•THAT DAY•

418 163 141
                                    

"Darr!"

Sebuah suara mengejutkanku dari belakang. "Hya! bononie! Setelah puas membuatku berkeliling mencarimu seperti orang bodoh, kini kau mengejutkanku! Hebat sekali!"

Vernon terkekeh sambil mengusak rambutku. "Mianhae (y/n)-ahh.."

Belum sempat membalas ucapannya, dia sudah menarikku pergi. Aku sengaja memperlambat langkahku agar aku bisa menatap punggungnya dari belakang.

Sudut bibirku seolah tertarik dengan sendirinya. Melihat rambut coklatnya yang diterpa angin, memperhatikan kaki panjangnya setiap kali melangkah bersamaku, dan genggaman tangannya yang terasa hangat..

"Kita mau kemana?" tanyaku sambil menyesuaikan langkah dan berjalan disampingnya. Vernon menunjuk sesuatu didepan sana dengan dagunya.

Aku menoleh kedepan. "Bianglala?"

"Of course!"

--oOo--

Bianglala sudah berada diketinggian. Aku dan Vernon duduk berhadapan. Aku duduk menyamping untuk menghadap keluar bianglala. Pemandangan kota Seoul sangat epik jika dilihat dari ketinggian.

Aku bisa melihat dari ekor mataku bahwa Vernon mulai jenuh karna daritadi aku mengabaikannya. Aku ingin memberinya sedikit pelajaran karna sudah meninggalkanku ditengah keramaian tadi.

Aku merasakan angin musim gugur menerpa wajahku pelan. Aku memejamkan mata untuk sekedar menikmati udara ini.

Aku langsung membuka mata ketika merasakan hembusan nafas ditelingaku. Sepasang tangan kekar memeluk pinganggku dengan sangat erat dari belakang. Vernon membenamkan wajahnya dibahuku dan menghembuskan nafasnya berkali-kali disekitar leherku, membuatku merasakan getaran aneh.

Ahh, sial.. aku gugup..

Bagaimana bisa seorang Vernon yang sangat menyebalkan bertingkah seperti ini..

Vernon berbisik di telingaku. "Apa menurutmu Seoul lebih indah dibandingkan aku?"

"Te-tentu saja tidak!"

Aku menjawab dengan spontan.

Vernon terkekeh kecil dan mencium pipiku. Aku merasa pelukan dipinggangku mengerat dan Vernon semakin membenamkan wajahnya dileherku. Aku mengerjap beberapa kali, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

"Apa menurutmu Seoul lebih indah dibandingkan aku?"

"Te-tentu saja tidak.."

Tentu saja tidak...

Astaga! Harusnya aku tidak mengatakan itu!

"(y/n)-ahh.."
Vernon membuka suara dan membalikkan tubuhku untuk menghadapnya.

"Hmm," aku hanya berdehem dan berusaha tidak melihatnya.

"Kau jelek tahu kalau begitu!"

"Memang aku jelek!" ketusku.

"Tapi aku menyayangimu."

"Sudah tahu!"

Vernon mengernyitkan dahi. "Tahu darimana?"

"Kau baru saja mengatakannya bodoh!"

"Kau sama sekali tidak romantis."

"Kau juga sama!" balasku tak terima.

Vernon hanya memutar bola mata jengah. Dia tampak mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Sebuah kotak beludru kecil berwarna biru tua. Dia membukanya dihadapanku. Dua buah cincin yang terbuat dari emas putih dengan ukiran nama kami di masing-masing cincinnya. Aku menatapnya tak percaya.

"Aku mau kita bertunangan sekarang," ujarnya.

"Sekarang?! Dimana?!"

"Tentu saja disini. Memangnya mau dimana lagi?"

Belum sempat aku membalas perkataannya dia sudah menyematkan cincin dengan ukiran namanya dijari manisku.

"Apa ini termasuk tunangan?" Aku mendelik kearahnya.

"Tentu saja! Ayo pasang yang satunya dijariku!"

Aku hanya memutar bola mata jengah. Mungkin rekor tunangan yang paling tidak romantis akan dijatuhkan kepada kami berdua.

Aku menyematkan cincin dengan ukiran namaku dijarinya. Entah kenapa tiba-tiba kedua sudut bibirku seolah tertarik begitu saja. Terbesit rasa bahagia dihatiku.

Vernon tersenyum dan mengisyaratkanku untuk berbalik seperti tadi. Setelah aku berbalik, dia memelukku dari belakang. Kali ini aku menggenggam tangannya dan menyandarkan kepalaku diceruk lehernya. Aroma tubuhnya yang khas membuatku semakin nyaman berlama-lama dalam dekapannya.

🍁🍁🍁

Hari itu...

Aku melupakan sesuatu...

Aku belum bersiap dengan kemungkinan terburuknya..

Selepas bahagia, akan ada air mata kesedihan yang tertumpah.

🍁🍁🍁

To be continued..


[Hallo gaisseu, jangan lupa tekan vote dan comment ya! Satu bintang dari kalian sangat berharga untuk menentukan kelanjutan ff ini-!]

Regards,

©Copyright2020eclaxx

Everything Has Changed Where stories live. Discover now