19 - Ketakutan Masa Lalu

6.6K 648 120
                                    

Haii sebelum baca bisa vote dulu? Udah?😉💛✨

Jangan lupa spam commentnya ditunggu melintas di notifku yaaa❣️❣️❣️ semoga kalian sehat selaluu

*****

Rasa itu datang lagi. Sekuat apapun aku melawan, kenyataannya tetap sama. Aku masih menyayangimu

*****

Hari demi hari telah terlewati. Misell dan Gerald semakin terlihat lengket. Anak SMA Pelita yang dulunya sangat membenci Misell karena dekat dengan Gerald, sekarang justru sangat mendukung hubungan keduanya hingga memberi julukan pasangan paling serasi di sekolah.

Setelah menghabiskan waktu dan tenaga dalam rapat yang dilakukan selama berbulan-bulan, akhirnya sampai lah mereka di acara puncaknya yaitu hari ini.

Misell, Gerald, dan Salsa terlihat sibuk mempersiapkan acara bersama anak-anak tim yang lain. Sedangkan Bian, Arya, dan Tama tampak santai di depan kelasnya.

Acara project angkatan akan segera dimulai saat jam menunjukkan pukul delapan pagi.

"Bro, lapangan yuk!" ajak Tama.

"Ayo lah!" sahut Arya.

Bian masih diam di tempatnya dan bersikap abai dengan ajakan Tama.

Tama yang melihat kelakuan Bian langsung menepuk pundak laki-laki bermanik hitam itu. "Woi, ayo!"

"Nggak, ah! Males gue. Kalian aja sana."

Tama mendengus.

"Ah, nggak seru lo! Ya udah, yuk, Ya!" ajak Tama pada Arya.

Tak lama setelah Tama dan Arya pergi, pembawa acara project angkatan sudah naik ke atas panggung dan bersiap untuk membuka acara.

Di waktu yang bersamaan pula, seorang gadis berjalan ke arahnya dan memilih untuk duduk di sampingnya.

"Kak, nggak ke lapangan?" tanya Tiara setelah ia sempat melempar senyum.

Bian menggeleng. "Nggak. Lagi pengen di sini aja. Lo sendiri kenapa nggak ke sana?"

"Nggak deh, aku di sini aja sama Kak Bian," jawab Tiara sambil tersenyum kaku.

Bian tersenyum sekilas dan kembali mengalihkan pandangan ke lapangan.

"Oke, acara selanjutnya adalah penampilan band dari kelas X-IPA 3. Beri tepuk tangan yang meriah!"

Suara riuh yang berasal dari pembawa acara itu menjadi satu-satunya suara yang mengisi keheningan antara Bian dan Tiara.

Sementara itu, Tama dan Arya terlihat berdiri paling depan untuk menonton seolah menganggap lapangan sekolah miliknya sendiri.

Bian mengembuskan napas kasar dan memilih mengetukkan jarinya di lutut, menikmati lagu yang dibawakan oleh band kelas sepuluh itu. Matanya pun tidak lepas dari seorang gadis yang kini tengah memegang HT di lapangan dan sibuk mengurus acara. Bahkan, laki-laki itu tidak menoleh ke tempat Tiara sama sekali seolah melupakan keberadaannya.

Bicara (COMPLETED)Where stories live. Discover now