Kepikiran Silvi

68 13 6
                                    

"makasih rian" ucapku

"Sama-sama" rian senyum kepadaku, "Yaudah kalo gitu aku pulang dulu" sambungnya

"Iya hati-hati" jawabku

Setelah rian sudah jauh dari hadapanku, aku masuk kerumah dan membaringkan tubuhku ke tempat tidur

"Hufft cape"
"Mamah lagi ngapain ya, aku telfon aja deh" ucapku sambil berjalan menuju ruang tamu

Aku menelfon mamahku menggunakan telepon rumah, karena aku sama sekali tidak punya ponsel. Bukanya tidak mampu beli, aku sempat dibelikan mamah papahku tapi aku menolaknya. aku pikir tidak ada gunanya juga, mau ngehubungin siapa temanpun aku gak punya

"Hallo mah, mamah lagi ngapain"

"Nanti lagi ya telfonnya mamah mau meeting silvi"

"Yah mah sebentar aja"

"Nanti aja silvi mamah lagi sibuk"

Belum sempat aku menjawab, mamahku sudah lebih dulu mematikan sambunganya

"Telfon papah aja deh"

Aku menekan nomor telfon papah, dan menunggu papah mengangkat telfonku

"Hallo pah"

"Ya silvi ada apa?"

"Papah lagi ngapain, lagi sibuk gak?"

"Papah lagi ada proyek silvi, papah lagi sibuk. Udah dulu ya"

"Yah papah"

Ya sama papah juga memutus sambunganya karena sedang sibuk

Huftt aku pikir saat aku tidak punya teman, aku masih punya mamah dan papah sebagai semangatku untuk lebih bangkit lagi. tapi, itu semua tidak seperti apa yang aku bayangkan. Tidak terasa air mata jatuh ke pipiku.

Semuanya tidak ada yang mau menemaniku, semuanya menjauhiku, aku merasa hidup sendirian disini. Kenapa harus aku yang harus aku yang harus menerima semua ini? Kenapa?.gumamku

#

*RUMAH PAK ARIF*

"Ben, kamu sekali-kali ajak silvi dong kesini" Ucap papahku

"Ih ngapain sih pah, kaya dia pacar benny aja" ucapku sambil memainkan game online

"Biar kamu lebih deket aja sama dia" ucap papahku

"Kenapa harus dia yang harus deket sama benny, kaya gak ada cewek lain aja" Ucapku

"Dia itu baik ben, pasti kamu juga bisa berteman baik sama dia" ucap papahku

"Ngga ya pah" Ucapku sambil berjalan menuju kamar

Sampai dikamar aku melempar ponselku ke tempat tidur

"Kenapa juga harus dia"
"Gue tau dia baik, cuman ya gak dia juga kali"
"Papah seleranya rendah banget"

Tapi saat aku melewati cermin, aku melihat bayangan silvi dicermin sambil senyum kearahku

Tak lama aku sadar dari lamunanku, aku langsung menampar pipiku

"Apa-apaan coba kok gue mikirin dia"
"Ih sadar ben"
"Bisa-bisa gue gila kalo gini terus" ucapku sambil frustasi dan terus menapar pipi

Broken HomeWhere stories live. Discover now