•01• Beginning

211 128 30
                                    

"Without you, i'm just the sad song."

___________________________________

🍁🍁🍁

"(Y/n)-ya, kalau makan eskrim jangan belepotan.. Dasar kau ini," ujar Chanyeol sambil mengelap sisi bibirku yang diikuti dengan kekehan kecil.

Aku mengerjap pelan ketika merasakan sentuhan Chanyeol di wajahku. Ini bukan kali pertama dia melakukan ini. Tapi.. kenapa rasanya berbeda? Apa sekarang aku benar-benar sudah tidak memandang Chanyeol sebagai sahabat kecilku? Apa aku memandang Chanyeol sebagai seorang laki-laki? Maksudku.. sebagai laki-laki yang kusukai..

"(Y/n)-ya.. Kenapa melamun? Eskrimnya sudah mulai mencair tuh."

"Ehh," Aku mengalihkan pandangan kearah eskrim yang mulai mengalir dipinggiran cone. Cepat-cepat aku menghabiskannya sebelum semakin mengotori tanganku. Ketika eskrim sudah habis, Chanyeol segera meraih tanganku dan membersihkannya menggunakan sapu tangan.

"Chan, nanti sapu tanganmu kotor," ujarku sambil menahan tangannya. Sebenarnya percuma, karna Chanyeol sudah membersihkan tanganku.

Chanyeol memandangku dengan kedua alisnya yang bertautan. "Kau ini kenapa? Aku kan sudah sering melakukan ini."

"Ahh tetap saja. Sini biar aku yang cuci sapu tanganmu. Akan kukembalikan setelah benar-benar bersih," Aku mengambil sapu tangan Chanyeol yang baru saja digunakan untuk membersihkan tangaku dan segera memasukkannya kedalam saku jumpsuit yang kukenakan saat ini.

"Hm ya sudahlah." Chanyeol mengedikkan bahu dan memandangku sejenak, kemudian ia berbaring diatas rumput dengan kedua tangan yang dia gunakan sebagai alas kepalanya. Aku memiringkan kepala untuk memperhatikannya lebih jelas. Pandangan Chanyeol seolah terkunci pada hamparan langit biru luas dengan gumpalan awan diatas kami.

Sangat indah..

Bukan, bukan langitnya yang kumaksud. Tapi sosok yang sedang berbaring di sebelahku saat ini.. Chanyeol, dia salah satu karya Tuhan yang indah bagiku. Sudut bibirku seolah tertarik dengan sendirinya ketika melihat Chanyeol yang mulai terpejam karna semilir angin yang menerpa wajahnya. Aku memutuskan untuk ikut berbaring disebelahnya.

Benar saja, ternyata bukan hanya Chanyeol yang indah, langitnya juga begitu indah. Gumpalan awan yang bergerak perlahan dengan berbagai bentuk unik seolah mengunci pandanganku. Tapi aku cepat-cepat mengubah posisiku menghadap Chanyeol. Aku mengangkat kepalaku dan menopangnya dengan tangan kiriku. Garis wajah Chanyeol terlihat jelas dihadapanku saat ini. Bukan hanya jelas, tapi sangat dekat. Aku memainkan perlahan rambut Chanyeol dengan tangan kananku sambil mengingat berbagai memori yang kami lakukan bersama sejak kecil, sampai saat ini.

Chanyeol, orang pertama yang mengajakku bicara ketika aku tidak memiliki teman saat di taman kanak-kanak. Dia manis, lucu, dan terkadang bertingkah konyol. Aku ingat bagaimana caranya melindungiku ketika anak-anak nakal menggangguku. Aku ingat ekspresi khawatirnya ketika melihat lututku yang terluka karna terjatuh. Aku ingat dia yang selalu mendorong ayunanku dari belakang. Aku ingat dia yang selalu mengetuk pintu rumahku tiap pagi agar kami berangkat sekolah bersama.

Sebenarnya rumah kami hanya berjarak dua rumah. Jadi aku menghabiskan banyak waktu bersama Chanyeol selama beberapa tahun kebelakang. Kami tumbuh bersama sejak kecil, sampai saat ini kami sudah berada disekolah menengah atas. Tak terasa sebentar lagi ia akan menapaki perguruan tinggi terlebih dahulu, karna sebenarnya ia lebih tua setahun dariku.

Chanyeol membuka matanya dan membuatku berhenti memainkan rambutnya. "Kenapa berhenti? Lakukan lagi," ujar Chanyeol sambil menoleh kearahku.

"Enak saja!" Aku menekan hidungnya sambil terkekeh kecil dan membenarkan posisi untuk berbaring memandang hamparan langit biru diatas kami.

Everything Has Changed Where stories live. Discover now