27

112 7 0
                                    


Aksara tertegun dengan ucapan Alexia yang melukai raganya, hatinya terasa seperti tertusuk pedang yang sangat tajam. Perlahan cengkraman Aksara melemah, ia oun memalingkan mukanya.

"Al, kenapa lo benci banget sama gue?" tanya Aksara lirih.

"gak sadar diri lo! Perlu gue sadarin, hm? Lo yang mainin hati gue seakan gue gak bakal tersakiti dengan cinta palsu lo, Sa. Dan sekarang lo mau bunuh ayah gue, apa gue gak berhak buat benci lo?!" Alexia mendorong pundak Aksara agar menjauhinya.

"GUE JUGA GAK MAU SEPERTI INI, AL. KALAU AJA AYAH LO GAK BUNUH PAPA GUE, KALAU AJA AYAH LO GAK MASUKKIN PAMAN GUE KEPENJARA, GUE GAK BAKAL KAYAK GINI!! GUE JUGA MAU CINTA GUE SAMA LO TUH GAK KAYAK YANG LAIN!"

Tangan Aksara meremat rambutnya frustasi, pikirannya sangat kacau dengan keadaannya sekarang. Antara cinta dan keluarga, ia terbelenggu dengan kedua pilihan itu.

Ryvero menghela nafasnya kasar, perlahan ia berjalan menghampiri Aksara dan menyentuh pundak rapuhnya.

"Aksara, saya tau kamu kesakitan, saya tau kamu bingung dengan pilihanmu. Tapi bukan saya yang membunuh ayahmu, dan saya tidak bisa bilang pelaku sebenarnya," ucap Ryvero sambil tersenyum simpul untuk memberikan Aksara kekuatan melawan semuanya.

"gak usah bohong! Gue tau lo pelakunya, gue punya banyak bukti kalau lo yang membunuh papa gue!!" Aksara menggeram, ia menepis tangan Ryvero yang menyentuh pundaknya.

"kamu sudah terjebak Aksara, percayalah kamu sudah disesatkan oleh egomu sendiri. Saya tidak bisa memberitahukan pelaku yang sebenarnya, karena itu hanya akan menambah lukamu."

"Ck, tutup mulut lo sialan, lo gak bisa mempengaruhi gue!!"

Tangan kiri Aksara langsung mencengkram baju piyama Ryvero dan tangan kanannya mengepal sempurna, ia berniat memukul wajah menjijikan Ryvero.

"AKSARA!!" pekik Alexia sambil menggenggam tangan kanan Aksara.

Alexia menggeleng lemah, ia tidak memperbolehkan Aksara memukul wajah ayahnya. Alexia sudah tidak tahan untuk semua ini, bahkan air matanya sudah mengering karenanya. Kenapa? Kenapa Alexia selalu menangis karena Aksara? Tapi kenapa hatinya mengatakan 'cinta' kepadanya?

"dinginkan kepalamu Aksara! Lihatlah baik baik, cari buktinya, dan temukan semuanya," tutur Ryvero.

Pandangan Aksara kembali melemah, ia melepaskan cengkramannya dan menangis frustasi. Tubuhnya terduduk dilantai, sesekali ia bergumam tak jelas.

Alexia memperhatikan Aksara, ia tidak tega melihat Aksara yang terlihat rapuh. Pikirannya masih tetap mengolah percakapan keduanya, ia pun menghela nafasnya dan menarik Aksara kepelukkannya.

Hangat, Aksara merasakan kenyamanan didalam dekapan Alexia, ia merasa Alexia dapat menjadi penopang hidupnya yang terasa kacau. Tak lama nafas Aksara mulai normal, air matanya juga sudah berhenti keluar.

"putriku Alexia, apapun yang terjadi kamu harus selalu berada disampingnya ya, ayah mohon," pinta Ryvero sambil mengelus rambut lembut Alexia.

"tapi ayah-"

"Alexi, dia sedang berada didalam kegelapan dan dia harus keluar dari semua itu, jadi tolong kamulah yang menjadi pemandu untuk mengeluarkannya dari kegelapan itu."


Alexia mengangguk, mau tidak mau ia harus menerimanya permintaan ayahnya. Alexia melirik wajah Aksara yang sedang tertidur pulas dipundaknya, wajahnya terasa sangat pucat dan terlihat lelah.

Pak Joni yang baru saja datang dengan keterkejutannya membantu memindahkan Aksara ke kamar tamu dibantu dengan bi Ika yang mengantarkan makanan untuk Alexia yang sedari pagi belum diberi makan.

Epiphanyजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें