[26] Bloon Tapi Sayang

2.2K 184 28
                                    

"ARJUNA!"

"JUNA! SEMANGAT!"

"Eh, dia ngelirik! Gue di notis!"

Luna melirik tajam ke arah segerombol gadis yang sedang meneriaki nama pria pujaannya.

Mereka balik melirik tajam Luna, "Apaan sih liat-liat?"

Luna tak menjawab, ia begitu kesal karena Juna melirik gadis itu sedangkan ia tidak. Bukankah tadi Arjuna sudah berjanji bahwa ia akaj merespon teriakan Luna?

Luna terpikir satu ide agar Arjuna mau meliriknya. Ia tersenyum miring.

"ARJUNAAA!" tepat setelah teriakan nyaring itu, Luna melepas jaket milik Juna yang membalut tubuhnya, hingga tubuh indah Luna yang terbalut kaos serta rok mini ter-ekspos.

Para penonton maupun pemain yang melihat sedikit terkejut dengan kelakuan Luna. Namun yang paling menarik perhatian, adalah ekspresi Juna. Pria itu melihat Luna dengan tatapan tajam, namun Luna malah membalasnya dengan senyum paling manis.

"SEMANGAT!" ia kembali berteriak, namun Juna malah melengos pergi. Luna sangat kesal.

"Cewek gila. Mana mau Arjuna sama jalang macem gini." gadis tadi kembali berulah.

Awalnya, Luna diam saja dan tak ingin mencari masalah. Namun, lama-kelamaan, gadis yang tidak Luna ketahui namanya itu semakin menyebalkan. Apalagi, ia berencana akan menyatakan cintanya pada Arjuna setelah ini. Ia tidak bisa diam saja.

Luna langsung mendatanginya, "Apa lo bilang? Mau nembak Juna? Dikira Juna mau sama cewek jelek?"

Gadis itu tak terima, ia menjambak Luna, "Jelek? Ngaca!"

"Aw!" Luna kesakitan, ia balik menjambak gadis itu, "Sadar diri mba! Udah muka kayak monyet, kelakuan kayak iblis!"

Gadis itu semakin gencar, ia murka. Tangannya mencengkram erat rambut Luna, begitu pula Luna yang semakin menarik jambakannya.

Mereka sudah menjadi pusat perhatian di tribun yang padat manusia ini. Tidak ada yang berani melerainya karena rata-rata yang menonton adalah kaum hawa. Malah, ada beberapa yang merekam kejadian itu. Sepertinya, mereka suka dengan adegan baku hantam.

Suasana semakin memanas, ketika tak sengaja gadis itu mendorong Luna jatuh dari kursi penonton yang berbentuk tangga.

Semua orang berteriak kaget, bahkan pertandingan sampai di hentikan. Luna menggelinding jatuh. Walaupun hanya dua anak tangga, namun luka di pipi dan tangannya terlihat jelas.

Di tangannya, masih ada sisa-sisa rontokan rambut akibat bertengkar. Sebenarnya, gadis itu tak bernuat membuat Luna jatuh, ia bahkan agak merasa bersalah. Namun kali ini ia benar-benar merasa kesal.

Yang lebih sedihnya lagi, tidak ada yang menolong Luna. Mereka semua melihat dan merekam. Bahkan ada yang tertawa. Luna semakin kecil diri.

Panitia yang tersadar, mulai mengerubungi Luna. Bertanya, 'apakah ia tidak apa-apa?' namun sebagai jawabannya, Luna menangis.

Bukan karena sakit, namun karena malu. Bahkan sudah berbuat sejauh ini, Arjuna masih tak peduli.

Luna masih menangis. Panitia dibuat semakin bingung.

Pertandingan sudah dimulai lagi, namun penonton, pemain, serta wasit dibuat terkejut ketika Arjuna berlari keluar lapangan dan berjalan menghampiri Luna.

Wajahnya memerah. Antara panas dan marah. Luna masih tak menyadarinya, ia menyembunyikan wajah di balik tangan. Tanpa ekspresi, Arjuna menggendong Luna, menuju UKS.

"Kangan sentuh Luna," ucapnya tajam.

Gadis itu sangat terkejut. Sangking kesalnya, air matanya sampai merembes. Ia berlari keluar tribun.

Senja Di Teluk Alaska | ✔Where stories live. Discover now