RTA'07

198K 16.7K 2.7K
                                    

Tengah malam. Raskal dibuat kesal saat suara Thalita yang sedang muntah di kamar mandi terdengar keras sampai ke kamar. Ia melirik jam pada dinding pukul 02:27 WIB. Menyibak selimut dan duduk, setelahnya ia beranjak menyusul Thalita ke kamar mandi.

Pintu dibuka, Raskal memperhatikan istrinya yang membungkuk dan menyangga tubuh menggunakan kedua tangan yang berpegangan pada wastafel. Raskal kira sudah selesai ternyata belum, Thalita kembali muntah. Matanya terpejam seperti menahan sesuatu yang tidak mengenakan.

Muntah di tengah malam seperti ini sudah biasa. Kadang Raskal ingin membiarkan Thalita sendirian tapi tidak tega. Kadang Raskal heran dengan istilah morning sickness ini nama doang morning sickness, muntahnya pagi siang sore malem.

"Huek … " 

Raskal mendekat, menggaruk ketiaknya sebentar dan mulai mengusap punggung Thalita. "Huek …" bunyi air yang mengucur dari keran langsung terdengar saat Thalita berhenti muntah. 

"Udah selese atau masih mau muntah?" Raskal bertanya tapi tidak ada jawaban, Thalita sibuk mengatur nafas. "Nggak papa kalo belum selese, aku tungguin. Muntahin aja sampe keluar roh-nya," Thalita menyiku perut suaminya itu yang masih sempatnya bercanda saat ia tersiksa akan morning sickness.

"Hahah … bercanda zeyeng. Udah belom ih? Ditanya diem-diem ae." Raskal langsung pasang badan saat Thalita mendekat dan memeluk tubuhnya seperti biasa. Bisa ia rasakan kalau istrinya lemas dan tanpa ragu ia membalas pelukannya dengan mata terpejam, "Sayang sayaangg ..." Gumamnya seperti menghibur anak kecil.

"Dingin," gumam Thalita membuat Raskal langsung mengambil tindakan yaitu membawanya keluar kamar mandi. Digendong? Bukan, bukan digendong tapi di dorong bahunya dari belakang seperti bermain kereta-kereta'an.

Thalita langsung baring di kasur, "Mau minum nggak?" tawar Raskal dibalas gelengan. Segera ia ikut naik ke ranjang menyelimuti tubuh Thalita dan mengusap perutnya pelan, "Jangan rewel ya, Nak. Masih malem nggak usah banyak tingkah. Kamu bobo biar mami ikutan bobo, ya?" ucapnya seakan-akan si jabang bayi mendengar apa yang ia perintahkan.

•••

Pagi ini kediaman Thalita kedatangan tamu. Namanya Ibu Siti---istri Pak Mono--- yang sekarang akan menjadi asisten rumah tangganya. Beberapa hari lalu Raskal kembali menawari Thalita untuk menggunakan jasa asisten agar perempuan itu tidak kelelahan mengurus rumah.

Awalnya Thalita menolak, tapi penjelasan Raskal mengenai dirinya yang sedang hamil dan segera memiliki anak pasti keberadaan ART sangat dibutuhkan. Ya meskipun Raskal juga mau membantunya mengurusi rumah tetapi tidak mungkin juga laki-laki itu menghandle semua pekerjaan Thalita kan?.

Pak Mono yang mendengar kabar jika Tuan rumahnya membuka lowongan pekerjaan dengan segera mengajukan istrinya untuk ikut bekerja bersamanya. Bukan mencari keuntungan, tapi mengingat istrinya yang hidup sebatang kara di kampung membuatnya sering kepikiran. Beruntung, Raskal langsung mengiyakan permintaan Pak Mono itu. Toh Raskal mengenal baik Ibu Siti itu karena sebelumnya pernah bertemu saat mengantar Pak Mono pulang kampung.

"Yo opo iki! Ndak usah repot-repot mbak Tataa," ucap wanita paruh baya itu dengan tidak enak hati karena sang majikan menghidangkan minum juga cemilan di hadapannya.

Thalita tertawa ringan mendengar seruan heboh Ibu Siti. Sejak kedatangannya tadi, wanita bertubuh gempal itu banyak memunculkan tawanya akibat cara berbicaranya yang medok. Aksen jawanya begitu kental membuat siapapun yang mendengar pasti langsung paham kalau wanita berusia 49 tahun itu berasal dari tanah jawa. 

"Nggak repot Buu, kan cuma air minum." 

"Yo jangan panggil ibu to! Panggil bibi wes gitu wae. Wong sudah tua suka malu kalo dipanggil iba ibu iba ibu," cerocosnya lagi dan mengundang tawa, "Iya udah Bibi. Bi Siti udah makan belum?" 

"Sudah saya sudah makan. Tadi itu Bapak beli nasi rames di terminal, saya makan habis dua bungkus. Wong laper," balasnya disusul tawanya sendiri. Beliau berangkat dari kampung menggunakan bus yang katanya memakan waktu hampir 16 jam lamanya untuk sampai di kota. Sampai di terminal shubuh tadi sang suami ---Pak Mono--- langsung bergegas menjemputnya. 

"Makan apa Bi?" 

"Opo iku namane yo?" Ucapnya sambil berfikir, "Nasi padang mbak!" Serunya semangat.

Tawa ringan Thalita kembali muncul, sedikit kaget dengan pernyataan wanita tua itu yang menghabiskan dua bungkus nasi padang tetapi mengingat perjalanannya menuju kota yang menempuh jarak 16 jam membuat Thalita maklum. 

Keduanya terus berbincang. Lebih tepatnya hanya Bi Siti yang terus berbicara sesangkan Thalita banyak mendengarkan. Wanita dengan pakaian kebaya jaman dahulu itu menceritakan tentang kesehariannya yang bekerja menjadi penjual jamu keliling di kampung, tidak hanya itu Thalita dibuat tertawa saat Bi Siti mengeluh kesepian karena ditinggal sang suami yang bekerja di kota.

"Sekarang nggak bakal kesepian lagi. Kan udah satu rumah sama pak mono," kata Thalita sedikit menggoda Bi Siti yang tersenyum malu.

"Alhamdulillah yo nduk, saya matursuwun sudah di suruh kerja di sini. Tapi ya saya minta maaf dulu kalau nanti cara bekerja saya tidak bagus, sudah sepuh jadi seapa-apanya ndak bisa cepat," tuturnya tidak enak hati. Thalita tersenyum, "Bahkan kalau Bi Siti nggak kerja pun nggak bakal aku marahin. Yang penting Bibi di sini aja, temenin Tata di rumah."

Tentu Thalita tahu risiko memiliki ART yang berusia lanjut tapi tujuan Thalita mengundang Bi Siti bukan untuk bekerja melainkan menemaninya di rumah agar ia tidak kesepian jika di tinggal Raskal pergi atau pun bekerja.

Setelah lama ngobrol, Thalita membawa Bi Siti menuju kamar wanit itu. Letaknya ada di dekat dapur, berdekatan dengan kamar Pak Mono. "Bibi kalau mau sekamar sama pak mono nggak papa, ini aku cuma nunjukin aja kamarnya. Terserah Bi Siti ya, kalau mau sendiri boleh mau sama pak mono juga boleh. Kamarnya yang itu," ucap Thalita menunjuk kamar di ujung lorong.

"Iya terima kasih banyak Mbak Tata, saya satu kamar saja sama bapak. Biar ndak menuh-menuhin ruangan hehehe," balasnya.

"Iya nggak papa. Itu kamarnya ya Bi, aku mau ke atas dulu. Bi Siti kalau mau istirahat juga nggak papa," 

Terus, Thalita pamit menuju kamar sedangkan Bi siti masuk ke kamarnya sendiri berniat membersihkan badannya yang terasa lengket setelah hampir seharian tidak mandi.

•••

Jangan lupa nabung buat nyambut REALITA yaaa bestie🙃

Pantau terus instagram @penerbitnaratama dan @rosedkises_ biar nggak ketinggalan info tentang penerbitan REALITAA👌

🔺Voment
🔺Voment
🔺Voment

Next, kapan?

R E A L I T A [ TERBIT ]Where stories live. Discover now