12. Prasangka

190 28 33
                                    

Fara kembali memandangi tubuhnya yang telah terbungkus celana training dan sweater abu-abu yang terasa kebesaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fara kembali memandangi tubuhnya yang telah terbungkus celana training dan sweater abu-abu yang terasa kebesaran. Ia terus berpikir, kenapa juga menurut saja saat ditawari membasuh diri dan mengganti klambi? Jelas-jelas ia bisa melakukan semua itu di apartemen barunya yang jaraknya hanya beda sekitar satu blok dari apartemen Christoff.

Sepasang bola mata Fara sesekali memperhatikan punggung dan bahu lebar itu di balik meja pantry, tampak sibuk membuat sesuatu di sana. Wangi opor ayam yang tadi disuguhkan dan sudah tandas dari pancinya, samar-samar masih bisa terhidu. Christoff mengaku bahwa tadi siang dia sendirilah yang telah membuatnya.

Tak pernah terpikirkan jika lelaki itu ternyata adalah sejenis lelaki yang memang patut dilestarikan karena keahliannya dalam memasak. Alhasil, kerinduan Fara akan citarasa dari Tanah Kelahiran pun telah terpuaskan.

"Lahap banget. Saya lihat kamu makan aja udah kenyang."

Hanya itu yang diucap Christoff sembari bertopang dagu dan melihat Fara makan dengan lahapnya tadi. Diatatap dan dipergoki makan dengan lahap seperti itu, jelas membuat Fara rikuh sekaligus bahagia. Panas di pipinya semakin membuat rona mawar bersemi di sana.

"Dessert," tawar Christoff ketika Fara telah rampung dengan makan malamnya. Satu ramekin berisi kue khas Prancis yang baru saja keluar dari pemanggang ia sodorkan di hadapan gadis itu.

Perempuan yang dulu diam-diam senyumnya pernah Christoff kagumi itu lantas membulatkan mata. Ekspresinya berubah bahagia.

"God! You made Soufflé?" tanya Fara dengan nada kagum.

"Fresh from the oven," tukas Christoff. "Ayo, harus cepat dimakan."

Kata 'enak' yang terdengar riang lantas meluncur dari bibir Fara tatkala ia mencicipi potongan pertama lemon soufflé buatan sang kawan lama. Manis, hangat, dan segarnya kudapan asal Prancis itu menyatu di lidah Fara. Kesenangan yang dicicip oleh lidah pun kemudian serasa turun ke hati. Bahagia karena rasa enak dalam masakan memang benar adanya. 

Makan malam rumahan yang kemudian ditutup dengan kudapan seringan awan. Soufflé, memang salah satu favorit Fara. Ini menyenangkan sekaligus mengingatkan Fara akan seseorang yang berada jauh di sana.

Fara tidak lupa. Terakhir kali dirinya menghabiskan makan malam dengan Saka di beberapa tahun lalu, mereka memilih soufflé sebagai makanan penutup. Dan Long Island Kitchen adalah saksi bisu pertemuan terakhir keduanya di Tanah Kelahiran sebelum mengizinkan jarak kembali membentang.

"Dulu, kalau keluarga kami sedang kumpul, Ibu saya senang bikin kue-kue atau camilan lainnya. Termasuk salah satunya soufflé."

Ocehan Chris memecah arus lamunan Fara. Mata gadis itu pun kembali pada tatapan sang lawan bicara. 'Ibu', tatkala Fara mendengar Christoff mengucap panggilan itu, ia mendapati satu sendu di matanya. 'Ibu', Fara tahu betul masa lalu kelam yang pernah Christoff temui dengan sosok itu.

Soufflé (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang