54. Malam yang panjang [End]

10.2K 556 98
                                    

Ini part ending. Maaf kalo gak sesuai dengan ekspektasi kalian karena aku sendiri udah berusaha sebaik mungkin menulis cerita ini sampe selesai😊😊

🌸🌸Happy reading🌸🌸

•¤•¤•¤•

Playlist: Ari Lasso - Mengejar Matahari

•¤•¤•¤•

Pagi itu Guiza sudah diperbolehkan pulang ke rumah dengan ditemani seluruh keluarga besarnya juga para sahabatnya. Sekitar enam mobil mengawalnya sampai tiba di tujuan. Sudah seperti Bapak Presiden saja dia. Alhasil, Guiza terkekeh sambil geleng-geleng kepala yang mana membuat Hazel mengernyit di sampingnya.

"Kamu kenapa?" tanya Hazel, heran.

Guiza menoleh, "Ah, gapapa, sayang. Lucu aja."

Mereka berdua berada di dalam mobil kuning milik Guiza. Tadi Daven membawanya ke rumah sakit atas perintahnya, pastinya. Dengan alasan, Guiza tidak ingin siapapun menganggu waktu berharganya bersama sang gadis tercinta. Meski hanya lima belas menit justru itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin mengingat permasalahan kemarin sempat membuat mereka jadi agak menjauh. Tapi alhamdulillah sekarang sudah baikan dan keadaan kembali kesediakala.

Bahagia? Jelas sekali Guiza bahagia.

Keluarga masih utuh, banyak mendapat dukungan dari orang-orang terdekat, memiliki sahabat-sahabat yang selalu ada di saat suka maupun duka dan bersyukurnya, memiliki pacar lemah lembut, berhati tulus yang selalu bisa memporak-porandakan hati juga raganya. Jantungnya sering dibuat berdebar akan senyum manisnya.

Dibuat sejatuh cinta itu pada seorang Hazel Luvena, siapa yang tidak bahagia? Guiza adalah korbannya. Korban paling beruntung.

"Aku lagi diem, kamu tiba-tiba ketawa. Kenapa sih? Kamu ngetawain muka aku, ya?" Hazel meraih cermin kecil di tasnya untuk mengecek mukanya mana tahu ada sesuatu yang menempel meski Hazel tak yakin itu ada soalnya dia sudah mandi dan sebelum menjemput Guiza, Hazel dandan habis-habisan agar dia terlihat cantik di depan Guiza. Ya, meskipun tanpa riasan Hazel sudah tampak cantik natural.

"Apa mataku masih ada beleknya?" Hazel memastikan walaupun dia tahu tidak mungkin ada karena dia baru saja mengeceknya sendiri.

Guiza terbahak mendengarnya dan itu nampak menjengkelkan bagi Hazel. Hazel memberengut.

Kok Guiza malah ketawa? Apa iya begitu? Kalaupun iya, ah, Hazel sungguh malu! Benar-benar malu! Gagal total usahanya untuk memikat sang pacar. Ya, tanpa harus melakukan itupun, Guiza memang sudah terpikat padanya.

"Ih, kamu kenapa coba? Ngeselin!" Hazel memukul bahu Guiza bertubi-tubi. Masa bodo cowok itu meringis ampun, Hazel tidak akan menghentikan aksinya.

"Kasar kamu ya sama aku, mainnya pukul-pukul sekarang," Guiza pura-pura merajuk dengan pandangan yang fokus pada jalanan lumayan sesak oleh banyaknya kendaraan lain di hadapannya. Sesekali dia melirik Hazel yang tengah menggerutu. Imut sekali walau lagi kesal sekalipun.

"Pukulannya ganti sama kecupan di bibir boleh gak?" goda Guiza dengan alis yang dinaik-turunkan.

Hazel melotot pada Guiza seraya menunjukkan kepala tangan di udara lalu berkata, "Ini mau?"

The Cool BoyWhere stories live. Discover now