1🌧️

1.9K 138 9
                                    

.
.
.
.
.

AkaKuro Love Story~

.
.
.
.
.

Pria bersurai babyblue itu baru saja turun dari kereta setelah mengalaminya perjalanan dua hari dua malam di kereta yang menjadi alat transportasi nya itu. Tampak banyak orang berlalu lalang di stasiun yang cukup ramai itu sama sekali tidak mempedulikan sosok pria yang lumayan pendek itu.

Tapi sosok bersurai biru itu hanya diam sambil perlahan badan kecil nya menyusup di antara beberapa orang yang berlalu lalang disekitar kereta. Sosok itu melepas jaket tebalnya setelah lepas dari kerumunan itu, sehingga tampaklah wajahnya yang sangat datar namun sangat manis itu. Sosok itu memgambil telepon nya yang berdering tidak lama.

"Ah aku sudah sampai Kagami"

".."

"Iya terima kasih sudah mengkhawatirkan ku, tenang saja aku sudah menyewa salah satu apartemen dekat sekolah"

".."

"Tidak usah khawatir Kagami, kau urus saja adikmu disana"

".."

"Sampaikan salam ku pada kise"

Setelah itu sosok bermata biru itu meletakkan hapenya kembali ke dalam tas. Setelah itu ia meraih dan memposisikan jaket itu melingkar di pinggang nya itu. Dengan kondisi masih terdiam, sosok itu berjalan sendirian menyusuri kota baru tempat ia akan tinggal itu.

.
.
.
.
.

Rumah sakit sakura , rumah sakit sederhana disana sama seperti rumah sakit lainnya. Meskipun hari masih subuh, banyak orang yang berlalu lalang di dalam rumah sakit. Entah itu dokter, suster ataupun para pasien penghuni rumah sakit yang lumayan besar itu.

Seorang pria bersurai merah itu baru saja keluar dari salah satu ruangan yang membatasi kedua ruangan inti dalam rumah sakit itu. Semua orang langsung berbisik-bisik melihat pria itu, seperti sudah terbiasa. Pria itu kembali memutar kursi rodanya keluar menuju taman belakang.

Pria bersurai merah dengan kedua mata Berbeda warna itu lagi lagi duduk di tempat yang sama. Tidak ada seorangpun, sosok pria yang jika dilihat Sangat lah tampan. Ada saatnya lelaki itu bersinar keemasan tapi sekarang lelaki itu hanya sekedar seorang manusia biasa yang cacat dan masuk ke dalam ruangan sakit jiwa.

Tidak ada suster yang menjaganya karena salah satu orang yang paling ia benci. Itu tidak masalah , lagipula ia sudah muak untuk marah marah ataupun mencampuri urusan siapapun. Pria berumur sekitar 20 tahunan itu, dengan berusaha sendiri dan tanpa banyak bicara mendudukkan diri dengan susah payah di atas kursi taman itu.

Ia memandangi pohon bunga sakura yang selalu ada disana sejak masuk rumah sakit. Ia terdiam memandangi dengan wajah datar dan tanpa senyuman yang entah sejak kapan sudah luntur dimakan oleh waktu yang semakin bergulir tanpa bisa dihentikan.

Entah sudah berapa lama tidak ada satupun suara lagi yang terdengar dari pria bersurai merah itu. Mungkin ia sudah bosan dengan kehidupan itu sendiri. Semuanya tidak membutuhkannya, ah sudahlah. Sosok tanpa nama itu hanya duduk melihat bunga sakura yang perlahan jatuh pada musim semi tahun itu.

.
.
.
.
.

"Kuroko Tetsuya?", Seru seorang guru manis disana. Sosok bersurai biru muda itu mengangguk dengan wajah datar lagi lagi. Guru itu mengajak Kuroko, murid baru itu untuk menghampiri kelasnya. Kuroko melihat ke arah sekitar, melihat lihat sekolah barunya itu. 'Lumayan besar'

Seketika tatapannya terhenti saat melihat sebuah pohon bunga sakura terbengkalai di tanah yang sangat sedikit itu. Saat di Amerika, tepatnya di kampung halamannya dulu. Pohon sakura tumbuh dimana mana, membiarkan setiap jalannya terwarnai oleh warna merah muda bunga cantik itu.

"Kuroko apa ada yang mau ditanyakan?", Kuroko menoleh lagi ke guru. Sosok manis berkelamin laki-laki itu hanya mengangguk tanpa berkata apapun. Ia memang sangat minim ekspresi , guru itu kembali mengantarkan Kuroko ke kelasnya itu. Meskipun matanya tidak lepas dari pohon sakura yang terletak terpencil disana, Kuroko bisa mendengar guru itu berceloteh.

Kelas Kuroko terletak di lantai dua. Kuroko hanya mengucapkan terima kasih kemudian duduk di tempat duduknya setelah perkenalan, kuroko memilih duduk di bagian pojok tepat di sebelah jendela disana. Memilih untuk melihat pohon sakura daripada berkumpulnya bersama mahasiswa yang lumayan banyak jauh dari pojokkan.

Kuroko bersyukur ia bisa mendapatkan beasiswa sehingga tidak lagi merepotkan Kagami yang merupakan satu satunya sahabat nya. Kuroko memang tidak bisa dekat pada siapapun, ia sudah terbiasa sendiri karena keberadaannya yang sangat tipis. Kelebihannya mungkin hanya karena wajahnya yang sangat manis walaupun ia adalah lelaki tulen.

.
.
.
.
.

Kuroko baru saja pulang dari hari pertamanya bersekolah di sekolah Maria , salah satu sekolah terkenal disana. Ia di terima hanya karena diakui kepandaiannya dalam hal fisika. Padahal Kuroko sama sekali tidak merasa seperti itu, ia hanya suka melakukan percobaan untuk mengisi waktu luangnya yang selalu sendiri.

Kuroko memegang syal yang ia kenakan. Kedua matanya tiba tiba terhenti saat melihat seorang pria bersurai merah yang juga menatapnya balik. Kelopak bunga sakura itu mendarat di telapak tangan Kuroko membuat lelaki itu terdiam sejenak. Ia baru sadar, kalau lelaki itu hanya duduk di kursi taman sedari tadi.

Sosok bersurai merah berpakaian serba putih itu hanya meletakkan kembali tangannya ke kursi. Ia menatap lagi pohon sakura di depannya itu tanpa berkata apapun. Kuroko menatap lagi kelopak bunga sakura yang tanpa sadar melayang ke tangannya.

Ia berjalan dan berdiri tepat di depan sosok asing itu. Ia menyerahkan kelopak bunga sakura itu tanpa menyadari tatapan mengintimidasi lelaki itu padanya. Toh ia tidak begitu peduli dengan orang lain, mereka saling bertatapan lagi, kali ini Kuroko yang menghampiri lelaki itu.

"Apa kau ingin menangkap bunga sakura ini?" Tanya kuroko lagi. Lelaki itu hanya diam seribu bahasa , tatapannya beralih berusaha tidak menatap kedua manik mata biru Kuroko. Kuroko mengernyit heran melihat pemuda di depannya lagi lagi diam. Ia melihat lagi sebuah pin nama disana.

"Pasien rumah sakit jiwa, akashi seijuro"

Kuroko memaksa tangan kecilnya memegang tangan manusia yang masih diam tidak bergeming di depannya itu. Ia meletakkan kelopak bunga itu di tangannya. Lagipula ia tidak sengaja tadi, dan pria itu seperti nya ingin menangkap bunga sakura tadi. Dan ia juga harus secepatnya pulang untuk melihat apartemen nya itu.

"Kalau gitu permisi", seru Kuroko menjauh dari sosok bersurai merah yang masih terdiam disana. Ia mengalihkan tatapan datar nya lagi ke arah tangannya. Kelopak bunga sakura yang ingin ia tangkap baru saja ada di telapak tangannya karena di berikan oleh seseorang.

Sudahlah, ia hanya ingin menghabiskan waktu saja. Akashi melemparkan bunga itu hingga jatuh perlahan ke tanah di bawahnya. Lagi lagi akashi sama sekali tidak bersuara, tempat itu sangat tenang. Hanya ada suara pepohonan bergesek pelan saat ada angin.

Tidak ada reaksi apapun, ia sudah terbiasa untuk tidak lagi bereaksi. Entah karena sudah bosan ataupun sudah terbiasa dengan semua itu, pikirannya tidak bisa lepas dari kejadian masa lalu yang membayangi hidupnya itu. Membuat hidupnya yang semula penuh gemerlap hancur dalam sekejap.

Yah dia adalah akashi seijuro, mantan pemilik perusahaan besar terkaya di seluruh dunia. Kini harus hidup selama lamanya di rumah sakit ini dengan bernotabe sebagai pasien rumah sakit jiwa. Itu memang menyedihkan, namun mau tidak mau. Suka tidak suka, ia tidak akan bisa lepas dari tempat yang selalu mengingatkan nya betapa menyedihkan nya dirinya itu. Tidak akan bisa.

.
.
.
.
.

Wait To Next Part

💖Silent Love🌧️ (AkaKuro)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang