Part 2: Paham

116 35 57
                                    

"Tetaplah di pihak yang baik apapun keadaannya. Karena jika begitu, sekeras apapun orang berusaha menyalahkan, tak akan ada yang bisa berhasil menjatuhkan."

Monokrom Sang Rasa
navillerascheera

• • •

Sarayu di sore hari menemani Asha yang tengah melatih adik kelasnya di taman sekolah. Bagaskara yang mulai meredup dan terasa hangat, membuat mood Asha cukup bagus sore ini.

Hari ini adalah hari kamis, rutinitas Asha sebagai Ketua Ekstrakurikuler Pecinta Alam untuk melatih para juniornya.

Asha memang aktif di berbagai bidang. Ia juga termasuk anak berprestasi di sekolahnya. Dan itu menjadi salah satu alasan mengapa Wirda dan Khayla ingin tetap dekat dengan Asha.

Bagi yang baru mengenalnya, aneh rasanya Asha tak punya teman dekat. Namun itulah Amira Asha Wiratama. Seseorang yang teliti dalam hal apapun termasuk dalam hal memilih teman.

Banyak yang berkata, "Jika ada masalah aku akan ada bersamamu."

Tetapi lagi-lagi, tak ada ketulusan di dalamnya. Orang lain tak pernah peduli dengan betul pada Asha, sekalipun Asha bercerita mengenai masalahnya, mereka tak peduli. Mereka hanya mendengarkan karena penasaran bukan karena perasaan.

Hanya satu orang yang Asha temukan sebagai teman yang benar-benar peduli, Kirana, dan, ya, sudah tahu, kan? Bagaimana Asha dan temannya itu sekarang? Hilang komunikasi.

"Kak, bentar lagi jam empat nih. Ekskulnya beres jam berapa?" Salah satu anggota ekskul Pecinta Alam sekolah itu seketika membuyarkan lamunan Asha.

"Ah iya, beresin bekas prakteknya aja, ekskulnya kita udahin sekarang. Bu Tati udah ngasih absen, kan?" jelasnya.

"Iya udah."

"Ya udah, yuk, beresin aja."

"Siap, Kak!"

Gadis bernama Tania itu lantas memanggil teman-temannya untuk mengikuti arahan yang Asha berikan.

Asha ikut membereskan taman itu sekaligus memberitahu kegiatan di pertemuan minggu depan pada semua adik-adiknya.

Kelas 12 di ekskul itu hanya tinggal Asha seorang, yang lain memilih keluar dengan alasan fokus ujian, padahal hanya malas saja. Lagipula waktu ujian masih cukup berjarak.

Gadis itu duduk di bangku taman memperhatikan semua pekerjaan adik kelasnya sembari membereskan kertas absen dan catatan lain di kursi sebelahnya. Di tengah kesibukan itu, seseorang dengan suara yang familiar terdengar memanggil Asha.

"Hei," sapanya tersenyum kikuk.

"Eh, Ren. Kok belum pulang?" tanyanya.

Ya, suara itu milik gadis bernama Shiren.

"Emm ... belum dijemput," ucap Shiren.Asha mengangguk-angguk bibir ber-O tanpa suara.

"G-gue mau jelasin tentang di grup itu." Asha melirik sekejap, lantas kembali melanjutkan aktifitasnya mengecek lembaran kertas satu persatu seolah tak peduli.

"Gue yakin lo udah tau, tapi kenapa lo pura-pura nggak tau, Sha?"

"Masalah basi, males," jawabnya singkat.

"Sha, gue nggak tahu semua itu. Gue nggak ikut-ikutan. Tapi gue paham maksud mereka. Maafin gue ya, Sha," ucap Shiren merasa bersalah.

Asha menyimpan kertas-kertas yang sudah rapi di genggamannya, lantas berbalik menatap Shiren. "Tenang aja, Shiren. Gue tau lo gak ikut-ikutan, kok. Kalo gue gak maafin lo, nggak mungkin tadi gue mau sebangku sama lo, kan," jelasnya.

Monokrom Sang Rasa | Hiatus RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang