44. Benar-benar gila

3.4K 342 124
                                    

Playlist: Zayn Feat Taylor Swift - I Don't Wanna Live Forever

•¤•¤•¤•

"Ini pada ngapain sih rombongan ke rumah gue?"

Dahi Guiza mengerut heran saat mendapati kelima sahabatnya berdiri cengar-cengir di depan pintu rumahnya dengan masih mengenakan seragam lengkap. Berbeda dengannya yang baru selesai mandi dan sudah mengenakan pakaian santai.

"Kita laper tau. Mana haus membandel. Panas terik gini enaknya minum yang dingin-dingin nih. Kuy gengs masuk!" Daven menyahut, mewakilkan teman-temannya. Perintah mutlak cowok itu disambut baik oleh keempatnya. Mereka pun melewati Guiza yang melongo di pijakannya.

Permisi, mau tanya, ini benar rumahnya bukan ya? Kok mereka....?

Guiza menghela napas berat. Niatnya ingin tidur siang perlahan sirna digantikan dia yang melangkah lebar ke arah taman belakang rumah. Di mana kelima sahabatnya tengah rebahan di gazebo dekat kolam renang. Sesuka hati seakan berada di rumah sendiri sudah biasa bagi Guiza. Diapun kadang begitu ketika menyambangi kediaman salah satu sahabatnya. Tapi Guiza lebih tau diri sih daripada Daven yang seenak udel menyuruhnya ini dan itu. Guiza tidak masalah hanya saja dia kesal.

"Bi, keluarin semua makanan sama minuman yang ada di kulkas ya. Nanti tolong antar ke gazebo. Kita kedatangan tamu istimewa." Guiza berujar datar pada Bi Asri, salah satu ART di rumahnya ketika mencapai dapur.

"Siap, Den!" Bi Asri mengangkat dua jempolnya tinggi-tinggi ke udara dan dengan segera melakukan perintah dari majikannya. Guiza pun melanjutkan langkahnya. Dia memilih duduk di kursi santai dekat gazebo.

"Kenapa gak pulang ke habitat masing-masing sih?" Nada suara Guiza terdengar kesal. Jelas saja, mereka memangkas waktu istirahatnya.

"Kebun binatang lagi direnovasi, bos. Jadi kita disuruh ngungsi di sini. Biar aman," tukas Daven yang dihadiahi pukulan bertubi-tubi di kepalanya. Pelakunya sudah pasti keempat temannya yang secara tidak langsung dianggap binatang oleh Daven. Mereka tidak terima.

"Woi, jangan siksa gue dong! Gue kan ngomong fakta, njir!"

"Lo doang kali yang tinggal di kebun binatang, kita berempat mah ogah ngikutin jejak lo sebagai kera." Sekali lagi Haryaka menempeleng kepala Daven membuat cowok itu mengerucutkan bibir.

"Intinya kita ke sini karena bosen sekaligus mau numpang makan." Ajisaka menimpali dan perkataannya lebih waras daripada Daven.

Guiza mendengus, "Ngapa minta makannya ke gue, gue bukan emak kalian."

"Itung-itung belajar ngurusin anak bos. Siapa tau anak lo sama Hazel ntar ada lima dan punya ketampanan luar biasa kayak kita-kita kan sedep." Daven mulai ngelantur kemana-mana. Gathan, Haryaka dan Ajisaka tidak bisa untuk tidak tertawa. Ada saja pembahasan bocah semprul satu itu. Buat telinga panas serta tangan ingin menggaplok.

"Mending gue ngurusin anak tikus, gak banyak bacot kayak lo. Udahlah, lo mingkem aja. Jangan buat hafalan ayat kursi gue keluar, Ven. Bisa kelar hidup lo."

"Hehehe, ampun bos. Khilaf. Tapi enak." Guiza hanya memutar bola matanya malas, bentuk responnya. Pandangannya teralihkan pada sosok Nayaka yang tiga detik lalu memilih menyendiri di tepi kolam renang dengan kaki yang dicelupkan dalam air.

"Tuh anak kenapa dah? Tumbenan kalem." Guiza sedikit menyimpan kekepoan, pasalnya sewaktu tiba di rumahnya, Nayaka tampak senang. Namun sekarang malah kebalikannya. Murung.

The Cool BoyWhere stories live. Discover now