RTA'08

187K 15.3K 2.3K
                                    

Hallo Bestie! Jumpa lagi akhirnyaa ... Seneng banget akutuuu🌹 semoga kalian pun juga begitu yaaa:)

Siap baca part hari ini?

Buat pemanasan, absen dulu hayuk!
Kalian kelas berapaaa??

Pembaca baru atau pembaca lama?

Sebelum baca, jangan lupa tinggalin jejak dulu dong Bestie, cevetaaannn!

Udah?
Ya udah.

Jangan lupa ramein!

Selamat membaca kisah Raskal dan Thalita kembali!
•••

"Terima kasih, Pak." 

Raskal keluar dari mobil setelah mengucap terima kasih kepada Pak Mono lalu menutup pintunya. Pukul 8 malam ia baru kembali pulang dari kantor dikarenakan tugasnya yang begitu posesif sampai mengharuskannya lembur.

Sambil berjalan Raskal melepas jas berwarna navy yang dikenakan. Baru akan membuka pintu, sosok Bi Siti sudah lebih dulu membukanya membuat Raskal kaget. "Kaget saya," gumam Raskal yang mendapat tawa dari wanita tua itu. Tadi Thalita sempat menberinya kabar kalau Bi Siti sudah sampai rumah, jadi Raskal tidak heran atas keberadaannya.

"Mas Raskal ini tambah guanteng yo? Dulu waktu ketemu ndak kaya gini lho." 

Raskal tertawa kecil, "Kaya gimana Bi?"

"Dulu ganteng. Sekarang tambah guaanteng pisan," Masih dengan tawa, Raskal masuk ke rumah sambil merangkul Bi Siti yang cara jalannya sangat lambat. Tingginya yang hanya sebatas ketiak Raskal membuatnya harus mengangkat wajahnya tinggi-tinggi menatap sang majikan. 

"Bi Siti betah nggak di sini?" 

"Betah, wong pada baik semua ya gimana saya ndak betah," ucapnya lalu tertawa sendiri.

"Masa? Bukan karena pak mono makanya betah?" 

"Yo salah satunya itu," 

Raskal tertawa kemudian menempatkan dirinya di sofa ruang tengah untuk menghilangkan lelahnya sebentar sebelum memutuskan untuk ke kamar. Bi Siti menawari kopi namun Raskal tolak karena itu akan membuatnya tidak bisa tidur dan berakhir begadang.

"Thalita udah tidur, Bi?" Tanya Raskal membuat Bi Siti mengurungkan niatnya kembali ke dapur.

"Ndak tau, dari maghrib ndak keluar kamar," balasnya.

"Belum makan malem berarti?" 

"Belum Mas, nanti suruh makan itu. Kasian adik bayinya nanti laper."

Jari jempol kanan Raskal teracung seolah menyetujui perintah Bi Siti. Ia beranjak dan meninggalkan ruang tengah menuju ke kamarnya di lantai dua. Raskal menebak jika Thalita pasti sudah tidur karena semenjak hamil perempuan itu mudah sekali mengantuk dan tidak pernah tidur di atas pukul 8 malam. Sampai di depan kamar Raskal membuka handle pintunya pelan dan melongokan kepalanya melihat kondisi kamar yang sudah gelap. Hanya ada sinar remang-remang dari lampu tidur yang tidak begitu jelas karena Thalita tidak bisa tidur dalam kondisi ruangan yang terang. 

Raskal masuk tidak lupa mengunci pintunya. Benar dugaannya kalau Thalita sudah tidur dengan posisi badannya yang miring ke kanan sambil memeluk bantal. Raskal mengambil ponsel yang masih berada di genggaman perempuan itu, lalu meletakannya pada nakas. Membenarkan selimut Thalita, mengusap kepalanya dan berakhir mencium keningnya sayang sebelum akhirnya ia pergi membersihkan badan ke kamar mandi.

Tidak sampai 2 menit Raskal keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai celana kolor sebatas paha. Padahal suhu AC di kamar begitu dingin, tapi Raskal seolah tidak merasakannya sama sekali. Kini ia sibuk mengeringkan rambut menggunakan hairdryer sambil memperhatikan istrinya yang menggeliat di kasur. Mungkin terganggu dengan suara alat pengering rambutnya itu.

R E A L I T A [ TERBIT ]Where stories live. Discover now