34. The Day

7.5K 748 346
                                    

Pembacaku ternyata pemalu dan pendiem semua yaa👉👈

Gak papa, aku juga pendiem kok di real life, tapi di lapak orang pasti rusuh😆 awoakwoakk...

Happy reading teman!💃

***
.
.
{}

Mau mengelak sesering apa pun, kenyataan pasti harus dihadapi. Seperti sore ini, aku yang baru saja pulang dari kantor langsung diculik oleh Galen ke rumahnya.

Walaupun aku sudah merengek takut, tetap saja pria yang kini tak henti mengelusi tanganku tetap bersikeras bahwa inilah harinya. Hari pengakuan. Dia tidak mau lagi terus menerus menyembunyikan diriku.

Galen selalu sebaik ini. Walau aku tahu ini juga berat bagi dirinya. Beberapa kali aku masih merenung jika yang aku lakukan ini salah. Namun, jika bukan karena anak ini, tentu aku tidak akan menghancurkan rumah tangganya yang baru berjalan beberapa bulan.

Selama perjalanan aku terdiam, menutupi kegugupanku. Aku belum siap hari ini. Dan nyatanya, aku memang tidak pernah siap. Aku belum tahu respons apa yang harus aku berikan ketika nantinya mendapat cacian.

Apa yang akan dipikirkan orang tua Galen tentang wanita sepertiku ini? Apalagi, mereka adalah orang-orang hebat. Pebisnis terkenal. Wanita sepertiku, sudah tentu aib bagi keluarganya yang mentereng di dunia sosialita.

Apa yang bisa diandalkan dariku? Jika dibandingkan Sasa dan keluarganya, aku jelas bukan apa-apa.

Setelah beberapa saat berkendara, bangunan besar yang menurutku sangat horor sudah terpampang nyata di depan mata. Berkali-kali aku memejamkan mata, keringat dingin sudah mulai membanjir. Ingin rasanya aku kabur saat ini. Tapi tak mungkin, karena Galen kini merangkapku dalam tatapan syahdunya. Dengan sayu, dia mengelusi telapak tanganku yang berkeringat, lalu dikecupnya lama.

"Ada aku. Kita hadapi sama-sama."

Aku tersenyum miris. Dari tadi Galen terus menyemangatiku, walaupun dirinya sendiri ku tahu juga tengah ketakutan. Tangannya tak kalah dingin dari tanganku. Tentu saja, mungkin ini pertama kali dalam hidupnya membangkang kepada kedua orang tua itu.

Atau mungkin, Galen sebenarnya masih tidak rela jika harus cerai dengan istrinya.

Berharap aku mundur? Setelah semua kehilangan yang menimpaku? Kali ini aku tidak akan melepas Galen kembali. Tidak akan pernah.

Setelah meneguhkan hati jika aku akan baik-baik saja, akhirnya aku mengangguk, membuat Galen tersenyum lega.

Genggaman tangannya tak pernah lepas mengenggamku, memberiku kekuatan. Atau sebenarnya, kami sama-sama saling menguatkan. Begini 'kan cinta itu?

Baru beberapa langkah melewati gerbang kematian, maksudku pintu rumah yang besar, terlihatlah Tuan dan Puan Surendra di satu sofa panjang dengan raut terkejunya. Sang tuan yang menatap kami dengan rahang mengeras dan sang puan yang memekik terkejut melihat wanita yang digandeng anak semata wayangnya dengan perut membuncit lima bulan.

Tak butuh waktu lama sampai sang puan tersedu di bahu suaminya. Aku hanya bisa menunduk di balik punggung Galen. Menahan untuk tidak turut menangis. Pasti berat bagi keluarga Galen menerima wanita sepertiku. Aku benar-benar memalukan.

Saat mengalihkan wajah, di situlah aku melihat sosok wanita yang tampak ringkih di sudut dinding, tengah menunduk terisak. Jantungku terasa diremas ketika melihat Sasa untuk pertama kalinya setelah dia minta izin untuk menikahi pacarku, dengan kondisi yang seperti itu.

Ini pasti sangat berat baginya. Aku tahu ini salah, aku tahu ini bukan diriku. Ini bukan Azalea yang aku kenal. Karena kehamilan ini, aku telah kehilangan diriku sendiri.

Azalea✔Where stories live. Discover now