RTA'09

172K 14.8K 1.6K
                                    

EKHM!
Gie upch nich? Xixixi🙊

Lama buanget nggak update, akhirnyaa menuju dipenghujung tahun ini bisa update🙃

Udah liburan kemana ajaa??
Atau nggak kemana-mana? Nggak papa, aku juga nggak kemana-mana, tetep disini nungguin kamu🛐/gumoh sebaskom/

Sebelum baca, udah tau kan harus ngapain?

Iya, makasih💕

Happy reading☘️

•••

Suasana meja makan terasa lebih hangat karena kehadiran Bi Siti dan Pak Mono. Dua sosok orang tua itu membuat suasana pagi hari menjadi lebih ramai karena kicauannya yang tidak ada henti.

Jika di lihat acara sarapan antara ART dan majikan itu lebih mirip seperti sarapan antara orang tua dan anak karena nampak tidak ada kecanggungan antar keduanya.

Perbincangan di dominasi oleh Thalita dan Bi Siti yang sedang bertukar cerita tentang hal apa saja yang mereka rasakan ketika masa-masa kehamilan. Sedangkan Pak Mono dan Raskal lebih banyak diam dan memakan sarapannya dengan khidmat.

"Kak Raskal berangkat kerja, kan?" Tanya Thalita kepada Raskal saat melihat jam pada dinding sudah menunjukkan pukul 7 yang artinya sudah waktunya laki-laki itu pergi mencari nafkah.

Bi Siti yang paham situasi langsung mengajak Pak Mono untuk segera meninggalkan meja makan dan pamit ke dapur takut-takut jika majikannya ingin membicarakan suatu hal penting.

Raskal menelan suapan terakhir roti bakarnya lalu menjawab pertanyaan Thalita dengan anggukan kepala. Tanpa sengaja matanya melihat bekas kemerahan pada leher istrinya yang terpampang begitu jelas karena rambut panjangnya yang tersibak ke belakang dan Raskal tidak memiliki niatan untuk memberitahu Thalita. Biar saja perempuan itu melihatnya sendiri.

Meminum air putihnya satu tegukan, "Aku berangkat ya?" Thalita mengiyakan, matanya terpejam saat Raskal mencium kening dan pipinya secara bergantian. Tidak lupa ganti dirinya yang mencium punggung tangan Raskal seperti biasa.

Itu merupakan kegiatan wajib yang biasa dilakukan sebelum Raskal pergi bekerja. "Hati-hati di rumah. Nggak usah kemana-mana," pesannya seperti biasa.

Begitu Raskal meninggalkan meja makan, Thalita masih harus menghabiskan bubur yang sedang ia makan. Semalam ia meminta dibuatkan bubur kacang hijau dan pagi ini Bi Siti sudah membuatkannya. Masih ada sekitar 4 sendok lagi tapi Thalita memilih berhenti makan akibat perutnya terasa begah.

"Bi Siti?" Panggil Thalita.

"Di belakang Mbaak," Thalita beranjak berniat menyusul Bi Siti di belakang rumah yang entah sedang apa. Tangannya mengambil lima buah anggur dan memakannya sambil jalan.

Niatnya ingin berjemur mumpung belum terlalu panas tapi melihat Bi Siti yang sedang menata pot tanaman hias di pinghiran teras membuat Thalita berhenti.

"Ih jadi raapii," komentar Thalita membuat Bi Siti tersengum kecil, " Iya Mbak, tak taruh sini biar terasnya ndak," balas Bi Siti.

"Bi Siti suka rawat taneman juga di kampung?"

"Lhee … aku malah seneng banget, Mbak. Itu pekarangan rumah sampai penuh sama taneman bunga. Seneng saya kalo lihat taneman begini," nada  bicaranya yang antusias selalu memunculkan senyum Thalita, "Kalo Tata malah nggak bisa rawatnya," kata Thalita lagi.

R E A L I T A [ TERBIT ]Where stories live. Discover now