#60

66 11 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam. Dan saat ini, Venka tengah menatap layar laptopnya, sambil tersenyum-senyum sendiri. Karena kini, ia merasa begitu bahagia. Sebab, impian terbesarnya sebentar lagi, akan terwujud.


Namun tiba-tiba, angin berhembus dari jendela kamarnya, yang memanglah belum ditutup. Merasakan hal tersebut, membuatnya menyunggingkan senyuman, dan berkata, "Pasti itu Draz, aku sudah tidak sabar, ingin menyampaikan berita bahagia ini padanya".

"Sepertinya, malam ini ada yang sedang bahagia"

Segera ia menoleh, saat mendengar suara tersebut, dan dapat ia lihat, hantu itu yang sedang berjalan menghampirinya, "Draz, kemari lah!" suruhnya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Draz yang tak mengerti pun, segera menghampiri Venka, dan duduk di sebelahnya, "Ada apa?" tanyanya, dengan dahinya yang ia kerutkan.

"Ada sesuatu, yang harus kau ketahui" ujar Venka, sambil menatap Draz dari samping, dan menyunggingkan senyuman.

"Yang harus ku ketahui? Apa?" tanya Draz kembali, yang mulai terlihat bingung.

"Tadi, saat pulang dari kampus, aku dan Edvard langsung ke toko buku, dan kau ingin tahu? Apa yang kulihat di sana?" ucap Venka, dengan senyuman yang masih terukir di wajahnya.

"Apa?" tanya Draz, sambil mengerutkan dahinya.

"Novel-novel mu itu, sudah dipasarkan di sana!" jawab Venka, tanpa melepaskan pandangannya, dari hantu itu.

Mendengar apa yang baru saja gadis itu katakan, membuat kedua matanya Draz, langsung membulat. Lalu ia menatap Venka dengan tidak percaya, dan berkata, "Benarkah? Kau sedang tidak bercanda, kan?".

"Tentu saja tidak. Tunggu sebentar, aku tunjukkan buktinya" ucap Venka, sambil mengambil ponselnya, yang berada di atas kasur. Lalu ia membuka kunci layarnya, dan menekan ikon galeri. Kemudian, ia membuka sebuah foto, yang berisi foto dirinya, dengan latar belakang, tumpukan novel dari ceritanya Draz, "Ini, kau lihat saja sendiri, tadi aku sempat mengambil beberapa foto, untuk kutunjukkan padamu" sambungnya, sambil memberikan benda tersebut, pada hantu itu.

Draz pun segera mengambil ponselnya Venka, tanpa mengatakan apa-apa. Lalu ia menatap layarnya, dan betapa terkejutnya ia, saat melihat  foto tersebut, "Iya, ternyata kau memang benar" katanya.

"Kan sudah ku bilang, kalau aku sedang tidak bercanda. Dan, tadi Edvard pun juga membelinya, karena katanya, ia ingin membacanya" ujar Venka.

"Oh ya?" ucap Draz, sambil menoleh ke arah Venka.

"Iya" jawab Venka, sambil mengganggukkan kepalanya.



************************



"Kemarin, setelah sampai di rumah, aku langsung membaca novel itu, tapi belum selesai" ujar Edvard, yang kemudian menyeruput segelas orange juice, yang berada di depannya.

"Oh ya? Lalu, kau sudah membaca sampai bab berapa?" tanya Venka, yang duduk di sebuah kursi, yang berada di depannya Edvard.

"Baru sampai bab 10" jawab Edvard.

"Venkaaaaa"

Mereka berdua pun sedikit terkejut, saat mendengar suara tersebut, dan dapat mereka lihat, seorang mahasiswi yang sedang berjalan menghampiri mereka.

"Venka Venka, apakah benar ini novel buatanmu?" tanya mahasiswi itu, sambil menunjukkan sebuah novel, pada Venka.

Venka pun segera beralih menatap novel tersebut, dan melihat sampulnya. Lalu ia mengganggukkan kepalanya, dan berkata, "Iya, itu memang novel buatanku, memangnya kenapa?".

"Tidak apa-apa, hanya saja aku tak menyangka, jika rupanya kau adalah seorang penulis" ujar mahasiswi itu, "Karena kemarin sore, saat aku sedang ke toko buku, aku melihat tumpukan novel ini, yang terpajang di sana. Lalu, aku mengambil salah satunya, dan memperhatikan sampulnya. Namun aku begitu terkejut, saat membaca nama penulisnya, yang tertera di sana. Karena penasaran, aku pun membelinya, dan berniat untuk menunjukkannya padamu. Dan ternyata benar, ini memanglah novel buatanmu" sambungnya.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Venka, lalu ia mengganggukkan kepalanya, dan berkata, "Selama ini, aku memang sering menulis cerita, tapi hanya di sebuah aplikasi saja, dan belum pernah diterbitkan. Tapi saat menulis novel itu, tiba-tiba saja aku ingin menerbitkannya, maka dari itu aku mengirimkan pada penerbit, untuk diterbitkan".

"Wow keren! Aku tak menyangka, jika di kampus ini, ada seorang mahasiswi, yang merupakan seorang penulis. Kau benar-benar hebat Venka, dan aku salut padamu" ucap mahasiswi itu, sambil menepuk bahunya Venka.

"Kau ini bisa saja, membuatku jadi merasa tersanjung. Tapi, terima kasih ya, atas apresiasinya" ujar Venka, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Sama-sama Venka, aku akan membaca novel ini sampai habis, dan jika sudah selesai, aku akan mengatakannya padamu, seberapa aku menyukainya" ucap mahasiswi itu.

Venka pun langsung terkekeh pelan, dan mengganggukkan kepalanya, "Baiklah, kalau begitu sekali lagi terima kasih, ya?" ucapnya.

"Iya Venka, kalau begitu aku pergi dulu. Sampai nanti!" ujar mahasiswi itu, yang kemudian segera beranjak pergi.

"Sepertinya, sebentar lagi ada yang mendadak terkenal di kampus ini" ujar Edvard, yang beralih menatap sahabatnya itu.

"Sudahlah Ed, kau jangan membuatku, jadi tersipu malu" ucap Venka, yang masih terkekeh, dan menyeruput segelas juice, yang berada di dekatnya.














To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu