122. Aora Miyuki

58 11 6
                                    

Nama: Aora Miyuki
Gender: Perempuan
Kelas: X IPS 2
Pemilik karakter: Aishipit

***

Siapa aku?

Pertanyaan yang selalu kutanyakan kepada diri ketika menatap pantulan bayangan tak asing di dalam cermin. Setiap pagi, bayangan dalam cermin selalu menatapku dengan matanya yang sayu.

Mata yang tidak pernah kelihatan bersemangat.

Mata malas yang menyebalkan.

Mata tanpa gairah hidup.

Pertanyaan itu muncul ketika usiaku genap dua belas tahun. Sampai sekarang---empat tahun kemudian---aku tidak pernah bisa menjawabnya.

Pertanyaan yang begitu sederhana, namun sulit untuk dijawab.

Karena aku tidak yakin, kalau aku mengenal diri sebaik itu. Belakangan ini, aku selalu bermimpi. Bukan mimpi biasa, melainkan mimpi-mimpi aneh.

Mimpi adalah bentuk dari kegelisahan dan keinginan seseorang. Otak merealisasikannya ketika tubuh beristirahat total. Iya, dengan kata lain, jika kau bermimpi maka tidurmu tidak nyenyak.

Karena otakmu tetap bekerja.

Dengan kata lain lagi, tidurku tidak pernah nyenyak. Bukan hanya karena fakta bahwa otakku tetap terbangun, melainkan apa yang terjadi dengan orang-orang yang hadir dalam mimpiku.

Aku tidak mengenal mereka.

Sungguh tidak mengenal mereka.

Walaupun begitu, aku melihat tragedi yang datang bertubi-tubi. Menghantui hidup mereka, menciptakan ketakutan dan amarah. Sungguh sesuatu yang tidak pernah ingin kulihat.

Satu-satunya yang kutahu tentang orang-orang itu adalah, mereka sekolah di tempat yang sama; FLC High School.

Yang juga merupakan sekolahku.

Tidak, tentu saja aku tidak memercayai diriku sebaik itu. Lagipula, di samping kenyataan bahwa aku bermimpi tentang orang-orang yang tidak kukenali--mungkin karena aku tidak pernah bersosialisasi--itu hanya mimpi.

Mimpi tidak mungkin nyata.

Namun akhir-akhir ini, perspektifku tentang mimpi dibabat habis-habisan. Bukan hanya karena ada fakta lain yang lebih masuk akal, tetapi juga pikiranku yang sudah terdoktrin oleh sebuah akun acak dari salah satu blog psikologi.

Nama username-nya, Erredit.

Erredit menggunggah sebuah postingan sederhana, mengatakan bahwa mimpi bisa jadi keinginan dan kegelisahan alam bawah sadar. Namun, mimpi juga bisa menjadi sebuah peringatan.

Kedengaran bukan seperti postingan sebuah blog psikologi? Memang. Terdengar seperti seseorang yang mengarang karena mencari perhatian di internet.

Aku? Tentu saja tidak percaya.

Tidak langsung percaya.

Sampai akhirnya aku ingat, di setiap tragedi yang menimpa orang-orang itu, aku ada di sana. Di belakang, jauh di belakang; menonton mereka yang tertimpa masalah.

Kepalaku terasa berat. Kupijat pangkal hidung untuk meringankan rasanya, lalu kembali menggosok gigi sambil menatap pantulan dalam cermin.

Dengan alis bertaut dan sikat gigi dalam mulut aku bertanya, "Siapa kau?"

***

"Hey."

Panggilan sekaligus guncangan dari seseorang membangunkanku. Aku mengusap mata, lalu berkedip sebanyak tiga kali guna memperjelas pandangan.

FLCHS ✔Where stories live. Discover now