21.Thanks and Goodbye 🐣

1.3K 143 28
                                    

Happy Reading💙

"Penyesalan memang selalu datang diakhir. Jika kubisa, aku ingin mengulang semuanya dan tak pernah merasakan hal sesakit ini."

~Zeline

Koridor rumah sakit sangat ramai. Sega dan Raina langsung berlari menuju ruangan Zaidan. Saat ia melihat, disana sudah ada Aldo dan Anggi. Pasti Aldo juga dihubungi oleh pihak rumah sakit tadi.

"Do, gimana keadaan Zaidan?" tanya Sega khawatir.

"Belum, dokternya masih didalam," jawab Aldo lesu.

Lama mereka hanya diam. Tiba-tiba Dokter keluar dari ruangan. Sega langsung berdiri. Suasana tiba-tiba mencekam.

"Bagaimana keadaan teman saya, Dok?" tanya Sega langsung.

"Benturan dikepalanya terlalu keras. Kami para Tim Dokter sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain. Saudara Zaidan tidak terselamatkan, dia sudah meninggalkan kita semua." Jawaban Dokter itu mengejutkan semuanya yang ada disitu.

"Ga, ga mungkin." Sega langsung menatap lurus kedepan. Ia tidak percaya dengan semua ini. Masih tadi ia melihat sahabatnya ini galau, tapi sekarang ia telah meninggalkannya.

Aldo hanya melamun, tiba-tiba ia bangun dan mendorong Dokter itu lalu masuk kedalam ruangan Zaidan. "Gaa! Zaidan ga mungkin mati! Dokter ga becus! Zaidan masih hidup bangsad!" teriak Aldo pada Tim Dokter.

Sega yang melihat ikut masuk kedalam ruangan bersama Raina dan Anggi.

"Doo, gue juga berduka atas kejadian ini. Tapi ini juga udah takdir yang digariskan. Lo gabisa salahin siapa-siapa," ujar Sega menepuk bahu Aldo.

Aldo masih histeris. Tiba-tiba Sega mengingat kembali kata-kata sahabatnya, Zaidan.

"Woy! Permen-permen apa yang keras?"

"Ga, gue kayanya jatuh cinta."

"Zeline, cuekin gue."

Tanpa sadar, sebulir air mata jatuh membasahi pipi Sega. Dia tidak cengeng, ia hanya mempunyai perasaan. Laki-laki juga memiliki perasaan, wajar saja. Lagipula Zaidan temannya sejak kecil. Sungguh, ia masih tidak percaya, tadi baru saja ia menjahili sahabatnya. Sekarang, sahabatnya hanya terbaring lemah diatas kasur dengan wajah yang pucat.

"Zaidan mana!?" teriak seseorang dari balik pintu. Nafasnya terlihat sangat ngos-ngosan.

Itu Zeline, Sega mengenal Perempuan itu.

"Gimana Zaidan? Baik-baik aja 'kan? Tolong jangan bilang kabar buruk, gue ga sanggup." Zeline sangat khawatir.

"Zaidan udah tenang, dia ninggalin kita," jawab Sega mencoba tenang.

Zeline yang mendengarnya langsung lemas, kakinya gemetar, matanya panas, hatinya terasa jatuh, jantungnya juga hampir copot saja rasanya.

"Ini ... salah gue," kata Zeline.

"Maksud lo?" tanya Sega.

"Harusnya gue tadi terima dia, gue nyesel. Seharusnya gue ikutin kata hati gue, gue cinta sama dia ... hiks," jawab Zeline.

Sega yang mendengarnya terkejut.

"Semua udah terlambat, mau lo nangis darah juga ga bakal bikin Zaidan hidup lagi," jawab Raina. "Harusnya lo sadar dari awal, Zaidan juga tulus sama lo." Lanjutnya.

Zeline langsung melangkah menuju pembaringan Zaidan. Wajah tampan itu tampak pucat, wajah yang sering tertawa jika bersamanya. Mata itu terpejam tenang, mata yang sering menatapnya yang membuat Zeline deg-deg-an tanpa sepengetahuan Zaidan. Mulut itu sudah tertutup rapat, mulut yang sering melontarkan kalimat yang terkadang membuat hati Zeline senang.

Saat sedang menatap wajah Zaidan, tak sengaja memori rusak itu terputar kembali.

"Zeline makin cantik aja, Zaidan makin syukak!"

"Wih, jodoh nih ketemu mulu."

"Zeline jangan judes gitu dong, Zaidan sedih nih."

"Gue cinta sama lo."

"Jangan dengerin kata orang."

"Pegangan."

"Gue anterin aja yuk."

Oh Tuhan! Apa ini penyesalan? Mengapa sesakit ini? Zeline tak sanggup. Lalu ia langsung mendekatkan kepalanya ketelinga Zaidan.

"I love you, Zaidan." Zeline membisikkan kalimat dengan suara gemetar yang ingin ia lontarkan secara langsung, ketika Zaidan hidup. Dia sekarang merasa menjadi Perempuan paling bodoh, yang menyia-nyiakan laki-laki setulus Zaidan. Yang mencintainya tanpa tapi.

Raina yang melihat langsung meneteskan air matanya, biarkan Zeline sadar dan menyesali kesalahannya.

Lo orangnya baik, Dan. Gue seneng pernah jadi temen lo, yang tenang ya disana. Oiya, gue lupa bilang makasih sama lo. Makasih karna udah bilang ke Sega gue disini. Karna lo juga gue bisa bareng lagi sama cinta gue. Thanks, and Goodbye Zaidan. Batin Raina.

"Anak saya dimana Dok?" teriak Mama Zaidan yang baru saja mengetahui kabar ini.

"Zaidaannnn!!" teriak Mamanya langsung berhambur dipelukan sang anak.

"Jangan tinggalin Mama ... Zaidan bangun ... anak mama ...." Mama Zaidan sangat histeris.

"Sabar Bu, ini sudah takdir." Jawab Dokter tersebut.

"Zaidan hiks ... hiks ... tadi mama udah beliin Gitar yang Zaidan pengen, maaf Mama ga pake uangnya buat belanjaan dapur yang kaya Zaidan minta, Mama cuma mau bikin Surprise buat Zaidan pas pulang sekolah. Tapi ... kenapa ... hiks ...."

"Udah, Tan. Ikhlasin Zaidan." Sega mengelus pundak Mamanya Zaidan hendak menenangkan.

"Sega ... hiks ... hiks ... Zai ... dan ... hiks ...." isak Mamanya lagi kemudian pingsan!

Brukkk

🐣

Area pemakaman sudah sepi, kini hanya tinggal Sega, Aldo, Raina, Anggi dan Zeline. Zeline masih saja menangis di Nisan yang bertuliskan nama Zaidan.

"Udah, Lin. Biarin Zaidan tenang disana. Dia pasti seneng, kalo tau lo juga suka sama dia," ujar Anggi.

"Gue jahat ... hiks ...." Zeline kembali terisak.

"Penyesalan lo gak ada gunanya Lin," kata Raina.

"Zaidan selalu baik sama gue, walaupun gue ketusin sekalipun. Hiks ... gue ... jahat ... banget ... hiks ... hiks ... gue masih ... mau disini ... hiks ... nemenin ... Zai ... Dan ... hiks ...," jawabnya terputus-putus.

"Ini udah mendung, mending kita pulang,"  ujar Sega.

"Tolong bilang ini mimpi! Tolong bangunin aku dari mimpi buruk ini!" ujar Zeline sedikit berteriak.

"Ini nyata! Zaidan udah gak ada, dan lo harus terima," lanjut Sega lagi.

"Iya Lin, bagaimanapun disini bukan lo doang yang berduka, kita juga. Kita lebih lama kenal Zaidan dari pada lo."

"Tapi, sa ... kit ...," ujar Zeline menangis sambil memukul dadanya yang sesak.

🐣

Aldo dan Anggi sudah pulang kerumah masing-masing. Begitupun dengan Sega dan Raina. Sedangkan Zeline, ia malah berhenti disebuah tempat duduk dimana ia dan Zaidan pernah saling bercerita.

Zeline duduk sendiri sambil membiarkan hujan menghantam tubuhnya. Ini tak seberapa yang ia rasakan dihatinya. Pilu, ia hanya menatap kosong kedepan. Bayang-bayang Zaidan kembali hadir diingatannya. Dimana ia dengan jahil mengambil buku digenggamannya. Dan berteriak memanggil namanya.

Perlahan Zeline melihat keatas langit dan memejamkan matanya, ia hanya ingin menenangkan pikirannya. Semoga air hujan ini bisa membawa sedikit rasa sesaknya.

"Zaidan ... makasih buat semuanya, makasih pernah nolongin gue, makasih sering bantu gue, dan makasih udah bikin gue jatuh cinta sekaligus sakit disaat yang sama," ujarnya.

Gimana perasaan kalian?

Next? Voment!

OH SEGA! [COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang