51. L atau XL?

7.1K 684 228
                                    

Semalaman suntuk aku tidak bisa tidur nyenyak. Baru terlelap sebentar, aku kembali terjaga. Rasanya seperti sedang tidur dan ditatap oleh raksasa mengerikan dengan pandangan lapar. Penyebabnya adalah ruang kamar ini, terutama satu lemari besar yang berada di sudut dinding di depanku.
Membuat pertanyaan-pertanyaan negatif berkelebat di otakku.

Bagaimana jika Mas Keanu sebenarnya sudah punya istri atau punya sosok wanita yang begitu di cintainya? Mengingat celetukan tak sengaja dari orang tua Mas Keanu yang mengarah ke hal itu. Atau bagaimana jika Mas Keanu sudah pernah menikah dan sekarang dia adalah duda yang menyamar menjadi bujang tua?

Aishhh, aku menegapkan tubuh. Sekarang hawa kantuk itu benar-benar hilang. Aku memilih untuk menjelajahi kamar ini dengan lebih rinci.

Sayangnya aku tak menemukan clue apa pun. Kamar ini kosong. Setiap laci meja tak berisi apa pun. Aku berakhir dengan duduk bersila di atas lantai sambil menatap lemari berisi pakaian itu dengan lirih.

Memegang dadaku. Ada yang berdentum meminta kebebasan karena sesak di dalamnya.

"Siapakah pemilikmu?" tanyaku kepada semua gamis-gamis ini. Sunyi. Aku seperti orang gila yang sedang melakukan ritual terhadap baju-baju ini.

Ini masih pukul 03.00 pagi, jam untuk tidur, tapi aku malah duduk "menyembah" pada lemari ini. Bentuk penyembahan yang meminta harapan atas jawaban.

Hampir setengah jam aku duduk menatap lemari penuh itu dengan gamang, sebelum ereksi urinku menyentakku dan memerintahkanku untuk segera membuangnya.

Perut besar ini membuatku beser. Tiap menit, detik, aku selalu merasa ingin buang air kecil. Padahal yang keluar hanya sedikit. Oke, itu salah satu derita ibu hamil.

Setelahnya aku tertidur dan terbangun lagi pukul 05.30. Apartement ini masih sunyi, mungkin Mas Keanu memang belum bangun.

Aku berinisiatif untuk bangun lebih cepat dan membuatkan sarapan. Ini masih terlalu pagi, semoga cukup waktu untuk memasak dan pulang ke apartemenku untuk berganti pakaian dan pergi ke kantor.

Setengah jam kemudian, nasi goreng tanpa seafood alias nasi goreng rumahan biasa ditemani dengan perkedel jagung sudah matang dan siap dihidangkan. Aku memilih untuk mencuci piring terlebih dulu, baru membangunkan Mas Keanu.

"Bangkong juga ya Mas," gumamku sambil geleng-geleng kepala.

Suara pintu apartemen yang terkunci otomatis membuatku waspada. Siapa itu? Hati-hati aku melangkah untuk mengintip siapa gerangan yang datang. Aku harap, itu adalah wanita pemilik satu lemari penuh itu.

Dan aku harus kecewa karena melihat Mas Keanulah yang memasuki apartement. Dia tampak terkejut melihatku yang sedang mengintip.

"Kamu ngapain?"

Aku berdecak. "Harusnya aku yang nanya Mas Keanu ngapain? Dari mana? Aku kira Mas masih tidur."

Mas Keanu berlenggak ke meja makan, lalu tersenyum tipis setelah melihat meja makannya yang sudah penuh dengan makanan.

"Aku selalu bangun subuh," gumamnya sambil mencomot satu perkedel dari piringnya.

Wah, baru kutahu jika Mas Keanu termasuk pria religius. Dan jika disandingkan dengan satu lemari penuh gamis itu ... sialan!

"Mas..."

"Zela, aku..." Mas Keanu tampak gugup. Aku mengernyit, sepertinya dia akan mengungkapkan sesuatu.

Tetapi alih-alih melanjutkan ucapannya, Mas Keanu malah menyodorkan satu paperbag yang tadi dijinjingnya dari luar. Mas Keanu memalingkan wajahnya malu, membuaku mengernyit dan segera menarik paperbag itu.

Azalea✔Where stories live. Discover now