HOPE | 12

70 14 0
                                    

Story by: saskiafadillaaa

Happy Reading!

***

"Kita dekat, apakah bisa disebut sahabat? Namun kenapa, atas semua sikapmu aku pernah berdebar, meski sesaat?"

"Kita dekat, apakah bisa disebut sahabat? Namun kenapa, atas semua sikapmu aku pernah berdebar, meski sesaat?"

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Angga menghentikan motornya tepat di depan kafe Universe. Jika bukan karena Shagita yang memaksanya dari tadi niscaya Angga tidak akan pernah berada di sini. Terjebak di dalam kafe karena hujan tiba-tiba turun.

Shagita bergegas masuk ke ruang karyawan, mengganti seragamnya dengan celana jeans dan kaos putih dilapisi rompi khas kafe Universe. Rambut sebahunya dia ikat tinggi-tinggi agar tidak mengganggu aktivitasnya. Selesai bersiap, dia berganti sif dengan salah satu temannya yang kemudian keluar kafe dengan langkah terburu sampai rela menembus hujan.

Saat ini, kafe belum terlalu ramai. Mungkin karena hujan, atau mungkin juga karena alam tengah memberikan kesempatan pada Shagita dan Angga untuk terjebak berdua--jika beberapa barista di belakang dan pengunjung lain dikecualikan.

Cowok bertampang datar itu duduk di dekat jendela. Kakinya dia silangkan di atas kaki lainnya. Masih dengan memakai kaos basket khas SMA Angkasa Jaya. Kaos oblong berwarna biru dongker dengan celana pendek yang warnanya senada. Dipadukan dengan garis-garis tepi berwarna kuning. Karena kaos itu kini lengan Angga yang lumayan berotot itu terbuka membuat beberapa cewek yang duduk tidak jauh darinya berbisik-bisik dan … apa itu? Seseorang memotretnya!

Angga mengerjap saat blitz kamera mengarah padanya. Cewek-cewek doyan cogan itu berbisik malu saat Angga menatap mereka dengan kesal. Shagita yang melihatnya lebih kesal. Dia keluar dari meja kasir dan melangkah cepat ke arah Angga setelah mengambil jaketnya dari ruang karyawan.

Sesampainya di hadapan Angga, Shagita langsung melempar jaketnya yang sudah pasti kekecilan jika Angga pakai. Apalagi warnanya merah muda.

"Apa, sih?"

"Pake aja udah!"

Mendengar cekikikan cewek-cewek itu, Shagita menoleh galak. Dia menarik kursi lalu duduk di samping Angga membuat cowok di sampingnya mengernyit.

"Sana kerja lo! Ngapain di sini, makan gaji buta, hah?"

Tangan Shagita terkepal geram.

"Duduk. Lo pikir kafe ini punya lo? Sok ngusir gue seenak jidat!"

"Pelanggan adalah raja," ucap Angga singkat lalu membuat gerakan tangan mengusir.

HOPE [Terbit]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin