HOPE | 1

735 47 58
                                    

"Seperti kata pepatah, orang sabar jodohnya mencar-mencar."

"Ini kriminal!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini kriminal!"

Cewek itu, yang name tag di dadanya tertulis nama Shagita Kayla menatap cowok berwajah datar dihadapannya dengan penuh amarah. Jika dia gunung api, niscaya sebentar lagi akan meledak dan menyebabkan bencana. Sayang, dia bukan gunung api. Jadi, yang bisa dia lakukan hanyalah menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan.

Sementara Shagita mencoba menenangkan dirinya, cowok berwajah datar yang dikenal orang sebagai kapten basket terpopuler, Angga Pratama, hanya diam menyimak celotehan Shagita yang tidak ada habisnya. Sesekali sambil menyuapkan sandwich dan meningkatkan volume musik yang mengalun lewat earphone-nya, hal itu dia lakukan setidaknya sampai suara cempreng Shagita tidak bisa terdengar.

"Samudera itu gantengnya kebangetan," ucap Shagita dengan tatapan tidak lepas dari pemandangan di bawah, tepatnya di lapang dimana seorang cowok jangkung berkulit putih yang seragamnya dibalut almamater biru khas anak OSIS sedang berdiri dikerumuni adik-adik kelas.

"Udah ganteng, pinter, populer. Wattpadable, novelable. Hati gue yang paling dalam mengatakan, dia adalah tulang rusuk gue--mph."

Tanpa aba-aba Angga menjejalkan sandwich berukuran besar ke dalam mulut Shagita, dengan wajah datar tanpa dosa dan tanpa berperasaan. Mati-matian Shagita mengunyah sandwich itu. Tidak lucu kalau dia mati tersedak sandwich sambil lihat cowok ganteng.

"Lo ..." Shagita menelan sebelum kembali bicara, "Gara-gara lo gue jomblo."

Angga menarik earphone-nya lalu menatap Shagita malas.

"Gue?"

"Iya! Kalau lo nggak ngintilin gue, gue udah dapat pacar sepuluh."

Memang, Angga sengaja mengikuti Shagita kemana-mana tetapi bukan tanpa alasan. Angga risih dengan banyaknya cewek yang mengantre untuk menyatakan cintanya yang pasti sudah Angga tolak bahkan sebelum mereka membuka mulut. Jadi, pilihan untuk menjadikan Shagita tameng adalah keputusan terbijaknya. Namun, tunggu sebentar. Sepertinya ada kalimat yang perlu dikoreksi.

"Lo juga, ngikutin gue karena nggak punya teman."

Tiba-tiba keadaan menjadi hening. Hanya suara dari lantai bawah dan semilir angin di rooftop yang sesekali menerpa wajah dan menerbangkan rambut mereka.

"Gue males."

"Gue juga."

"Nggak ada yang bikin gue nyaman."

"Gue juga."

"Selain sosok Samudera."

Angga mendengkus lalu berdiri sambil menepuk bagian celana abu-abunya yang kotor.

"Lo bukan tipe Samudera."

"Kata siapa?" tanya Shagita. Dia ikut berdiri setelah merapikan kotak bekalnya.

HOPE [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang