SKALA bagian 2 | Chap. 70

3K 212 144
                                    

Selamat membaca 🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca 🌻
...

Sarah tak henti-hentinya terisak ketika melihat kedatangan Skala yang dibawa oleh beberapa orang ke rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sarah tak henti-hentinya terisak ketika melihat kedatangan Skala yang dibawa oleh beberapa orang ke rumahnya.

Kondisi putranya yang disertai beberapa goresan luka di tubuhnya membuat tubuh Sarah seketika melemas. Apalagi beberapa orang berbaik hati yang membawa Skala ke rumahnya---yang nyatanya adalah saksi mata dari kecelakaan tersebut, memberitahu Sarah bahwa kecelakaan itu akibat dari ulah Skala sendiri.

Beruntung sekali, KTP Skala berada dalam dompet di saku celana. Alamat rumah yang tertera disana pun memudahkan mereka untuk membawa Skala menuju kediamannya.

"Saya berencana mau bawa anak Bapak ke rumah sakit terdekat. Tapi di tengah perjalanan, anak bapak tiba-tiba sadar dan memberontak gak mau di ajak ke rumah sakit."

"Tidak apa-apa, Pak. Terimakasih sudah membawa anak saya kemari. Maaf merepotkan kalian," ucap Yudha berterimakasih dan merasa tidak enak dalam waktu yang bersamaan.

Sepeninggal orang-orang tersebut, Sarah dan Yudha segera menuntun Skala masuk ke dalam rumah. Yudha dengan hati-hati merebahkan tubuh putranya di hamparan sofa, sedangkan Sarah pergi ke bagian dapur untuk mengambil air putih beserta kotak P3K.

"Tunggu disini. Ayah mau siapkan mobil. Kita ke rumah sak.."

"Skala butuh Luna! Bukan dokter!" tolak Skala cepat.

Yudha ingin mengumpat, namun suaranya tertahan di tenggorokan. Pria paruh baya itu mengatur napasnya sejenak, berusaha untuk tidak lepas kendali.

"Skala, tolong jangan ngebantah. Kali ini aja, turuti apa kata Ayah." Yudha mencoba membujuk dengan kesabaran tingkat atas.

"Skala gak butuh obat, dokter, alat medis, atau apapun itu, Ayah!" sergah Skala memberontak.

Sontak, Skala meringis pelan karena ulahnya sendiri. Detik kemudian, iris matanya perlahan meredup.

"Skala cuma butuh Luna," pintanya kemudian.

Bersamaan dengan itu, Sarah datang membawa nampan berisikan segelas air putih dan beberapa obat.

SKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang