HOPE | 7

100 19 2
                                    

Happy Reading ❤


***

"Sukses tidak datang semata-mata karena keajaiban melainkan karena usaha keras dan perjuangan."

Dari awal, yang namanya Angga Pratama tidak pernah main-main dengan basket

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dari awal, yang namanya Angga Pratama tidak pernah main-main dengan basket. Ambisinya sudah di level tertinggi, orang-orang menyebutnya obsesi tapi apa kata orang Angga benar-benar tidak peduli. Dia hidup untuk diri sendiri.

Pertama kali Angga ikut klub basket di luar sekolah adalah ketika duduk di bangku kedua Sekolah Menengah Pertama. Atas kerja kerasnya dia berhasil masuk ke klub nasional legendaris Indonesia Muda (IM). Sejak saat itu dia bertemu dengan Pak Rafi juga keempat manusia berisik yang sekarang adalah anggota timnya di sekolah. Angga, Bintang, Rafael, Farrel dan Galaksi adalah jagoan basket SMA Angkasa Jaya. Awalnya mereka tidak pernah menyangka akan bertemu lagi di sana tapi mengingat klub basket SMA Angkasa Jaya adalah yang terbaik di Jakarta membuat mereka tidak aneh lagi.

Di IM, Pak Rafi adalah pelatih terbaik. Jadi harusnya Angga beruntung bisa mendapatkan guru olahraga juga pelatih khusus di sekolahnya. Namun yang Angga rasakan justru dia malah bosan bertemu Pak Rafi terus. Orang-orang tidak tahu saja dibalik sikap ramah dan tegas Pak Rafi tersimpan sisi petakilan yang hanya Tuhan, Pak Rafi, malaikat pencatat amal-amalan, dan Angga yang tahu.

Hari Sabtu sore, tepat pukul empat mereka bertemu lagi. Tidak masalah bagi Angga jika saja Bintang tidak terus membuntutinya dan mengkomporinya dengan menyebut-nyebut nama Shagita.

"Lo nggak bisa diam aja, Ga. Bisa-bisa Shagita beneran ninggalin lo," ucap Bintang seraya melakukan gerakan pemanasan sebelum mulai latihan.

Sebisa mungkin Angga menulikan telinga. Dia fokus melakukan pemanasan semaksimal mungkin karena jika pemanasan tidak dilakukan dengan benar akibatnya bisa fatal.

Pemanasan dipimpin oleh Galaksi. Sekarang sedang di luar sekolah dan Angga sedang malas memimpin. Angga akan menyesali keputusannya saat ini karena hal itu membuat peluang Bintang untuk mengoceh di gendang telinganya semakin besar. Ingin sekali rasanya Angga melilit mulut berisiknya itu dengan kawat.

"Lo pikir aja deh." Bintang masih tidak berhenti mengoceh dan sama sekali tidak sadar atau pura-pura tidak sadar dengan hawa mencekam yang berada di sekeliling Angga. "Kalian temenan udah tujuh tahun. Tujuh tahun bro, bukan tujuh hari."

Seolah memang ini kebiasaannya, Angga memutar bola mata malas. Kenapa orang-orang disekitarnya semuanya menyebalkan? Punya dosa apa dia di kehidupan sebelumnya?

"Kalian nggak ada rasa uwu uwu, gitu? Kalau gue mah udah diam-diam suka sama Shagita," ujar Bintang terang-terangan.

Cowok mungil itu mengangkat satu kakinya, masih melakukan pemanasan. Mulutnya juga masih ikut pemanasan. Angga berharap mulut berisik Bintang tiba-tiba terbakar.

HOPE [Terbit]Where stories live. Discover now