sembilan belas

4K 355 37
                                    

Tok..tok..tokkk

"Tunggu sebentar"
Terdengar sautan dari dalam rumah, lalu muncul seorang gadis berambut sebahu dari balik pintu berwarna putih itu

"Oca" sapa nya

"Eh kak Novan, masuk kak"

"Iya makasih"

Iya Novan yang sedang berkunjung kerumah Athar sore ini, ia ingin segera menyelesaikan kesalah pahaman yang terjadi antara dirinya dan Athar, ia tidak bisa lama-lama melihat Athar yang terus mendiaminya

"Ma, ada kak Novan"

Mama Athar keluar darah dapur menghampiri Novan diruang tamu, sedangkan Oca masuk kedalam kamar lagi, ia sedang banyak tugas yang harus di kerjakan hari ini

"Eh Novan" sapanya dengan senyum ramah dan mempersilahkan Novan duduk

"Iya Tante" ucap Novan balas tersenyum pada mama Athar

"Athar lagi nggak di rumah Van, lagi dirumah abangnya, biasa hari minggu"

"Di rumah Rio ya Tante?"

"Iya, seharusnya sore ini sih pulang, kan besok sekolah"

"Yaudah Novan tunggu aja Tante, siapa tau bentar lagi pulang"

"Iya mungkin bentar lagi, oh iya kok tumben akhir-akhir ini kamu jarang kesini?"

"Iya tan, Novan lagi banyak tugas akhir-akhir ini" ucapnya berbohong, sebenarnya ia takut jika datang kesini akan di usir oleh Athar,

"Oh gitu, ya udah kamu tunggu di kamar Athar aja sana, Tante mau nerusin masak soalnya, ngga papa ya"

"Iya tan, nggak papa kaya sama siapa aja"

Novan berdiri, melangkah menaiki tangga menuju kamar Athar, kamar yang ia rindukan akhir-akhir ini, namun tetap saja pemiliknya yang lebih ia rindukan

___________

"Assalamualaikum?" Salam Julian tersenyum manis pada wanita paruh baya yang sedang duduk di kursi, matanya menatap kosong kearah pemandangan di luar melalui jendela di depannya.

Julian berjongkok mensejajarkan dirinya dengan wanita itu "apa kabar? Maafin ian ya yang jarang kesini"

Wanita itu menengok saat mendengar nama ian di sebut oleh julian

"Ian" ucap wanita pelan,

"Iya ma, ini Ian" Julian tersenyum, wanita yang ternyata mamanya itu langsung memeluk Julian

Julian ikut memeluk mamanya, sudah lama ia tidak merasakan hangat di peluk oleh sang mama.

Mata Julian memanas, begitu banyak air yang ingin keluar dari sana, namun Julian menahannya sekuat tenaga, ia tidak mau bersedih di depan mamanya

"Ian, mama pingin pulang, mama ngga mau di sini" wanita itu berucap dengan masih memeluk Julian

Ini lah alasan Julian jarang menemui mamanya di asrama, meskipun ia setiap Minggu kesini namun ia hanya memperhatikan mamanya dari kejauhan, ia tidak kuat melihat gurat sedih pada wajah wanita itu, Julian merasa iba, di usia  yang sudah mulai menua mamanya harus berdiam diri di ruangan sunyi ini,

ia tidak tega sebenarnya meninggalkan mamanya di asrama sendiri meskipun banyak perawat yang mengurus dan menjaganya pasti mamanya merasa kesepian.

namun ini jalan satu-satunya agar mamanya bisa cepat sembuh dan bisa berkumpul dengan keluarga lagi

Iya mama Julian mengindap gangguan mental beberapa taun lalu,
Dulu keluarga Julian adalah keluarga yang harmonis, kedua orang tuanya begitu sangat menyayangi Julian dan adiknya, sebelum sebuah musibah yang menimpa keluarga nya itu terjadi,

adik Julian yang tiba-tiba menghilang ntah kemana, papanya sudah melaporkan masalah ini ke semua pihak yang berwajib, dan mereka juga sudah berusaha untuk mencari namun hasilnya nihil, tidak ada tanda-tanda dimana keberadaan adik Julian itu yang Samapi saat ini masih belum di temukan

"Mama udah makan? Julian suapin ya" Julian meraih nampan di atas meja yang berisi beberapa makanan itu bersiap untuk menyuapi sang mama

Namun mamanya menggeleng "nggak, mama pingin pulang Ian"

"Iya nanti ma, sekarang mama makan dulu biar cepet sembuh, biar bisa cepet pulang" Julian masih berusaha menyodorkan sendok yang berisi nasi itu ke arah mulut mamanya

"mama sehat Ian, sehat, mama ngga gila, ayo kita pulang, mama mau kumpul lagi sama Ian, sama papa, sama Andika"

"Andika" ucap mamanya antusias mengingat anak bungsunya itu
"kemana dia?kenapa kamu ngga ajak Andika kesini? Mama kangen sama Andika"
Ucap mama nya sambil mengedarkan pandangannya mencari Andika adik Julian

Julian tertunduk diam, dadanya sakit menahan tangisnya
"Ma, makan dulu ya" bujuknya sekali lagi

"Mana Andika Ian" suara mamanya meninggi

"Ma, mama tenang dulu"

"DI MANA ANDIKA IAN, MAMA MAU KETEMU, MAMA KANGEN SAMA DIA, DIMANA?"
Julian memeluk mamanya yang berteriak histeris menanyakan Andika, ia berusaha menenangkan mamanya kembali dalam pelukan namun wanita itu meronta dan tetap memanggil-manggil nama andika

"Mama, Ian mohon tenang dulu" Julian berucap pelan sambil mengelus lembut rambut mamanya

—Athar menatap nanar dua orang yang sedang berada di dalam ruangan itu dari balik jendela ventilasi,  ia menahan sekuat tenaga agar tidak mengeluarkan air dari matanya.

Meskipun ia tidak mengetahui penyebab mama Julian bisa berada di sini namun hatinya begitu sakit melihat keadaan mama julian

Sungguh ia tidak pernah menduga kalau kehidupan Julian serumit ini, Julian yang kadang begitu dingin dan Julian yang kadang begitu care sungguh jago menutupi kepahitan hidup keluarganya.

Athar perlahan melangkahkan kakinya kedalam ruangan itu, menghampiri Julian yang sedang memeluk sayang mamanya.

"Bang" ucap Athar, matanya berkaca-kaca

Mama Julian berhenti histeris, melepaskan pelukan Julian, beralih menatap Athar yang berdiri di samping julian

Ia tersenyum hangat "andika" ucapnya sambil berdiri dan memeluk Athar, "kamu kenapa ngga pernah kesini?, Mama kangen Dika"

Athar terkejut, apa maksudnya? Namun ia terdiam di pelukan mama Julian,

ia beralih menatap Julian bertanya tanpa mengeluarkan kata-kata hanya dengan tatapan wajahnya saja

Sedangkan Julian hanya berkedip sambil mengangguk pelan.

"Mama kangen Dika" ucap mama Julian sambil melepaskan pelukannya namun pandangan nya masih fokus ke arah Athar

"Ma, ini bukan Dika" Julian berusaha menjelaskan pada mamanya

"Kamu ngomong apa sih Ian, jelas-jelas ini Dika"
"Dika udah makan? Makan bareng mama ya, sama bang Ian juga"

Mama Julian kembali duduk dan meraih nampan di meja sampingnya yang tadi di pegang oleh Julian

"Akkk" ia menyodorkan nasi ke arah mulut Athar, dan Athar hanya menuruti saja

Mama julian tersenyum "Pinter anak mama"

Sedangkan Julian terdiam, menatap nanar kearah mamanya, ia sudah menduga ini akan terjadi, Athar memang sedikit mirip dengan Andika, hanya saja tubuhnya yang lebih besar sedikit dari tubuh andika
Ia tidak sanggup menjelaskan kepada mamanya kalau yang sekarang sedang ia suapin itu Athar bukan Andika

.

.

.

.

.

.

Maap kalau jelek, ngetiknya ngebut ini takut ngga keburu hehe 😁

Selamat membaca ❤️
Jangan lupa votenya 😍

Komen aja kalau ada yang ngga nyambung

He is mine [END😻]Where stories live. Discover now