9). About Fransisco

179 85 11
                                    

"Finally I have you by my side," kata Delpiero dengan senyuman yang lebar, disusul Benny.

Teknisnya, Delpiero Fransisco adalah juniornya semasa kuliah. Usia mereka terpaut 10 tahun karena saat itu Benny melanjutkan studi S2 di umur yang terbilang cukup tua, yaitu berumur 32 tahun. Keduanya mengambil master yang sama dan hubungan keduanya menjadi lebih dekat seperti saudara. Hanya saja, mereka harus berada di jalur yang berbeda ketika Benny diterima di perusahaan Pak Byantara sebagai sekretaris, yang sempat dihalangi oleh Delpiero karena menginginkan Benny bekerja dengannya.

"Gelar lo S2, tapi kenapa melamar kerja jadi sekretaris?" protes Delpiero saat itu. "Dengan kepintaran lo, lo layak dapat pekerjaan yang lebih baik."

"Ini bukan sekretaris biasa, Ro, tapi Sekretaris Presdir yang anak perusahaannya mencapai puluhan yang menyebar ke seluruh dunia. Kamu juga nggak lama lagi akan mengemban tugas seperti Pak Byantara, jadi kamu pasti lebih mengerti."

"Kalo gitu, lo seharusnya nungguin gue karena akan lebih baik lo kerja sama gue daripada sama orang lain."

Benny tersenyum lebar. "Jadi bawahan kamu kayaknya bukan ide baik. Aku merasa diintimidasi karena lebih tua dari kamu. Rasanya nggak pantas aja."

"Loh... kok, gitu?" protes Delpiero tersinggung. "Bukannya yang namanya kerja harus profesional? Karena gue juga akan gitu. Lagian nggak mungkinlah gue semena-mena sama elo. Lo panutan gue."

"Aku hanya bercanda. Anggap aja aku nyari pengalaman kerja sama orang lain. Kalo kita memang ditakdirkan bekerja di tempat yang sama seperti waktu kita kuliah dulu, kita pasti akan dipertemukan kembali. Itu pun kalo kamu masih mau aku berada di sisimu."

"Siapa bilang gue nggak mau? Tentu aja gue mau lo berada di sisi gue. Gue nggak punya abang atau kakak karena gue anak sulung. Juga, gue adalah pewaris utama di keluarga. Lo tau sendiri beban gue sangat besar. Kalo nggak ada lo, gue udah lama depresi dan mungkin gila beneran. Bagi gue, lo itu seperti abang kandung."

"Jadi, apa keinginan lo?" tanya Delpiero sembari menggigit ayam gorengnya dengan lahap. "Kalo soal uang, nggak usah khawatir. Asal lo di sisi gue, lo bakal aman."

Benny tertawa, lantas ikut mencomot dagingnya. "Bukan. Ini ada kaitan dengan anak aku."

"Oh, siapa namanya? Hmm... Freya, 'kan? Mestinya satu sekolah sama Defian, dong?"

Benny mengangguk. "Kamu pasti udah tau soal berita pertunangan itu. Adik kamu membatalkan pertunangan, trus digantikan oleh anaknya Pak Byantara. Lalu... anak aku secara nggak sengaja terlibat."

"Terlibat cinta segitiga maksudnya? Gue nggak terlalu paham kejadian yang sebenarnya kayak gimana, yang jelas Defian memang membatalkannya. Sisanya nggak jelas. Toh, Om Byantara udah beresin, 'kan?"

"Aku respek sama Pak Byantara, jadi aku memutuskan untuk berhenti karena nggak mau melibatkan Freya. Kamu tau sendiri bahaya rumor seperti apa. Kenyataan aku bekerja di sana sebagai sekretaris malah akan memperburuk situasi. Nanti disangka aku kerja karena sedari awal menargetkan keluarga Byantara untuk kepentingan pribadi."

"Hmm... betul juga," kata Delpiero sambil menyeruput es tehnya. "Berarti bisa dianggap takdir, 'kan? Karena dulu lo pernah bilang soal takdir yang akan mempertemukan kita kalo berjodoh. Ternyata masalah ini harus muncul supaya lo bisa berada di sisi gue."

"Jodoh, ya?" ucap Benny pelan dengan imajinasi liar yang menari dalam pikirannya. Apakah itu berarti Freya akan berjodoh dengan adik bungsu Delpiero?

Nggak salah, 'kan? Toh sejak awal, Defian alias Afin memang tidak berniat untuk bertunangan dengan cewek sempurna yang jelas berada di depan matanya. Juga, terlalu banyak kemungkinan lain yang bisa dijadikan alasan untuk menghubungkan takdir itu.

Meteor in Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang