HOPE | 11

61 11 0
                                    

Story by: saskiafadillaaa

Happy Reading ♥

***

"Rasa takut itu untuk dihadapi, bukan untuk dinikmati sendiri, menyakiti diri sendiri."

Kepercayaan adalah suatu hal yang paling berharga di dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepercayaan adalah suatu hal yang paling berharga di dunia. Kepercayaan tidak didapat dengan mudah, kepercayaan tidak bisa dibeli dengan uang. Orang-orang biasanya hanya mempunyai beberapa orang terpercayanya karena dunia terlalu kejam untuk membuat manusia saling percaya tetapi hal itu tidak bisa dipungkiri bahwa akan ada masanya orang terpercaya di dunia sekalipun bisa saja berkhianat dengan berbagai alasan. Jadi, satu-satunya orang yang harus kita percayai di dunia adalah diri kita sendiri. 

Pernah, dulu sekali Shagita mempunyai orang yang sangat dia percaya. Dia menceritakan apapun padanya sampai suatu hari orang itu menusuk Shagita dengan kelemahannya. Yang paling parah adalah, hampir membunuhnya.

"Nama saya Laura Chyntia. Senang bertemu semuanya."

Shagita mengepalkan tangannya, mencengkeram kuat-kuat pulpen yang sempat jatuh beberapa saat lalu. Tatapannya tidak bisa lepas dari sosok yang tengah tersenyum miring padanya. 

"Em, Laura kamu duduk di--"

"Apa saya bisa duduk di belakang Shagita?"

Tangan Shagita semakin mengepal kuat. Sorotnya menyiratkan permusuhan meski tidak bisa dipungkiri itu adalah caranya menghilangkan ketakutan.

Pak Surya terlihat mengerutkan keningnya. "Ah, kamu ternyata sudah kenal Shagita, ya?"

Laura mengangguk. Senyum manis berkedok iblisnya masih di sana. "Kita sahabat, kan?"

Belum sempat Shagita menjawab, Pak Surya memotong. Merasa suasana tadi itu sangat tegang untuk seukuran murid baru yang baru datang dan ...  bertemu sahabat lamanya?

"Dion, kamu pindah kursi."

Cowok bernama Dion itu menatap Pak Surya tidak terima. "Bapak pernah baca hadis yang mengatakan jangan menyuruh orang pergi dari tempat duduknya? Dosa, Pak! Ini tempat duduk saya. Ogah pindah. Pewe!"

"Dino, kamu-" 

Ucapan wali kelas XI MIPA 2 itu terpotong.

"Nggak apa-apa, Pak. Saya duduk di kursi yang kosong aja."

Laura melangkah melewati Shagita begitu saja untuk sampai ke bangku keempat jajaran ketiga dari pintu. Sekilas cewek berambut coklat itu menoleh ke arah Angga yang duduk tidak jauh dari tempatnya. Dia melemparkan senyum tipis.

"Udah lama, ya?"

Dan, tentu saja Angga tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menatap cewek itu satu detik lalu memasangkan earphone-nya. Tidak peduli dengan apa yang keluar dari mulut Laura, tidak peduli dengan penjelasan Bu Tina karena materi itu sudah dia hafal di luar kepala.

HOPE [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang