09.0 The Sorrow

1.5K 482 18
                                    

Pria itu selalu bersembunyi di tengah kegelapan. Kegelapan hati manusia.

Penderitaan manusia adalah sumber kekuatannya. Ia akan mempermainkan hidup seorang manusia melalui kata-kata dan perlakuannya. Semakin lama manusia berada di dekatnya, semakin hancur juga jiwa manusia itu. Pada akhirnya, jiwa manusia yang membunuh dirinya sendiri adalah makanan untuk pria itu.

Jika 'beruang' itu adalah Pembagi Kebahagiaan, maka ia adalah Sang Kesedihan. Dia pun memastikan agar si Pembagi Kebahagiaan tidak membagikan terlalu banyak kebahagiaan. Ia akan merebut semua balon yang ada di tangan para manusia. Atau mungkin, mencegah siapa pun untuk mendapatkan balon itu.

Dia menyusup di tengah-tengah manusia menggunakan wujud manusia. Dia memilih mangsanya dengan hati-hati dan menjaganya agar tidak bertemu dengan si Pembagi Kebahagiaan. Dia memilih jiwa yang mudah dikoyak. Jiwa yang dari awalnya sudah ditakdirkan untuk hancur.

Gadis ini, yang kini sedang ditargetnya, memiliki keluarga yang berantakan. Orangtuanya terpaksa menikah karena ibunya hamil. Tak ada yang tahu jika anak itu benar-benar anak dari kekasih ibunya kala itu, tetapi pria itu tetap bertanggungjawab dan menjadi ayah dari anak itu.

Karena menikah tanpa persiapan, maka lelaki itu bekerja banting tulang dari pagi hingga malam, tak pernah ada waktu untuk keluarganya. Uang yang didapatkannya pun tidak pernah cukup. Anak itu tidak tahu, apakah ayahnya bekerja untuk mencari uang atau hanya membutuhkan pelarian karena tidak suka berada di dalam rumahnya sendiri.

Gadis itu tahu betul, ayahnya mengerti kondisi istrinya yang berselingkuh kesana kemari. Setiap malam, gadis itu bisa mendengar suara pertengkaran yang berasal dari dapur. Kadang, terdengar juga suara piring yang pecah. Kadang, gadis itu berharap mereka berhenti menghancurkan barang, karena itu akan mengakibatkan pengeluaran menjadi bertambah lagi.

Gadis itu sangat jarang bertemu dengan ayahnya, sehingga kadang ia khawatir kalau suatu saat ia akan melupakan wajah ayahnya sendiri. Sementara ibunya tidak bekerja dan hanya sibuk mementingkan dirinya sendiri. Wanita itu banyak menghabiskan uang untuk perawatan kecantikannya atau baju-baju dan aksesoris mahal.

Semua pekerjaan rumah tangga diberikan pada anak itu. Selain diperlakukan seperti pembantu oleh ibunya sendiri, ia juga dipaksa untuk selalu mendapatkan beasiswa setiap tahunnya.

Seringkali, jika sedang kesal, ibu gadis itu akan melukai anaknya. Mencakarnya, menjambaknya, menceburkan kepalanya ke dalam bak mandi, dan lainnya. Anak gadis itu jadi sangat tidak terurus di bawah asuhan ibunya.

Pria itu merasa jika ia bisa memakan jiwa ini dengan mudah. Namun ternyata ada sesuatu yang menghalangi.

Seorang gadis bernama Ayudhya.

Gadis yang menjadi mangsanya ini, Sonya, nampaknya menggantungkan harapan hidupnya pada Ayudhya.

Untuk sekarang, dia masih bisa menghasut Sonya untuk tetap berada di jalan yang gelap, tetapi tidak tahu jika ini bisa bertahan lebih lama atau tidak. Bagaimanapun, dia harus mencegah Sonya berhubungan dengan gadis bernama Ayudhya itu. Menghentikan kontak mereka.

Atau, melenyapkan sosok Ayudhya dari kehidupan Sonya.

#

Deanno berjalan di bawah bayangan, menyelinap di antara kegelapan. Meski matahari bersinar terik, wujud maupun keberadaannya tidak terasa. Dia mengawasi dari kejauhan, siapakah gadis bernama Ayudhya itu.

Gadis itu bukanlah gadis yang spesial. Dia berbicara dan makan seperti manusia pada umumnya. Hanya saja, gadis itu tidak diliputi oleh hawa kegelapan. Jiwanya begitu utuh dan murni. Deanno mendengus. Bagaimana mungkin seseorang yang memiliki jiwa yang rusak berada di dekat seseorang seperti gadis itu?

Seharusnya, mereka yang memiliki jiwa yang tidak utuh akan secara tidak sadar menjadi cemburu dan dengki terhadap orang yang memiliki jiwa yang murni seperti itu. Hal itu terjadi karena mereka mendambakan apa yang tidak dapat dimiliki oleh mereka meski mereka menginginkan hal itu sekuat tenaga.

Lahir di keluarga miskin.

Memiliki orangtua yang kasar.

Tidak bisa melepaskan diri dari belenggu yang diciptakan orangtua.

Mereka tidak memilih untuk mendapatkan itu semua, dan mereka juga tidak dapat mengubahnya. Mereka tidak bisa memilih orangtua mereka. Dan ada juga yang mendapatkan keluarga yang harmonis dan berkecukupan. Meski tidak dapat memilih, tetap saja ada orang yang sangat beruntung dan mendapatkan keluarga seperti itu.

Berusaha sekeras apa pun, tidak ada yang bisa mengubahnya.

Sungguh aneh jika Ayudhya bisa bertahan berada di samping Sonya selama itu.

Deanno menyingkirkan segala pemikirannya yang tak perlu. Tidak penting untuk mengetahui mengapa Ayudhya berada di dekat Sonya, tetapi penting baginya untuk menyingkirkan anak itu.

Deanno membuntuti gadis itu saat gadis itu berjalan keluar dari sekolah. Gadis itu tampak berjalan tidak menentu arah. Dia sama sekali tidak menentukan tujuannya. Hal ini menguntungkan Deanno, karena ia tinggal menghabisi anak itu ketika anak itu berada di tempat yang sepi. Manusia itu sangat lemah, mereka bisa mati hanya karena terjatuh. Pada saat yang tepat, Deanno hanya tinggal mendorong gadis itu dengan ujung jarinya, dan semuanya pun selesai sesuai keinginannya.

Gadis SMP berambut panjang itu berjalan di jalan setapak sebuah taman yang diisi pohon-pohon tinggi dan rindang. Dia tampak berjalan dengan santai, melihat ke kanan dan ke kiri.

Deanno menciptakan sebuah bayangan. Bayangan itu berupa asap hitam yang bisa ia atur bentuknya sesuka hati. Asap hitam itu berputar-putar di atas tangannya, lalu dikirimkannya ke atas ranting pohon yang tinggi.

Bayangan itu berubah wujud dan membentuk sesosok anak kucing. Anak kucing itu mengeong-ngeong keras, membuat Ayudhya memperhatikan kucing itu.

Tanpa berpikir panjang, Ayudhya langsung berusaha memanjat pohon itu.

Sedikit lagi.

Ketika Ayudhya berada di tempat yang cukup tinggi, Deanno akan mendorongnya hingga terjatuh dan membentur kepalanya.

Gadis itu memanjat dan memanjat semakin tinggi. Deanno bersembunyi di balik kegelapan, menunggu momen yang tepat.

Ketika gadis itu menyentuh asap hitam berbentuk kucing yang diciptakan Deanno, asap hitam itu mendorongnya dan membuat Ayudhya kehilangan keseimbangan.

Ketika akhirnya Deanno kira dia berhasil mencelakakan gadis itu, angin besar bertiup.

Seorang anak lelaki bertopeng beruang mendadak muncul entah dari mana, menangkap gadis itu sebelum dia menyentuh tanah sedikit pun. Mata Deanno terbelalak melihatnya.

Sekarang ia mengerti apa yang spesial dari anak ini.

Anak gadis itu berteman dengan si beruang musuh bebuyutannya yang sangat dibencinya.

Deanno pun mundur. Ia harus memikirkan ulang strateginya. Ia harus bergegas, sebelum beruang itu menemukan Sonya. Melenyapkan Ayudhya akan sulit dengan adanya beruang itu di sekitarnya. Mungkin, cara terbaik adalah menghabisi dua gadis itu secara bersamaan.

Entahlah, mungkin dia akan mencoba melenyapkan Ayudhya saat beruang itu lengah.

#

Deanno berdiri di tengah taman yang dingin di malam hari. Dia menyesap sebatang rokok dan meniupkan asap putih ke udara.

Sonya, gadis itu kembali datang ke taman ini di jam yang sama. Ada memar di sudut bibirnya. Tampaknya hari ini pun gadis itu mengalami hari yang berat. Benar-benar praktis untuk Deanno.

Gadis itu mendekati Deanno, lalu memaksakan sebuah senyuman. Deanno tersenyum miring. Dia menyodorkan rokok yang dipegangnya itu pada gadis kecil yang ada di hadapannya. "Mau coba?"

Blitheful BalloonsWhere stories live. Discover now