44

16.6K 1.2K 59
                                    


Bagas berlari menuju kamar Selfi, ia baru saja pulang sekolah dan langsung menuju rumah gadis itu. Tentunya setelah mengantarkan Via, jangan lupakan itu. Bagas bertemu Desi tadi dan memberitahu jika Selfi sedang sakit.

Bagas membuka pintu bercat putih itu pelan, sebisa mungkin agar tak membangunkan pemiliknya. Bagas menemukan Selfi yang tengah meringkuk kedinginan, Bagas pun langsung duduk di tepi ranjang. Tangannya menepikan helaian rambut Selfi yang menutupi wajah cantiknya. Bagas mengusap lembut kening Selfi yang berkeringat dan masih hangat.

Bagas menghela nafas, ia berniat keluar takut jika mengganggu istirahat gadisnya. Desi sudah memperingatinya tadi, jika Selfi tidak mau di ganggu namun ia memaksa untuk masuk. Saat Bagas hendak pergi dari sana tangan Selfi menahannya. Bagas menoleh, tatapan sayu dari Selfi membuat Bagas terenyuh.

"Jangan pergi" lirih Selfi.

Bagas kembali ke tempatnya, ia mengangguk dan menyamakan tingginya dengan tubuh Selfi yang terbaring.

"Maaf ya, Lo jadi repot-repot kesini" lirih Selfi dengan suara seraknya.

Keadaannya sedikit membaik, walaupun pusing di kepalanya masih terasa.

Bagas tertegun mendengarnya, ia bingung harus merespon apa.

"Kemarin gue nungguin lo, tapi lo nggak dateng. Kemarin gue pergi ke Cafe di temani Rani, sorry ya nggak kasih tau" suara Selfi begitu parau namun sesak untuk di dengar Bagas.

Gadis macam apa kekasihnya ini, bagaimana bisa dia yang meminta maaf harusnya dirinya lah yang merasa bersalah.

"Fi"

"Mau minta maaf? Iya nggak papa"

"Maaf.."

Mata Selfi terasa panas. "Maaf terus aja Gas. Lo sering banget minta maaf ke gue" Bagas tertampar oleh kenyataan.

"Gue ngerti ko, Via itu sahabat lo. Gue juga bakal lakuin hal sama, kalo gue ada diposisi lo saat itu. Cuma ya gimana sakit banget rasanya saat liat lo berduaan di bawah hujan dan berbagi payung. Sedangkan gue ke hujanan, rasanya nggak adil banget. Pengen marah, kesel juga rasanya"

"Fi..."

"Gue udah pernah bilang bukan, kalo gue nggak bisa marah sama lo. Rasa sayang gue lebih besar dan itu buat gue kadang merasa kesulitan sendiri"

"Fi.."

"Lo bertahan selama ini, gue udah seneng banget Gas. Berkali-kali gue sakit hati, terus kesel marah tapi setelah liat lo semuanya hilang gitu aja"

"Lucu ya"

"Maaf" Bagas menundukkan kepalanya.

Selfi menghela nafas, ia merentangkan tangannya. "Sini peluk"

Bagas dengan cepat menarik Selfi ke dalam dekapannya, ia mengusap rambut Selfi dengan lembut. "Maaf Fi.."

Selfi mengangguk, ia menangis dalam diam. Mengusap pipinya yang basah tanpa di ketahui Bagas, begitulah seorang wanita mudah memaafkan walaupun berulang kali di sakiti. Dan begitulah akhirnya, Selfi enggan untuk membesarkan-besarkan masalah. Terlalu takut untuk kehilangan Bagas, terlalu takut jika suatu saat nanti Bagas akan pergi meninggalkannya.

Bagas melepaskan pelukannya, lalu menatap Selfi. "Udah makan?" Selfi mengangguk.

"Mau aku ceritain tentang Via" ucap Bagas sambil merapikan rambut Selfi.
Selfi mengangguk cepat.

Flashback on....

Kedua bocah itu tengah memakan ice cream di sebuah taman, masing-masing duduk di ayunan.

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang