HOPE | 2

251 30 20
                                    

"Angan-angan, selalu lebih menyenangkan daripada kenyataan. Harapan, hanya membuat kita semakin berangan-angan."

Tiga puluh menit berlalu, Shagita berusaha fokus untuk merangkum materi dari buku paket

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tiga puluh menit berlalu, Shagita berusaha fokus untuk merangkum materi dari buku paket. Novel "HOPE" dia simpan di bawah beberapa buku referensi agar tidak mengganggu. Namun, usahanya gagal total. Peringatan itu terus berputar di kepalanya.

Akhirnya dengan berat hati, Shagita meletakan pulpen dan menutup buku catatannya. Dia benar-benar sudah tidak bisa fokus. Dia pun mengambil novel itu dan membuka halaman pertama dimana peringatan itu berada.

Dusta kalau Shagita mengatakan tidak senam jantung saat menemukan peringatan itu. Kaget bukan main. Pasalnya, ini zaman edan.  Pembunuhan berantai lewat hastag dan aplikasi sedang ramai dibicarakan. Teror lewat pesan atau surat pun sudah banyak terjadi dan kasusnya banyak diberitakan. Namun, teror karena melanggar peringatan untuk membaca satu bab per hari dalam sebuah buku fiksi? Itu yang membuat Shagita hampir mati penasaran. Memangnya apa isi buku ini? Apakah sebuah rahasia negara tetangga yang disembunyikan oleh seorang mata-mata, yang bisa saja sedang menyamar menjadi salah satu siswa SMA Angkasa Jaya?

"Ngawur! Ya kali!"

Shagita menempelkan pipinya ke meja. Matanya tidak beralih dari novel di depannya. Haruskah dia baca sekarang?

"Yang harus kau lakukan hanya percaya padaku. Kemudian, aku akan mengabulkan semua harapanmu. Apapun itu."

Shagita membaca blurb novel itu. Dia tersenyum tipis. Saat cahaya matahari sore menembus jendela hingga sampai ke wajahnya, dia memejamkan mata. Dia merenung kemudian.

Jika boleh memilih, Shagita ingin hidup di dunia novel. Sekali saja, gadis itu sangat berharap mencicipi kisahnya yang selalu berakhir manis. Dunia ini terlalu keras baginya. Dia pun tidak tahu pasti kapan semua rasa pahit yang dialaminya selama ini akan berakhir. Atau mungkin, tidak akan pernah berakhir sampai dia mati. 

Jujur saja, Shagita sudah lelah bertahan hidup seorang diri. Namun, dia tidak pernah bisa menyalahkan takdir yang membawa kedua orang tuanya. Mungkin ini jalan cerita yang harus dilaluinya. Pertanyaannya, kenapa harus sesulit dan sepahit ini?

Hidup itu adil, seharusnya begitu. Hidup Shagita Kayla sudah sangat pahit, harusnya diberi rasa manis setidaknya dengan mengabulkan harapannya. Merasakan kisah cinta di masa SMA. Bukan hanya sekedar kisah cinta biasa yang ramai dibicarakan orang-orang. Satu alasannya mengapa Shagita sangat ingin merasakan hal itu. Dia ingin mempunyai seseorang yang bisa dia percaya dan dia andalkan serta ada ketika dia butuh sandaran. Shagita ingin menemukan orang seperti itu dan orang yang sangat dia harapkan adalah sosok Samudera Tenggara, sosok yang sempurna yang bisa melengkapi hidupnya.

Akan sangat menyenangkan jika Samudera menyukainya juga kemudian mereka akan memiliki kisah bersama di masa SMA. Sayangnya itu hanya bisa terwujud dalam angan-angan ketika dia sedang memejamkan mata saja. Karena itu, Shagita ingin memejamkan matanya lebih lama untuk menikmati harapan-harapannya yang tidak akan pernah menjadi nyata.

HOPE [Terbit]Where stories live. Discover now