16

122 8 4
                                    

Aksara tiba di rumah tepat jam 02:00, matanya mulai memberat. Rasa kantuk sudah menguasai dirinya, kantong matanya sudah memberat dan dengan sekali kejapan Aksara pun tertidur dengan nyaman diatas kasur king Size nya.



Drrtt


Suara deringan hp Aksara yang berada diatas nakas, tak membuat Aksara terbangun dari tidurnya. Mata Aksara masih terpejam, terlihat wajahnya sangat kelelahan.

Di sisi lain, Diandra sedang membawa Rheinallt ke rumah sakit. Keduanya di serang olah seseorang ketika dari bandara. Rheinallt tak sempat menghindar ketika sebuah pistol menembak ke arahnya. Untung saja Diandra dengan lihai menghindari berondongan peluru.

Diandra pun lalu mengambil pistol di dalam mobil, untuk membalas serangan tadi. Diandra berhasil menembak salah satu dari mereka, namun sial mereka berhasil kabur.

Diandra lalu dengan hati-hati mengangkat Rheinallt ke dalam mobil, perut Rheinallt mengeluarkan banyak darah. Diandra bergidik ngeri melihat banyak darah yang berada di tangannya.

"Rhei! lo masih kuat kan?" tanya Diandra yang sedang menyetir sambil terus menghubungi Aksara.

Rheinallt terbaring lemas di kursi penumpang, matanya terpejam menahan sakit yang merambat diperutnya.

"Gue masih kuat kok," ucap Rheinallt dengan sedikit senyuman sambil menahan rasa sakit.

"Bentar lagi kita nyampe di RS! Ini Aksara di telpon gak diangkat!" Diandra lalu menambah kecepatan mobilnya, untung saja jalanan sepi.




💫💫💫


Sebuah ketokan pintu terdengar, namun Aksara masih terpejam. Hingga suara Mamanya memanggil, Aksara tak kunjung merespon. Mamanya lalu membuka pintu kamara Aksara, ia melihat Putranya yang masih terjaga.

Terlihat wajahnya menunjukan kelelahan, ia mengusap wajah Aksara dengan lembut. Wajah Aksara mengingatkan pada Suaminya yang sudah 3 bulan meninggal.

Setiap lekuk wajahnya benar-benar mirip suaminya. Nadya tersenyum ke arah Aksara yang masih pulas tertidur.

"Aku masih punya kembaranmu Geornald, kembaramu adalah anak kita Aksara," gumam Nadya sambil terus memandangi Aksara.

Aksara terbangun, ketika sebuah sentuhan lembut Mamanya membangunkannya dari tidur pulasnya.

Satu hal yang Aksara lihat ketika terbangun adalah melihat mamanya sudah tersenyum kembali. Aksara sedikit lega, Mamanya sudah perlahan bisa tersenyum kembali.

"Selamat pagi sayang," ucap Nadya sambil tersenyum, ketika mata Aksara sudah terbuka sempurna.

"Pagi juga Ma."

"Ayo bangun, udah pagi." Nadya lalu mencubit hidung Aksara untuk membuat Aksara bangun dari kasurnya. Sama seperti dulu, ketika Aksara kecil yang susah untuk dibangunkan maka Nadya akan mencubit hidung Aksara.

"Sakit Ma, Aksara udah gede Ma. Masa mau dicubit terus," rengek Aksara kepada Nadya.

"Anak mama sudah besar aja, gak terasa waktu begitu cepat, dan mama sudah tua saja," ucap Nadya.

"Mama sudah tua, tapi masih cantik ko. Hehehe..."

"Bisa aja kamu, Mama pengin cepat-cepat gendong cucu nih," ucap Nadya yang menggoda Aksara.

"Apaan sih Ma,"

"Kapan kamu mau ngenalin pacar kamu ke Mama?" tanya Nadya.

"Aksara belum punya pacar Ma," jawab Aksara jujur.

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang