01.0 Legenda Perkotaan

7.4K 1K 12
                                    

"Hei, apa kalian pernah dengar tentang si Pembagi Kebahagiaan?"

Siang itu, guru Bahasa Inggris mereka tidak hadir, dan kelas pun ramai dengan kesibukan masing-masing siswanya. Di tengah-tengah kelas, beberapa siswa memulai membicarakan gosip yang sedang hangat.

"Pembagi Kebahagiaan? Apa itu?" tanya Ayu yang sedang menyeruput jus kotak dengan sedotan. Kursinya diputar ke samping sehingga ia bisa mendengar dengan jelas anak-anak yang sedang bergosip itu. Posisinya sendiri berada di meja yang menempel di tembok di samping jendela, dengan dia berada di sisi luar.

"Ayu, kamu tidak pernah dengar?" kata salah seorang anak lelaki.

Ayu adalah seorang anak perempuan kelas 2 SMP berwajah biasa saja dengan rambut hitam yang panjang hingga punggung. Poninya dibiarkan panjang hingga dagu. Tinggi badannya setinggi rata-rata anak perempuan seumurnya. Selain kepribadian penuh semangat yang dimilikinya, tidak ada hal lain yang mencolok darinya. Dia hanya perempuan biasa dari keluarga biasa, dengan nilai yang biasa, dan teman-teman yang biasa juga. Dia bukan anak orang kaya, tetapi itu bukan masalah baginya. Ayu selalu merasa cukup dalam hidupnya, sehingga dia tidak pernah dihinggapi kesedihan.

"Konon, Pembagi Kebahagiaan itu adalah seekor beruang."

"Tapi ada juga yang mengatakan kalau Pembagi Kebahagiaan itu adalah seorang anak lelaki."

"Dia sering ada di persimpangan jalan."

"Pembagi Kebahagiaan itu akan membagikan kebahagiaan dalam bentuk balon."

"Jika kita mendapatkan balon darinya, kita akan mendapatkan kebahagiaan."

Para siswa menceritakan tentang legenda itu secara bergantian. Ayu tampak sangat amat tertarik. Matanya berbinar-binar ketika mendengarkan cerita itu.

"Apakah itu sungguhan?" tanya Ayu.

"Ayu, kamu gak mungkin percaya dongeng seperti itu, 'kan?" tanya Sonya, teman sebangku Ayu yang sejak tadi sibuk mengerjakan PR.

"Kita enggak tahu itu sungguhan atau tidak," jawab seorang siswa laki-laki sambil mengangkat bahunya. "Tapi coba saja kamu cari, siapa tahu bisa bertemu."

"Tapi kudengar, dia tidak bisa dicari," ujar salah seorang siswi. "Dia hanya akan mendatangi orang yang betul-betul sedang sedih."

Ayu menyeruput tetes terakhir jusnya, hingga menimbulkan suara yang keras. Di sebelahnya, Sonya mendengus tertawa. Ayu memutar kursinya ke posisi semula sambil tetap menggigit sedotannya. Dia perlahan membuka lipatan kotak jus itu tanpa melepaskan sedotannya dari mulutnya.

"Kenapa kamu tertawa, Sonya?" tanya Ayu dengan gigi yang terkatup.

"Kalau legenda itu nyata, seharusnya sudah tidak ada lagi orang sedih di dunia ini," jawab Sonya tanpa memandang wajah Ayu.

Setelah berhasil membuat gepeng kotak jusnya, Ayu melepaskan sedotan dari mulutnya. Dia menoleh dan memandang Sonya dengan ekspresi yang menunjukkan kalau dia sedang sangat bersemangat dan tertarik dengan si Pembagi Kebahagiaan itu. "Sonya, kau tidak akan tahu kalau kau belum mencarinya!"

Sonya menghela nafas, tahu betul kalau tidak ada yang bisa menghalangi temannya itu.

Hingga jam pulang sekolah, Ayu sibuk memikirkan tentang si Pembagi Kebahagiaan. Dia beberapa kali ditegur oleh Pak Irawan, wali kelasnya yang juga mengajar Matematika.

"Sonya, kamu tidak mau ikut denganku mencari si Pembagi Kebahagiaan?" tanya Ayu ketika bel pulang sekolah sudah berbunyi.

"Enggak, lagipula aku harus langsung pulang ke rumah," jawab Sonya tegas. Sonya adalah seorang gadis SMP berambut pendek sebahu dengan wajah yang kemerahan karena bekas jerawat. Dia sudah menjadi teman Ayu semenjak Masa Orientasi Siswa. Tubuhnya lebih kurus daripada Ayu, dan kulitnya juga lebih pucat.

Blitheful BalloonsWhere stories live. Discover now