#Gladys 11

113 6 0
                                    

Glann sekarang sudah sampai di Terowongan, tak ada siapa pun disana, jalanan ini memang terkenal sangat sepi, jarang dilalui pengendara.

Glann turun dari motornya dan mendekat pada sepeda yang berlumuran dengan oli ini, jantung Glann langsung berdetak lebih cepat setelah melihat jelas sepeda ini adalah sepeda yang sama dengan sepeda milik Dhiya

Glann langsung masuk kedalam terowongan itu dan berteriak-teriak "CUPU!!! DIMANA LO? CUPUU!!"

Tak ada sahutan sama sekali, sunyi

****

Banu turun dari mobil milik Mami Adys bersama Aci, ia sekarang berada di Terowongan, dimana ini adalah alamat yang tadi dikirimkan Adys padannya

"Bener ape Ban alamatnya disini?" Tanya Aci

"Bener mbak, tuh liat...disini, wong saya liat google maps kok, gak mungkin salah"

"Tapi mana sepedanya? Kagak ada" Tanya Aci

"Mana saya tau mbak" ujar Banu dan langsung berjalan mencari sepeda Adys, menelusuri terowongan ini lebih jauh

Tapi tetap saja sepedanya tidak ditemukan, akhirnya Banu dan Aci memutuskan untuk menuju ke rumah sakit, memberi tau Adys bahwa sepedanya sudah tidak ada

"APA?? KOK BISA GAK ADA SIH MANG BANU, BI ACI" teriak Adys saat dahinya sedang diobati oleh seorang dokter, tiba tiba Banu dan Aci datang memberi tahu bahwa sepedanya hilang

"Saya juga gak tau non, tiba tiba kita kesana udah gak ada, iya kan mbak?" Banu menyyenggol pundak Aci yang berada disampingnya

"I... iya non, terowongannya sepi kagak ada siapa-siapa disana" ujar Aci

Adys menghela nafasnya panjang "Yaudah, sekarang mang Banu sama bi Aci pulang aja" suruh Adys

Banu dan Aci mengangguk lalu keluar dari ruangan ini

"Sudah selesai" ujar Dokter yang mengobati dahi Adys

"Makasih dok, dokter boleh pergi sekarang" ujar Adys

Dokter itu mengangguk lalu berjalan keluar ruangan Adys

Adys beranjak dari tempat tidurnya lalu duduk dikursi kantor milik maminya, matanya tersorot langsung pada bingkai foto yang terpajang dimeja

Adys mengambil bingkai foto itu, itu adalah foto yang dulu diambil saat Adys masih kecil, ada Mami dan papinya disamping kanan kirinya, mereka terlihat begitu bahagia sekali, siapa sangka dibalik bahagia papinnya bersama mereka ternyata ia punya kebahagiaan lain bersama orang lain yang belasan tahun ia tutupi dari mereka.

Adys meneteskan air matanya menatap foto itu, tak lama membayangkan bagaimana foto itu diambil ketika mereka liburan ke Belanda, tiba tiba lamunannya buyar seketika terlintas dikepalanya bagaimana maminya berteriak menangis saat itu ketika papinya memutuskan pergi untuk selamanya dari kehidupan mereka

"Kamu mau Pergi? PERGI AJA SANA KAMU!" teriak Shinta memunggungi suaminya yang sedang merapihkan pakaiannya ke dalam koper

"Tidak usah kamu suruh Shinta aku memang akan pergi" ujar Retno

"Jadi gitu, kamu mau tinggalin aku sama Adys? kamu lebih milih tinggal sama wanita jalang itu? IYA MAS" Teriak Shinta

Plak, tamparan dari Retno melayang di pipi Shinta "Jangan pernah sekalipun kamu menyebutnya seperti itu"

Ternyata mereka tidak tau bahwa Anak mereka, Adys sedang menatap dari balik pintu pertengkaran orang tuannya, yang baru pertama kalinya Adys melihat mereka bertengkar, selama ini, hal seperti ini tidak pernah terjadi, yang ia tau dari ia kecil papinnya adalah orang yang paling sabar yang pernah ia temui, papinya sangat mencintai mami, semua keinginan Adys apapun, tidak boleh terucap papinya langsung mengabulkannya, dan ia tidak pernah marah sama sekali, tapi kali ini papi yang ia anggap seperti pahlawan super kini tengah menampar mami kesayangannya

GladysWhere stories live. Discover now