chapter 36

5.7K 607 92
                                    

"Ada yang harus aku bicarakan sama Mamah sama Ayah," ujar Bryan.

Bryan baru saja pulang les, dia langsung menghampiri sang mamah yang berada didapur, Raya sedang memasak.

"Ada apa Nak?" tanya Raya sembari mematikan kompor.

Bryan terduduk dikursi meja makan. "Tapi mau nunggu Ayah. Ayah belum pulang ya?" tanya Bryan.

Raya mengambil gelas dan menyajikan susu hangat pada Bryan.

"Ayah belum pulang, emang ada apa?" Raya menyodorkan segelas susu itu.

"Mamah repot-repot. Aku bisa nyeduh sendiri nanti." Raya tersenyum.

"Gak papa," ujar Raya mengelus rambut Bryan.

"Makasih."

"Apa yang mau kakak bicarakan emang?" tanya Raya lagi.

"Apa perjodohan sama Natasya bisa aku batalkan?" Raya terdiam dengan raut wajah yang tak bisa dijelaskan.

"Emang ada apa?"

"Aku gak bisa melanjutkannya, maaf." Bryan tertunduk.

"Coba jelasin sama Mamah pelan-pelan." Bryan masih tertunduk.

"Kalau udah ada Ayah aku jelasin, aku mau mandi dulu," jawab Bryan.

"Yaudah. Gibran kemana?" tanya Raya yang menyadari bahwa anaknya itu belum pulang padahal diluar sudah mendung nyaris akan hujan.

"Pacaran dulu sama Devi," balas Bryan.

"Adikmu itu baru jatuh cinta makanya bucin banget."

"Mah kalau bisa Mamah gak usah masak-masak lagi, lebih baik Mamah banyak istirahat aja," tutur Bryan dengan tulus.

"Loh kenapa?" tanya Raya sedikit heran dengan permintaan sang anak sulung.

"Mamahkan lagi hamil, banyakin istirahat biar Mamah nya sehat dan calon adik aku nya juga sehat. Waalaupun nanti kalau mamah lahiran aku gak di Indonesia." Raya tersenyum.

Rupanya ini, Raya bangga kepada Bryan. Dia sangat pengertian dan tulus.

"Iya sayang Mamah gak bakal capek-capek kok, tenang aja Maah akan jaga calon adik kamu dengan baik, ada kalian juga yang selalu jaga Mamah."

"Dari dulu aku pengen adik lagi," kata Bryan.

"Emangnya Reyhan sama Gibran gak bikin pusing sampe kamu mau adik lagi?" tanya Raya.

"Engak sih eh tapi sakapeungan sih," balasnya.

"Kamu kakak yang baik emang, Mamah bangga."

"Makasih Mah, udah ah aku mau mandi dulu, gerah banget."

"Jangan lupa belajar."

"Disekolah seharian aku ngapain kalau gak belajar Mah?" sindir Bryan.

Setelah berucap Bryan pergi kekamarnya untuk mandi,btapi bukannya mandi Bryan malah rebahan dulu dikarpet bulu yang berada dikamarnya.

"Hujan.. si Gibran dimana ya."

Bryan mengamati jendelanya yang diluar terdapat air hujan yang berasal dari langit, sesungguhnya dia khawatir pada Gibran.

"Emang ya orang lagi bucin-bucinnya suka lupa sama waktu." Bryan mengambil ponselnya dan mengirim pesan.

Ting

Ada pesan masuk dari Reyhan

Reyhan : kak bantuin mengerjakan tugas gua😩😭.

Bryan : tugas apaan?

Reyhan : matematika, gua gak paham gua gak bisa gua gak mampu gua benci gua capek gua lelah hayati lelah mau udahan aja pokonya.

Bryan : dasar oon, masuk sma jangan masuk IPA, malu-maluin lo.

Reyhan : bodo amat gua gak niat masuk IPA!!!!!!!

Bryan : gua mandi dulu, setelah itu gua kekamar lo buat bantuin lo belajar, gua gak mau punya adek oon.

Reyhan : jahat bet sama gua.

Bryan tak membalas pesan dari Reyhan, gabut kayaknya tuh orang. Orang kamar sampingan aja masih aja ngechat kenapa gak langsung kekamar coba.

Bryan : lo dimana? Udah sorebhujan lagi lo mau ayah tau lo pulang ngaret?

Gibran : di kang bakso, mau kagak?kalau mau gua bungkusin.

Bryan : pulang bangke!

Gibran : kehujanan gua ini makanya gua mampir kekang bakso buat ganjel perut.

Bryan : pulang lo mau buat mamah khawatir?

Gibran : gua bukan anak gadis.

Bryan : pulang njing! Gua gak mau lo sakit lagi

Gibran : siap babang ganteng, ademu ini mau menghantar sang kekasih dulu.

Bryan : bodo amat nyett!

****

"Ya Allah gusti! Kenapa kamu ujan ujanan," pekik Raya yang langsung mengahampiri Gibran yang sedang membuka sepatunya.

"Karena hujan," balas Gibran. Badannya sudah mengigil, hidungnya juga sudah terasa tersumbat. Sudah dipastikan dia akan sakit kembali.

"Yaudah buka bajunya, langsung mandi ya, pake air hangat! Mamah kedapur dulu.  Gibran mengangguk dan langsung melangkahkan kakinya kedapur, bodo amat sama lantai kalau licin hha..

"Lo baru pulang?" tanya Bryan.

"Loujan-ujanan?" tanya Bryan.
"Kalau lo gak suruh pulang cepet gua gak bakal kehujan kali."

"Yaudah, sorry guakan khawatir aja lo kenapa napa." Gibran mengangguk.

"Ia dah serah gua mah mandi,Bye!"pamitnya.

Gibran hanya menggelengkan kepalanya, tau betul dengan sikap Gibran yang seperti apa.

Gibran membuka pintu kamarnya dan langsung membersihkan badannya dengan air hangat. Gibran memang sering mandi dengan air hangat, badannya suka langsung panas dingin kalau bersentuhan dengan air kalau cuacanya gak bagus.

Pernah waktu nginap disekolah waktu kelas 10, acara camping gitu tapi disekolah. Gibran mandi jam empat pagi dan berakhir dirumah sakit, emang dasarnya Gibran lemah dengan air dingin.

Setelah mandi ia memakai celana trening dan kaos hitam pendek, dia membaringan badannya dan mengapai selimut.

Gibran sudah mengigil sedari tadi, belum lagi kepalanya yang cukup pening. Gibran menaikan tinggi bantalnya, hidungnya tersumbat yang mengakibatkan dia susah nafas dan susah mencari posisi tidur yang enak.

Ceklek

Raya membuka pintu kamar Gibran, dia tersenyum melihat Gibran yang berbaring diranjang tempat tidurnya.

Raya menyimpan baskom kecil yang ia bawa dari bawah. Dia mengecek suhu tubuh Gibran dengan menempelkan punggung tanganya.

"Mamah udah inisiatif bawa kompresan jaga jaga takut kamu demam. Eh ternyata bener," ujar Raya.

"Dingin banget."

"Minum dulu."

"Nanti aja, males bangun pening banget."

"Perutnya kembung gak?" Gibran mengangguk.

"Olesan minyak kayu putih dulu ya, mau gak?" tanya Raya walaupun Raya tau Gibran tak suka aromanya.

***

Bersambung..





Gibran Zaidan || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang