Bagian 45. Akhirnya

1.6K 216 107
                                    

Seminggu setelah Nuha pergi, Pengumuman resmi hasil Pemira dilaksanakan. Malam ini Suha Amin dan jajaranya hadir, begitu juga dengan senat, minus Nuha dan Wicak.

Jika tahun sebelumnya Pemira heboh karena calon presma wapresmanya ganteng-ganteng dan diakhiri dengan masa gugatan yang beritanya mengguncang kewarasan seluruh mahasiswa, maka kali ini Pemira berjalan dengan damai dan lancar, bahkan tanpa gugatan. Hanya beberapa masalah kecil yang masih bisa diatasi KPR dan juga dengan saran masukan dari Senat.

Kenapa dikatakan mengguncang kewarasan? Karena sepanjang sejarah ormawa di KBM Unisnu, hal seperti ini baru pertama kali terjadi. Dan benar saja, runtutan panjang kejadian-kejadian yang menguji kesabaran dan idealisme mahasiswa terus menimpa para petinggi ormawa. Hingga berujung dengan berakhirnya kejayaan badan eksekutor tertinggi dalam tatanan keorganisasian KBM Unisnu, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa, di tangan Suha dan Amin.

Entah BEM yang beruntung memiliki sosok Suha Amin, atau Suha Amin yang beruntung memiliki anggota yang solid dalam susunan kabinetnya, mereka tak pernah menyesali rentetan panjang sejarah ini. Meski harus berjuang lebih keras dari biasanya dan bahkan pertumpahan darah, nyatanya mati suri itu menumbuhkan kehidupan baru yang tak pernah mereka duga apalagi mereka impikan sebelumnya.

Memang kita hanya bisa berencana, Tuhan lah yang paling berhak dan kuasa untuk membentuk skenario ciptaan-Nya.

Dan kado terbaik tak selalu terbungkus dengan indah.

Seperti nama mereka, Venus, meski bergerak lambat bahkan hampir terhenti, ditambah panas yang mematikan seluruh penghuninya, tapi Venus selalu punya orbit yang paling sempurna, hingga perputarannya berhasil membangkitkannya kembali.

Masih teringat jelas, bagaimana perjuangan mereka mendobrak kecurangan, bagaimana beraninya membuat perubahan meski harus mendatangkan lawan, dan puncak dari jaminan kehidupan mereka di kampus sampai menjadi taruhan.

Suha diam sejenak, mengatur nafasnya agar suaranya tidak gemetar. Sungguh ia merasa tidak pantas berdiri di panggung ini, menatap ribuan pasang mata para mahasiswa yang menjadi saksi hidup terlahirnya kembali Badan Eksekutif Mahasiswa.

Suha berdeham pelan, lalu melanjutkan pidatonya. "Saya tidak pernah menduga akan memiliki jejak perjuangan seperti ini dalam hidup saya. Saya juga tidak pernah menduga mampu berhadapan dengan masa sesulit ini dalam diary saya. Tapi saya selalu berkeinginan untuk bertemu, bergabung, dan berjuang bersama dengan orang-orang hebat seperti saudara-saudara semua," ucap Suha lalu disambut tepuk tangan dari semua mahasiswa yang didominasi ormawa.

Suha menarik napas panjang. "Malam ini, gerbang ini kembali dibuka. Untuk kedepannya saya tidak berharap orang lain akan mengalami masa sulit seperti ini, tapi saya juga tidak mendoakan orang lain akan gagal ketika berada di posisi yang sama dengan saya dan saudara-saudara semua. Jika hal sepanjang kepengurusan ini kembali terjadi, saya berharap pemimpin yang berdiri saat itu mampu menghadapinya dengan lebih tangguh, lebih kokoh, dan tentu lebih bijak daripada saya, maupun para pemimpin ormawa yang berdiri bersama saya saat ini," sambung Suha lalu menatap ke Vega yang berdiri di sisi kiri panggung, lalu menatap ke depan lagi.

"Ve, kok gue terharu ya denger Suha ngomong gitu," ucap Farsya di sebelah Vega.

Vega hanya membalasnya dengan senyuman. Tanpa Farsya ketahui, Vega juga sedang menahan air matanya agar tidak tumpah. Semua memorinya ketika tertatih memimpin senat dan semua ormawa berputar kembali tanpa ia minta.

Dalam hati Vega merasa sangat malu. Malu karena Tuhan telah begitu baik memberinya kesempatan tapi ia malah menanggapinya dengan keputusasaan. Malu karena Tuhan menghadirkan banyak cobaan untuk mendidiknya menjadi pribadi yang jauh lebih baik, tapi ia selalu memberontak dengan ketetapan-Nya. Malu karena Tuhan begitu sempurna men-skenariokan doa terbaiknya, tapi ia malah mengingkarinya.

Ya, Vega baru ingat. Dulu ia pernah meminta Tuhan menempatkannya di posisi ini. Menjadi seorang pemimpin. Dan dengan mengingat bagaimana dirinya menyikapi setiap keadaan yang menimpanya selama ini, sungguh Vega sangat malu. Malu sampai ingin menangis sejadi-jadinya.

Tapi menangis pun bisa merubah apa? Yang bisa Vega lakukan sekarang tinggal bersyukur, bersyukur, dan bersyukur. Dan menata kembali kehidupannya ke depan. Dengan bekal pendidikan dari kehidupanya selama ini, Vega berharap dirinya dan orang-orang di sekitarnya bisa mengambil banyak pelajaran.

"Jika boleh saya egois, saya ingin jejak ini cukup kami yang merasakan, cukup kami yang pernah kewalahan, dan cukup kami yang kesakitan. Tapi nyatanya saya akui bahwa pohon yang berdiri kokoh adalah yang akarnya paling kuat menyangga, meski diterjang badai sekalipun. Maka dari itu, untuk pemimpin yang terpilih malam ini, satu pesan dari saya yang juga saya harap mampu mewakili pesan dari teman-teman semua," Suha menjeda ucapannya lalu menatap sederet anggota senat dan presma wapresma terpilih.

"Teruslah bergerak, atau kau akan tergantikan. Anggotamu tak butuh orang yang ahli, tapi mereka yang peduli. Dan jangan lupa bahwa kita semua adalah pemimpin, minimal untuk diri kita sendiri."

Dan malam ini langit menjadi saksi. Untuk pertama kalinya Suha Amin menumpahkan semua air matanya. Air mata haru sebuah kelegaan dari rasa sakit dan sesak yang tersimpan rapi dalam dada mereka. Air mata kebanggaan dari jejak peristiwa memilukan yang menguras ego dan perasaannya. Air mata kebahagiaan dari segudang harapan, karena dari tangan mereka pula lahir kembali sebuah peradaban.
Tak ada lagi rasa malu atau gengsi. Nyatanya rasa itu tidak bisa melawan betapa haru, bangga, dan bahagianya mereka berdua. Semua mahasiswa yang hadir turut berdiri dan memberikan tepuk tangan meriah bagi keduanya.

"Su, jangan nangis lo pundak gue basah," ucap Amin masih di pelukannya dengan Suha.

"Lo juga jangan nangis ntar ingus lo nempel di baju gue," jawab Suha lalu keduanya saling melepas pelukannya.

"Ih jibang!" celetuk Keanu melihat Suha Amin berpelukan.

"Apaan tuh?" tanya Hamal di sebelahnya.

"Jijik banget!" jawabnya lalu keduanya tertawa terbahak-bahak.

*****

*To be Continued di versi Cetak
Mohon maaf ya guys, sebagian besar part cerita ini sudah aku unpublish untuk kepentingan penerbitan.

Insya Allah ngga lama lagi Kabinet Venus akan mengudara di bumi, hihihi...

Jangan lupa nabung buat beli versi cetaknya yaaa....

Follow akun instagram @ochta_endah dan @mocachinopublisher ya biar ngga ketinggalan info dan dapetin promo seru lainnyaaa 🎉🤩

Salam hangat dari Venus 🥰

Kabinet VENUSWhere stories live. Discover now