?" tanya Vega pada keduanya.

"Ngga bisa lah, masa setingkat menteri di lapangan," jawab Angga cepat.

"Oke, kalau lo?" tanya Vega pada Raini.

"Bisa si."

"Oke, gue tegaskan gue ngga memihak siapapun. Buat Angga, lo bakal bermasalah dengan Pak Darman masalah perizinan, selesaikan dengan surat yang gue bilang tadi. Dan Raini, kalau tu surat sampe ke Pak Darman pasti institusi bakal berpihak ke Kopma kan?" tanya Vega pada keduanya.

"Ya udah gue pindah outdoor aja," ujar Raini membuat Vega tersenyum lega.

"Gitu dong dari tadi. Masa bahas gini aja dah 1 jam lewat nih," ujar Angga.

"Itu karena lu telat, bego!" jawab Raini ketus.

Vega tertawa, "Ya udah ngga usah ribut. Ada masalah lagi?" tanya Vega yang dijawab gelengan keduanya. Raini dan Angga pergi meninggalkan kantor Senat.

Vega melangkah keluar kantor menghampiri anggotanya dan anggota BEM yang sedang berkumpul di ruang tengah. Ada yang main gitar, berceloteh ria, ngegosip, bahkan rapat. Vega berdiri di pintu bersandar samping tubuhnya. Matanya menatap ke semua orang di hadapannya. Melihat mereka tertawa adalah kebahagiaan bagi Vega. Entah ini jiwa ibu-ibu atau bagaimana tapi Vega merasa sangat sayang dengan anggotanya.

Vega menghela napas dalam lalu memukul pelan tangan yang masih diperban dengan jari telunjuk dan tengah tangan kanannya. Sejenak semua beban pikiran beratnya mulai menyingkir. Sejak Wicak tak lagi muncul, Vega merasa ada banyak perubahan dari anggotanya.

Ia mulai merasa diterima oleh anggotanya, dan yang paling melegakan mereka mau mendengarkan saran dan masukan dari Vega. Vega sendiri kadang tidak paham darimana datangnya pemikiran-pemikiran kritisnya. Mungkin keadaan yang memaksa memberi kekuatan tersendiri buat Vega.

Single parent. Vega tersenyum geli setiap anggotanya mengucapkan itu untuk menggodanya. Ditambah lagi panggilan unik-unik dari para ciwi-ciwi. Ada yang memanggilnya Umi, Ibu, bahkan Emak atau Mamak. Membayangkan suara panggilan dari mereka saja bisa membuat Vega senyum-senyum sendiri.

Vega berharap segala sesuatunya dapat berjalan lancar termasuk rintangan di depan yang mungkin tak bisa Vega tangani tanpa Nuha dan Wicak. Sungguh, ia hanya ingin menjadi pemimpin yang bisa diandalkan dan dipercaya oleh anggotanya. Tidak memanjakan, tapi bisa menggerakan. Tidak memerintah, tapi mencontohkan.

Lamunan Vega buyar ketika ponselnya berdering. Ia langsung menekan tombol di sisi kananya dan mendapati sebuah pesan dari Nuha.

Nuha Athreya : Ve, gimana kabar?

Vega Algieba : Baik. Kamu gimana?

Vega dengan cepat membalas pesan itu. Ah, rindu rasanya mendengar suara halus dari Nuha, batin Vega. Apalagi sudah lama sejak Vega mengalami kecelakaan dan ponselnya dicuri orang, ia tidak pernah berkomunikasi dengan Nuha. Meskipun Nuha pergi tidak dengan baik-baik saja di mata Vega, tapi tetap saja ia selalu jatuh hati dengan sikap lembut Nuha.

Kabinet VENUSWhere stories live. Discover now