28# Kepada yang Ditinggalkan

312K 45.9K 9.1K
                                    

Di bawah batu nisan kini
Kau telah sandarkan
Kasih sayang kamu begitu dalam
Sungguh ku tak sanggup ini terjadi
Karena ku sangat cinta

Inilah saat terakhirku melihat kamu
Jatuh air mataku menangis pilu
Hanya mampu ucapkan
Selamat jalan, Kasih

- ST12 -

○○○●●●》♤♤♤《●●●○○○


"Ra?" Sahara menyahut sekilas saat Rania menyentuh pundaknya.

Hujan kini berganti dengan gerimis. Di atas piring, nasi dan beberapa lauk tak berhasil Sahara tandaskan. Perasaan ini membuat perutnya kenyang tanpa sebab. Tapi Rania dan Laras kelihatan sama sekali tidak keberatan. Mereka tetap bersyukur karena Sahara masih mau makan meskipun hanya sedikit.

"Mbak anterin kamu pulang ya? Kamu nggak bisa di sini sendirian."

"Nggak pa-pa, Mbak. Sahara mau pulang sendiri aja nanti agak sorean."

"Bogor lumayan jauh loh, Ra. Mbak anterin aja ya? Atau Mbak bilang Mas Eros aja buat nganterin kamu?"

"Nggak usah, Mbak." gadis itu tetap bersikeras menolak.

Kali ini, Laras yang menyentuh tangannya. Hanya untuk membuat perempuan itu menarik napas panjang sebab punggung tangan Sahara yang terasa panas.

"Mbak sama sekali nggak bisa bayangin kamu di jalan sendirian dengan keadaan yang kayak gini. Kalau kamu sungkan sama Eros, biar Mbak sama Rania aja yang nganter kamu. Kalau di jalan kamu kenapa-napa gimana? Sekarang aja kamu demam."

Sahara tahu dia tidak bisa sendirian di kontrakan. Bagaimanapun juga dia butuh teman, dia butuh Mama untuk sekedar memeluknya dan menenangkannya. Tapi Sahara pikir, dia sudah terlalu banyak merepotkan Laras dan Rania bahkan sejak di pemakaman kemarin. Sayangnya, Sahara juga tidak bisa menyangkal kalau Bogor terlalu jauh untuk ia tempuh seorang diri. Setidaknya butuh 2 jam lebih perjalanan dengan kereta, dan Sahara tidak tahu apakah dia sanggup pulang sendiri atau tidak.

Tapi lebih dari itu, ada yang menganggu pikiran Sahara sejak kemarin. Dia masih clueless dengan kepergian Sastra yang sama sekali tidak meninggalkan tanda-tanda. Tentang siapa yang menyebabkan pacarnya jadi seperti itu.

"Mbak, soal pelaku yang nabrak Sastra gimana?"

"Rencananya hari ini Mama mau cabut tuntutannya." kata Laras. Terpaksa dia bicara terus terang. Bagaimanapun juga, Sahara berhak tahu. Dan sesuai dugaannya, Sahara langsung terpaku.

"Mbak juga baru denger masalah ini barusan dari Mas Tama, Ra."

"Tapi dia yang udah bikin Sastra meninggal, Mbak."

"Mbak ngerti. Kalau kamu nanya ke kami semua, jujur kami juga nggak rela, Ra. Mas Tama, Eros, Jovan, semuanya keberatan kalau Mama cabut tuntutan itu."

"Dia menyerahkan diri setengah jam setelah kejadian. Dia ngaku kalau dia nggak sengaja nabrak Sastra. Mbak nggak tahu kamu kenal dia atau enggak, tapi denger-denger dia temennya Sastra juga." Rania menyambung, dimana akhirnya statement itu semakin membuat Sahara tidak bisa berkata-kata. Tubuhnya lemas seketika. Seolah-olah dunia yang sudah ia tata dengan hati-hati, dihancurkan seseorang hanya dalam hitungan detik.

Sahara tertunduk, air mata merembes lagi dari sudut-sudut matanya. Hatinya perih, seperti ditikam ribuan belati panas yang baru saja diangkat dari perapian. Mengoyak habis ketegaran yang berusaha mati-matian ia pertahankan. Tapi fakta bahwa Mama membiarkan pelaku itu bebas begitu saja membuat Sahara luluh lantak. Marah dan kecewa seolah-olah melebur jadi satu. Kini, nyaris tidak ada yang bisa ia harapkan. Segalanya hancur lebur.

Tulisan Sastra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang